Pembalap Tech3 KTM, Remy Gardner, mengaku kewalahan beradaptasi di MotoGP, terutama setelah balapan yang sulit di Grand Prix Amerika.
Gardner datang ke MotoGP membawa harapan besar. Sebagai juara dunia Moto2 2021, pemuda asal Australia itu diprediksi bakal dengan mudahnya menjadi bintang dalam kelas premier.
Namun, setelah menjajal motor untuk pertama kalinya, Gardner langsung menyadari bahwa ini akan sulit baginya. Terlebih saat satu trek bersama pembalap lain selama tes pramusim.
Setelah melakoni empat balapan awal MotoGP 2022, putra legenda Wayne Gardner tersebut merasa masih perlu belajar banyak untuk beradaptasi di segala hal.
Debut mengendarai dengan motor yang juga masih dalam tahap pengembangan menjadi salah satu faktor sulitnya Gardner menampilkan performa terbaiknya.
“Saya berharap lebih baik dari apa yang saya lakukan. Melihat apa yang telah dilakukan orang lain di masa lalu dan setelah menyelesaikan tahun lalu dengan mendominasi di Moto2, saya berharap lebih baik,” ucapnya seperti dilansir Motosan.
“Beberapa balapan pertama sangat sulit, tetapi kami akan jauh lebih stabil ke depannya. Saya masih harus banyak belajar, namun saya telah menerima tamparan besar di wajah, terutama di GP Amerika.”
KTM memang kesulitan ketika beraksi di Circuit of The Americas (COTA), karena trek memiliki banyak tikungan berteknikal. Direktur Motorsport KTM, Pit Beirer, bahkan mengakui apa yang dikerjakan oleh timnya seolah tak berguna.
Kini, jelang seri MotoGP berikutnya di GP Portugal, Gardner pun berharap KTM dapat melakukan pengembangan pada RC16 agar makin kompetitif dan lebih mudah dikendarai.
“Semoga KTM akan mendapatkan sesuatu dari sini tentang cara meningkatkan paket yang kami miliki,” tuturnya.
“Ada dua pembalap luar biasa di tim pabrikan dan salah satunya bahkan tidak finis di zona poin setelah memberikan 200 persen di setiap tikungan.
“Saya berharap ini memberi Anda beberapa data untuk mencoba lakukan peningkatan. Ini bukan trek termudah untuk KTM, itu sudah pasti.”
Brad Binder jadi satu-satunya pembalap KTM yang berhasil memetik poin, sedangkan tiga pembalap lain tertinggal jauh di belakang. Gardner mengatakan itu disebabkan oleh karakter COTA yang sangat menuntut fisik.
“Tentu saja pergelangan tangan tidak membantu, tetapi pada tahap musim ini, setelah banyak balapan, kami tidak begitu baik dalam hal kecepatan,” ucapnya.
“Sikuit Austin merupakan trek yang menuntut fisik dan motor tidak mudah dikendarai. Itu bukan balapan yang bagus. Saya memberikan segalanya, tetapi setelah tujuh atau delapan lap, jujur, saya seolah merasa sudah mati.”