Di Balik Operasi Transfer Sejumlah Bintang Liga 1

Di Balik Operasi Transfer Sejumlah Bintang Liga 1

Keseriusan, Ambisi Juara, dan Persiapan ke Asia

Bayaran memang penting, tapi bukan itu yang dikejar sejumlah bintang Liga 1 di klub-klub baru mereka. Kenyamanan keluarga, proyeksi gelar, dan rekam jejak tim menjadi pertimbangan utama.

Read More

DI lini tengah Persib Bandung sudah bertumpuk banyak bintang. Dari yang lokal, naturalisasi, sampai legiun impor.

Jadi, untuk apa klub kesayangan para Bobotoh itu memboyong langsung dua gelandang Persebaya Surabaya, Rachmat Irianto dan Ricky Kambuaya?

”Mereka direkrut atas rekomendasi pelatih (Robert Rene Alberts). Kami ingin punya tim dengan kedalaman skuad mumpuni,” kata Direktur PT PBB Teddy Tjahjono kepada Jawa Pos.

Perekrutan Rian, sapaan akrab Rachmat Irianto, terutama yang mengagetkan. Dia kapten Persebaya, putra salah seorang legenda tim berkostum hijau-hijau itu, dan dibesarkan di kompetisi internal klub berjuluk Green Force tersebut. Rian, dengan kalimat lain, adalah ”hijau sehijau-hijaunya”.

Rian maupun sang ayah, Bejo Sugiantoro, tak bersedia diwawancarai tentang kepindahan itu. Akun resmi Persebaya menyebut keluarga sebagai alasan. Kritik kepadanya selama ini telah berbuah tuduhan dan teror.

Berita Terkait :  FIFA Matchday Bulan Maret, Ini Komentar PSSI Akan Turunkan Indonesia U-23 Atau Senior

Kalau benar demikian, Persib adalah pilihan yang masuk akal bagi Rian. Maung Bandung adalah tim yang manajemen maupun suporternya punya hubungan sangat baik dengan Persebaya dan Bonek. Jadi, pindah ke Bandung seperti pindah ke rumah saudara. Win-win solution bagi semua pihak.

”Saya tidak mau masuk ke permasalahan personal yang dihadapi Rian-Ricky. Yang jelas, keduanya direkrut sesuai prosedur,” ujar Teddy.

Rian dikontrak tiga tahun, Ricky dua tahun. Bagi Teddy, itu bentuk keseriusan pihaknya dalam menghargai kemampuan dua bintang tim nasional tersebut. Selain itu, langkah tersebut merupakan bagian dari persiapan Maung Bandung tampil mewakili Indonesia di Piala AFC 2023–2024.

Persib termasuk pionir untuk urusan kontrak ”jangka panjang” –setidaknya untuk ukuran klub-klub Liga Indonesia yang umumnya hanya mengenal kontrak semusim. ”Kami melakukannya sejak 2014. Sebab, kami tidak mau tiap musim bangun tim lagi karena banyak pemain yang habis kontraknya,” katanya.

Keseriusan dan ambisi besar Arema FC menjadi juara musim depan pula yang akhirnya mendorong Evan Dimas Darmono menerima pinangan mereka. ”Kalau cuma urusan duit, ada dua–tiga klub lain yang menawarkan yang sama dengan yang ditawarkan Arema kepada Evan,” kata Muly Munial, agen Evan, kepada Jawa Pos.

Muly menerangkan, klub berkostum biru itu menginginkan jasa kapten timnas tersebut sejak tahun lalu. ”Lalu, awal tahun ini komunikasi makin serius. Bos Gilang (Widya Pramana, presiden Arema FC) turun langsung meminta Evan gabung,” paparnya.

Berita Terkait :  Koneksi J-League Jadi Alasan Utama Taisei Marukawa Pindah ke PSIS

Itulah yang membuat pemain berusia 27 tahun tersebut trenyuh. Target Arema FC untuk juara musim depan juga menjadi alasan lainnya. ”Manajemen Arema juga sudah memaparkan rencana merekrut pemain-pemain hebat. Evan tertarik dengan keseriusan itu,” ujarnya.

Alasan lain yang juga membuat Evan berani nyebrang ke klub rival adalah soal durasi kontrak. Arema FC percaya diri menawari sang pemain kontrak dua tahun. ”Sejak dulu Evan ingin ada klub kontrak tidak hanya semusim. Jadi, dia berterima kasih kepada Arema FC sudah berani melakukan itu,” ujarnya.

Muly memastikan nilai kontrak Evan tidak sefantastis yang muncul di media sosial yang disebut menyentuh Rp 5 miliar. ”Kalau benar, saya senang sekali. Jauh di bawah itu kontraknya, saya jamin,” tuturnya.

Evan lahir dan besar di Surabaya, juga produk kompetisi internal Persebaya, rival klasik Arema. Tapi, Evan meyakinkan Aremania bahwa dirinya adalah pesepak bola profesional. ”Saya datang ke sini dan akan bermain dengan hati,” katanya.

Berita Terkait :  Pelatih Persebaya Berikan Pekerjaan Rumah pada Striker Asing Barunya

Rekam jejak prestasi klub juga yang menjadi pertimbangan Youssef Ezzejjari berlabuh ke Bhayangkara FC dari Persik Kediri. Jadi, bukan karena klub lamanya mengalami kesulitan finansial atau tak bisa memenuhi kontrak yang dia minta.

”Saya melihat Bhayangkara ini tim yang selalu finis di papan atas. Itu memicu motivasi saya,” kata penyerang yang mencetak 18 gol dan 1 umpan gol tersebut.

Pada Liga 1 musim 2017, The Guardian –julukan Bhayangkara FC– menahbiskan diri sebagai kampiun. Semusim kemudian, mereka mengakhiri musim di urutan tiga besar. Pada 2019, tim milik Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut berada di peringkat empat besar. Dan, di musim yang baru berlalu, mereka finis di posisi ketiga klasemen akhir.

Di Bhayangkara FC, Ezzejjari mendapat kontrak berdurasi satu tahun. Dia dibebani target besar: minimal harus menyumbangkan 20 gol.

Tapi, pemain bertinggi 185 sentimeter tersebut tidak mau sesumbar. Yang bisa dia janjikan adalah performa terbaik dalam setiap kesempatan bermain. ”Sama seperti apa yang saya berikan untuk Persik,” tegas Ezzejjari.

Related posts