Memasuki tahun 2000-an, para penggemar NBA dihadapkan pada pertanyaan siapa yang akan mengambil alih liga setelah Michael Jordan meninggalkan Chicago. Banyak superstar muncul saat ini, tetapi mungkin tidak ada yang lebih besar dari Shaquille O’Neal dan Kobe Bryant dari Los Angeles Lakers yang membawa mereka meraih 3 gelar berturut-turut di awal dekade. Tentu saja, ada Tim Duncan dan Spurs yang merebut 3 kejuaraan mereka sendiri di tahun 2000-an setelah memenangkan satu di tahun 1999 setahun setelah MJ meninggalkan NBA. Karena munculnya superstar lain seperti Allen Iverson, Vince Carter, LeBron James, dan Tracy McGrady, banyak pemain solid lainnya yang sukses besar dalam dekade ini telah terbang di bawah radar seiring berjalannya waktu.
Untuk mempersempit daftar menjadi 10 pemain yang diremehkan dalam satu dekade penuh adalah hal yang sulit. Tahun 2000-an dipenuhi dengan pemain bertahan yang luar biasa, penembak yang mematikan, penangan bola yang luar biasa, bintang sekunder yang solid, dan pemain bangku cadangan yang elit dalam pekerjaan mereka. Tahun 2000-an adalah waktu yang menakjubkan untuk tumbuh sebagai penggemar NBA dan menyaksikan pahlawan super kehidupan nyata ini menghantam lapangan setiap malam. Hari ini, kami menghormati bintang-bintang yang warisannya kurang dihargai seiring berjalannya waktu dan kami semakin jauh dari hari-hari bermain mereka.
Berikut adalah 10 pemain NBA yang paling diremehkan sepanjang tahun 2000-an.
10. Zydrunas Ilgauskas
Kredit: Howard Smith-USA TODAY Sports
Kejuaraan: 0
Statistik Karir: 13.0 PPG, 7.3 RPG, 1.1 APG, 0.5 SPG, 1.6 BPG
Prestasi Karir: 2x All-Star
Untuk beberapa alasan, seiring berjalannya waktu, penggemar menyebut Zydrunas Ilgauskas sebagai salah satu pemain “sampah” yang diseret LeBron James ke Final NBA di awal karirnya. Itu tidak bisa jauh dari kebenaran karena Ilgauskas adalah pria besar dua arah yang solid yang membantu LeBron James beradaptasi dengan NBA. Ilgauskas bukan yang terkuat di pos tetapi dia menebusnya dengan jumper indah setinggi 6 hingga 8 kaki yang dia sentuh dengan indah dan hampir otomatis. Dia juga salah satu rebounder ofensif yang lebih baik dalam bola basket dan memimpin liga dalam statistik itu di musim 2004-05 dengan 299 rebound ofensif.
Ilgauskas berjuang dengan cedera beberapa musim pertama karirnya, kehilangan musim rookie dan musim ke-4 dengan masalah kaki. Dari sana, ia mengembangkan permainan ofensifnya dan pertahanan menjadi lebih agresif. Pada tahun 2003, Ilgauskas adalah All-Star dan rata-rata 17,2 PPG dan 7,5 RPG sambil menambahkan 1,9 BPG. Dia akan menjadi All-Star sekali lagi pada tahun 2005 dengan rata-rata 16,9 PPG, 8,6 RPG, dan 2,1 BPG. Dia juga merupakan alasan besar Cavaliers mampu membuat Final NBA 2007, menjadi pilihan favorit LeBron James dalam menyerang. Ilgauskas pantas mendapatkan lebih banyak rasa hormat daripada yang diberikan penggemar modern kepadanya.
9. Michael Reddo
Kredit: Howard Smith-USA TODAY Sports
Kejuaraan: 0
Statistik Karir: 19,0 PPG, 3,8 RPG, 2,1 APG, 0,9 SPG, 0,1 BPG
Prestasi Karir: 1x All-Star, 1x All-NBA Team Selection
Ketika datang ke liga, tidak ada harapan untuk Michael Redd menjadi pilihan ke-43 dari NBA Draft 2000. Pada puncaknya, ia menjadi salah satu pencetak gol paling produktif di liga dan menyalakan kembali semangat permainan di City Of Milwaukee. Redd secara konsisten dikritik karena kurangnya permainan yang lengkap, tetapi skornya sejauh ini merupakan bagian terbaik dari permainannya. Dia memiliki jumper kidal halus yang sama bagusnya dengan siapa pun dalam permainan saat dia tepat sasaran. Dia bisa meletakkan bola di lantai dan melewati pemain bertahan dengan relatif mudah dan itu membuatnya menjadi ancaman tiga tingkat yang sebenarnya.
Pada saat musim keempatnya pada tahun 2004 datang, Redd adalah All-Star dan pencetak gol PPG 20,0 yang konsisten dan efisien. Dari tahun 2004 hingga 2009, Redd berjuang melawan cedera dan benturan, tetapi rata-rata masih memiliki rata-rata setidaknya 21,0 PPG setiap musim. Dia mencapai puncaknya pada tahun 2007 ketika dia rata-rata 26,7 PPG pada 46,5% menembak. Untuk karirnya, Redd menembak 38,0% dari tiga dan 44,7% secara keseluruhan. Meskipun berbagi lapangan dengan Ray Allen sejak awal, Redd mengukir jalannya sendiri dan harus dipuja karena mencetak golnya yang luar biasa di puncaknya.
8. Baron Davis
Kredit: Kirby Lee-USA TODAY Sports
Kejuaraan: 0
Statistik Karir: 16,1 PPG, 3,8 RPG, 7,2 APG, 1,8 SPG, 0,4 BPG
Prestasi Karir: 2x All-Star, 1x All-NBA Team Selection
Di era yang dipenuhi dengan point guard berbakat, Baron Davis adalah salah satu yang paling menarik untuk ditonton. Davis adalah seorang point guard eksplosif yang kabur di lantai di ruang terbuka. Dia meniup melewati pemain bertahan dan meluncur di udara dan melemparkan dunk rim-rocking dengan otoritas brutal. Dia adalah ancaman di sisi pertahanan bola juga, tidak pernah menghindar dari pertarungan atau tugas yang sulit. Davis dapat dikreditkan dengan memicu Warriors “We Believe” untuk kemenangan yang mengecewakan atas unggulan No. 1 Mavericks pada tahun 2007 tetapi karirnya jauh lebih dari satu musim.
Davis memulai karirnya sebagai anggota Charlotte Hornets. Dia menghabiskan 3 musim bersama tim dan membantu mereka bertransisi ke Kota New Orleans. Selama waktunya dengan New Orleans Hornets selama 3 musim, ia rata-rata 20,2 PPG, 8,1 APG, dan 2,0 SPG. Dia memimpin liga dalam mencuri pada tahun 2004 dengan 2,4 SPG. Dia akan memimpin liga dalam mencuri sekali lagi pada tahun 2007 dengan Warriors dengan 2.1 SPG. Davis mencatat 3 musim yang berbeda dengan setidaknya 20,0 PPG dan 2,0 SPG sebagai salah satu point guard yang lebih dinamis dalam bola basket.
7. Brandon Roy
Kredit: Craig Mitchelldyer-USA TODAY Sports
Kejuaraan: 0
Statistik Karir: 18,8 PPG, 4,3 RPG, 4,7 APG, 1,0 SPG, 0,2 BPG
Prestasi Karir: 1x Rookie of the Year, 3x All-Star, 2x All-NBA Team Selection
Brandon Roy adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah NBA dan sedikit yang bisa kita lihat dari karirnya meninggalkan kita sebagai penggemar NBA yang menginginkan lebih. Roy adalah bakat khusus dalam menyerang yang dikonfirmasi oleh beberapa pemain hebat seperti Tracy McGrady dan Kobe Bryant. Roy tidak mungkin mengikuti dalam isolasi. Dia sangat cepat dengan langkah pertamanya dari menggiring bola dan bahkan lebih cepat setelah dia menuju ke keranjang. Permainan mid-range dan tiga bolanya juga sempurna. Karena kondisi lutut yang pada dasarnya merusak tulang rawan lututnya seiring berjalannya waktu, kami hanya dapat mengalami 3 tahun nyata dari puncaknya.
Roy ditakdirkan untuk menjadi bintang dari musim pertamanya di NBA. Dia memenangkan penghargaan Rookie of the Year dengan permainan paling sedikit dimainkan dalam sejarah untuk memenangkan penghargaan. Dia rata-rata 16,8 PPG, 4,4 RPG, dan 4,0 APG pada pemotretan 45,6% hanya dalam 57 game. Roy akan dinobatkan sebagai All-Star pada 3 musim berikutnya dan rata-rata 21,1 PPG, 4,6 RPG, 5,2 APG, dan 1,1 SPG selama waktu itu. Roy akan mulai mengalami kejatuhannya pada tahun 2011, hanya musim ke-5 di liga. Dia akan dipaksa untuk pensiun dari permainan pada usia 27 tahun. Roy mencoba kembali pada tahun 2013 tetapi hanya bertahan 5 game sebelum menyebutnya berhenti untuk selamanya.
6. Rasheed Wallace
Kredit: Rick Scuteri-USA TODAY Sports
Kejuaraan: 1
Statistik Karir: 18,8 PPG, 6,7 RPG, 1,8 APG, 1,0 SPG, 1,3 BPG
Prestasi Karir: 4x All-Star
Selama waktunya di NBA, Rasheed Wallace menerima reputasi buruk sebagai anak nakal penduduknya. Sebagai pemimpin sepanjang masa dan satu musim dalam technical foul, bagaimana mungkin dia tidak melakukannya? Reputasi ini menyebabkan banyak orang lupa betapa pentingnya[actful Wallace was on the basketball court. Wallace helped to revolutionize the power forward position forever with his ability to spread the floor and shoot the ball He could play any role that a team needed him to. He could dominate the game on both sides from the low block, he possessed a turnaround jumper that was as unblockable as DIrk’s fadeaway, and he was a defensive nightmare for opponents nightly.
Wallace’s impact was truly measured when he was acquired by the Detroit Pistons midway through the 2004 season. Wallace’s presence propelled Detroit to an NBA championship where Wallace averaged 13.0 PPG and 7.8 RPG on the playoff run. During his All-Star seasons with Portland, Wallace was a double-digit scorer and rebounder while being a force to be reckoned with on defense. Personally, I believe it is a crime that Wallace is still not a basketball Hall Of Famer.
5. Peja Stojakovic
Credit: Mark J. Rebilas-USA TODAY Sports
Championships: 1
Career Stats: 17.0 PPG, 4.7 RPG, 1.8 APG, 0.9 SPG, 0.1 BPG
Career Achievements: 3x All-Star, 1x All-NBA Team Selection
Peja Stojakovic is one of the better perimeter scorers of the 2000s decade. He had a sweet jumper and smooth release that he could knock down from anywhere in front of half-court. His presence on the early 2000s Kings teams was a perfect fit that put them over the top as a contender at the time. He could rebound the ball well at 6’10’’ tall and his passing and court vision were a perfect recipe for success with how much those Kings teams liked to run. With his accurate 3-point shot and ability to pass the ball effectively, Stojakovidc would be a nightmare for defenses in today’s game.
After taking 2 years to play overseas in Greece, Peja made his NBA debut in the 1998-99 season. Just 3 seasons later, he would become a 20.0 PPG scorer and an automatic 40.0% shooter from deep. He made 3 straight All-Star games from 2002 through 2004 and averaged 21.7 PPG on 48.1% shooting over that time. His best season came in 2003-04, Peja averaged a career-high 24.2 PPG on 48.0% shooting overall and 43.3% from three. He ended his career with a well-deserved championship with the 2011 Dallas Mavericks.
4. Rashard Lewis
Credit: Dale Zanine-USA TODAY Sports
Championships: 1
Career Stats: 14.9 PPG, 5.2 RPG, 1.7 APG, 1.1 SPG, 0.5 BPG
Career Achievements: 2x All-Star
Right off the bat, you can tell Rashard Lewis is highly underrated simply by his lack of accolades to his name. As one of the original stretch forwards in the game, Lewis used both his size and shooting ability to become a scoring machine. Lewis was one of the NBA’s top shooters for years with 8 seasons ranked in the Top 20 for 3-pointers made. Lewis is considered one of the best second options ever for his time with both the Seattle SuperSonics next to Ray Allen and in Orlando with Dwight Howard. He helped lead the Magic to a Finals berth in 2009 by being a versatile scorer next to the dominant Howard.
During his early days in Seattle, Lewis took a bit to develop into the shooter and scorer he went down as. Six seasons into his career in 2005, Lewis earned his first All-Star selection and first 20.0 PPG season. He would average 20.0 PPG or more for the next 3 seasons and shot near or better than 40.0% from three during that time. In 2009, he earned the 2nd All-Star selection of his career when he averaged 17.7 PPG and helped lead Orlando to the NBA Finals. Lewis retired with the Miami Heat in 2014, one year after adding an NBA championship to his already impressive resume.
3. Andre Miller
Credit: Chris Humphreys-USA TODAY Sports
Championships: 0
Career Stats: 12.5 PPG, 3.7 RPG, 6.5 APG, 1.2 SPG, 0.2 BPG
Career Achievements: N/A
Andre Miller was never an MVP candidate or even an All-Star but he was quietly one of the better point guards during the 2000s. Miller was as good as it gets running an NBA offense and he was one heck of a playmaker. He could force his way into the paint like a running back hitting the hole in the NFL and either finish at the rim easily or find the open man for an easier opportunity. With his ability to both score and pass the ball, Miller was must-watch television whenever he was in town.
For the first 12 seasons of his career, Miller was a consistent 15.0 to 17.0 PPG scorer but he really made his impact as a passer. During his 3rd season in the NBA with the Cleveland Cavaliers, Miller led the NBA in assists with 10.9 APG to go with 16.5 PPG and 1.6 SPG. In every season in which he started over 60 games for one of his 9 NBA teams, he earned at least 6.0 APG. It is borderline insanity that Miller was never even honored with an All-Star selection and for that, he is the 3rd most underrated player of the 200s decade.
2. Chauncey Billups
Credit: Kirby Lee-USA TODAY Sports
Championships: 1
Career Stats: 15.2 PPG, 2.9 RPG, 5.4 APG, 1.0 SPG, 0.2 BPG
Career Achievements: 1x Finals MVP, 5x All-Star, 3x All-NBA Team Selection, 3x All-Defensive Team Selection
I have never seen a Finals MVP and a more impactful point guard be overlooked in NBA history more than Chauncey Billups. He was a two-way mastermind who had a knack for coming through in a game’s biggest moments that earned him the nickname “Mr. Big Shot”. At his peak, Billups was a serious threat as a scorer, passer, and defender who was the perfect point guard to lead the Detroit Pistons to the 2004 NBA championship. Billups’ name never comes up in Top 20 conversations as far as point guards go, let alone Top 10 lists. That needs to begin to change after you read this piece.
For the first few seasons of his NBA career, Billups bounced around until he found a home with the Detroit Pistons in 2003. That season he averaged 16.2 PPG and it was clear that the Pistons had their championship point guard. The following season it came to fruition as Billups not only led the Pistons to a title but won Finals MVP in the process. In the Finals against the Lakers, Billups averaged 21.0 PPG, 5.2 APG, and 3.2 RPG in the 5-game series to win the championship. Billups finished his career a 5x All-Star, 3x All-NBA Team selection, and a 3x All-Defensive Team selection.
1. Jermaine O’Neal
Championships: 0
Career Stats: 13.2 PPG, 7.2 RPG, 1.4 APG, 0.4 SPG, 1.7 BPG
Career Achievements: 1x Most Improved Player, 6x All-Star, 3x All-NBA Team Selection
The NBA has done an unfortunately great job of sweeping Jermaine O’Neal’s career under the rug after his role in the infamous “Malice At The Palace”. For some reason, O’Neal was vilified relentlessly for his role in the brawl and his reputation has taken years to recover. For those of us that remember O’Neal at his peak, we remember an undersized two-way beast for the Indiana Pacers who helped them nearly capture a championship in his heyday. He was a nightmare for defenders to stop and an even bigger one to try and score on in the paint. At his peak, he had an argument for the best big man in basketball at a time when Tim Duncan and Shaq were still in the league.
For the first few seasons of his career, Jermaine O’Neal struggled to find a role with the Portland Trail Blazers. A 2000 trade to the Pacers changed everything and almost immediately transformed O’Neal into an MVP candidate. In 2002, O’Neal won the NBA’s Most Improved Player award by averaging 17.2 PPG, 7.6 RPG, and 1.6 BPG. The following season in 2002-03, he was one of the best seasons of the decade for ANY player. He averaged 22.8 PPG and led the league with 17.5 RPG, and 3.0 BPG. He finished 3rd in MVP voting and was arguably the best two-way player in basketball. He would have a few more All-Star seasons with Indiana but after the 2004 brawl in Detroit, the damage had been done to his stance within the league. I will say it here and now. Forget the role in the fight. Forgive and forget and put Jermaine O’Neal in the Naismith Basketball Hall Of Fame.
