Perjuangan ITDC Datangkan MotoGP ke Indonesia

Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), Abdulbar M. Mansoer, menceritakan perjuangan membangun Sirkuit Mandalika dan mendatangkan MotoGP ke Indonesia.

Abdulbar mengatakan bahwa membangun sirkuit kelas dunia serta membawa MotoGP ke Indonesia bukan hal yang mudah. Ia harus melalui berbagai rintangan, hingga akhirnya semua rencana ITDC terealisasi satu-per-satu.

ITDC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, dan tak memiliki hubungan atau latar belakang dunia olahraga balap (motorsport).

Sukses membangun kawasan Nusa Dua di Bali, ITDC diminta oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

KEK Mandalika memiliki luas keseluruhan lahan mencapai 1.175 hektare (Ha) dengan garis panjang pantai 16 kilometer (km), dan ruang komersial seluas 325 ribu meter persegi.

Luas lahan tersebut empat kali lebih besar dibandingkan Nusa Dua, Bali, dan ITDC diminta untuk membangun kawasan tersebut dalam waktu cepat.

Memiliki banyak pantai dengan ombak besar, Abdulbar berpikir untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi sport tourism. Hingga memutuskan untuk membawa MotoGP ke Mandalika dengan membangun sirkuit kelas dunia.

“Apa yang terjadi kemarin bukanlah proses instan, tapi perjuangan selama lima tahun, hingga manjadi sebuah sirkuit,” kata Abdulbar kepada media terpilih termasuk Motorsport.com Indonesia.

“Nusa Dua diserahkan kepada kami pada 1973 dan baru ramai pada 1986. Sementara Mandalika diserahkan kepada kami pada 2012, tetapi kami diminta untuk membangun secepat mungkin.

Berita Terkait :  Demi MotoGP, Sebagian Lintasan COTA Diaspal Ulang

“Ini membuat kami harus memiliki perencanaan yang sangat matang, pembangunan kawasan juga harus disesuaikan dengan peruntukan yang tepat. Kami melihat alam di Mandalika sangat menonjol, jadi kami memutuskan untuk menjadikannya sport tourism.

“Pertama kawasan ini memiliki pantai yang indah, dan kedua untuk ekonomi kami harus medatangkan massa yang besar.

“Akhirnya bersama mitra kami, Vinci, memutuskan untuk membangun sirkuit untuk menghadirkan MotoGP. Tapi tak semudah itu untuk menhadirkan MotoGP ke Indonesia, karena kami harus melewati berbagai proses.”

Seperti diketahui, untuk mendatangkan MotoGP, harus memiliki sirkuit kelas dunia dengan keamanan dan aspal lintasan yang terbaik. Menggelar MotoGP di luar Eropa juga memiliki banyak persyaratan.

Abdulbar menegaskan ITDC berusaha meyakinkan Dorna Sports pada 2017 bahwa Indonesia mampu kembali menggelar kejuaraan dunia MotoGP.

“Kami nekat mendatangi Dorna ketika gelaran MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia. Kami langsung menemui Carmelo Ezpeleta, dan mengatakan, ‘Kami dari ITDC ingin membangun sirkuit dan membawa MotoGP’,” ujar pria yang akrab disapa Bari itu.

“Dengan wajah heran dia mengatakan ‘Anda siapa?’, tapi kami terus meyakinkan mereka agar tertarik dengan tawaran kami. Akhirnya kami diundang ke Qatar dengan tim yang lebih lengkap dan desain sirkuit.

“Carmelo akhirnya mulai tertarik setelah melihat foto-foto kawasan Mandalika. Saya mengatakan kepada dia bahwa, ‘Anda harus melihat lokasinya secara langsung agar Anda tertarik’.

Berita Terkait :  Repsol Honda Trial Team melakukan tes pertama...

“Saya ajak dia ke Nusa Dua untuk melihat hasil kerja keras kami. Lalu kami memutari area yang direncanakan untuk dibangun sirkuit menggunakan helikopter.

“Saat melihat dari atas, dia berbicara bahasa Spanyol saat itu, dan saya tidak tahu apa yang dibicarakannya. Saat turun saya bertanya ke pilot kami yang juga orang Spanyol, katanya Carmelo mengatakan, ‘This is the One, ini harus jadi’.”

Hal tersebut membuat Abdulbar M. Mansoer semakin percaya diri dapat menggelar ajang balap motor terbesar dan bergengsi di dunia tersebut.

Benar saja, tak lama Abdulbar mendapat kabar ITDC harus segera teken kontrak pada awal 2019 untuk mendapat slot di kalender MotoGP pada 2021.

“Kami akhirnya negosiasi dan diminta untuk teken kontrak di awal 2019. Pasalnya, hanya ada satu slot yang diperebutkan oleh tiga negara, Meksiko, Brasil dan Indonesia,” ucapnya.

“Akhirnya pada 28 Januari kami tanda tangan kontrak selama lima tahun, bukan hanya MotoGP tapi juga World Superbike (WSBK).

“Kami mendapat permintaan dari Presiden RI Joko Widodo untuk menghadirkan Carmelo dan beberapa pembalap untuk meyakinkan rencana ini memang bukan hanya sebuah rencana.

“Dorna menerima permintaan tersebut dan dibawa ke Istana Bogor, dan Presiden menyatakan Indonesia siap menggelar MotoGP.”

Tak selesai sampai di situ, ITDC harus melewati tantangan berikutnya, yaitu pandemi Covid-19 yang datang ke Indonesia pada Maret 2020.

Berita Terkait :  Peta persaingan MotoGP 2016 menurut Mick Doohan

Padahal, pembangunan Sirkuit Mandalika harus dimulai pada awal 2020, hingga akhirnya mundur pada pertengahan 2020 trek mulai dibangun.

Wishnutama yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberi masukan bahwa tak tepat untuk menggelar MotoGP pada 2021.

Selain itu, ada masukan dari para sponsor untuk memperpanjang kontrak dengan Dorna agar mendapat pemasukan lebih besar dalam jangka panjang.

“Kami mendapat arahan untuk tak menggelar MotoGP pada 2021 karena situasi masih pandemi dan sedang dalam situasi serius. Tapi, kami juga tak rugi karena MotoGP juga sedang mengurangi kalender balapnya,” kata Bari.

“Sebelum itu, kami berhasil mendapat tambahan kontrak lima tahun dari Dorna, padahal belum ada balapan dan sirkuit juga belum selesai sepenuhnya.

“Tapi, trek ini membutuhkan uji coba, maka dari itu kami tak mengubah jadwal WSBK yang digelar pada 19-21 November 2021. Kami senang semuanya berjalan lancer, meski ada beberapa fasilitas yang belum selesai.

“Berdasarkan pengalaman itu, kami menggelar tes pramusim MotoGP pada Februari, dan ada keluhan tentang aspal. Ini tekanan bagi kami, dan untungnya semua pihak bekerja bersama dengan baik.

“Hanya dalam waktu sebulan kami bisa mengaspal ulang dari sebelum Tikungan 17 hingga setelah Tikungan 5. Ini membuat kami dapat menggelar ajang balap MotoGP dengan mulus, meski masih ada beberapa kekurangan kecil.”

Related posts