Profesi sebagai asisten pembalap mungkin tidak terlalu dikenal. Namun sejatinya, peran itu mulai marak digunakan di lingkungan World Superbike (WSBK).
Oleh: Xaveria Yunita , Editor 4 Mar 2022 14.31
Ketika mendengar kata asisten, yang terbayang adalah orang yang siap sedia membantu atasan atau seseorang yang dianggap penting. Lalu bagaimana awal lahirnya seorang asisten dalam paddock?
Para pembalap sangat sibuk dan harus menjaga konsentrasi terutama saat pekan balapan. Kadang mereka tak punya waktu untuk menyiapkan kebutuhan atau sekadar mengisi air minum sendiri.
Dalam situasi seperti itu, uluran tangan asisten pembalap sangat berguna. Biasanya rider yang mempekerjakan orang-orang terdekatnya atau keluarga untuk terus mendampingi karena mereka dianggap mengerti kemauannya. Namun, tak sedikit yang merekrut para profesional untuk mengurus semua keperluan non teknis.
Salah satu asisten yang terkenal adalah Kevin Havenhand. Ia membantu rider Kawasaki Racing, Jonathan Rea, sekaligus jadi pengemudi motorhome.
Pria jangkung yang selalu berada di samping sang juara dunia WSBK enam kali itu, punya latar belakang yang mengejutkan. “Saya menghabiskan 26 tahun di Angkatan Bersenjata Inggris. Saya merangkak setinggi mungkin sebagai seorang prajurit hingga dilantik jadi kapten,” ia mengenang.
Pria yang akrab disapa Kev itu meninggalkan pekerjaannya karena tak betah berada di balik meja terus-menerus. Ia pun mencari tantangan baru yang memungkinkannya berada di luar.
Havenhand awalnya menjadi sopir motorhome Rea. Tugasnya mengantar dan menjemput pembalap Irlandia Utara itu saat pekan balapan. Bosan menunggu, ia pun menanyakan lowongan pekerjaan di bidang hospitality kepada Ronald Ten Kate.
Sejak saat itu, Havenhand punya pekerjaan ganda. Pada Selasa, menyiapkan mobil karavan untuk mengangkut Rea. Jumat hingga Sabtu, menjadi staf hospitality Ten Kate Honda. Senin, ia kembali membawa motorhome pulang atau ke lokasi balapan selanjutnya.
Pengalaman sebagai tentara menjadi modal penting bekerja dengan rider sekaliber Rea. Segalanya sangat terstruktur di area paddock dan detail diperhatikan untuk mengantisipasi berbagai perubahan kondisi.
“Angkatan Bersenjata Inggris bekerja dengan latihan, latihan untuk segala hal. Jonathan menyukai segala sesuatunya sama, kostum, helm, semua diletakkan persis sama. Kecuali, dia ingin mengubah sesuatu maka dia akan mengatakan kepada saya, sehingga tidak ada penyimpangan,” Havenhand mengungkapkan.
Rider Ducati, Alvaro Bautista, mengajak rekan sepermainan dari Talavera de la Reina, bekerja di sampingnya mulai 2013. Pria bernama Mario itu dikenal sejak usia empat tahun karena ayah mereka bersahabat. Pada hari biasa, ia mengelola bengkel pengecatan untuk helm, mobil, motor.
“Saya bekerja dengan Alvaro sejak grand prix pada 2013 dan terus berlanjut. Saya harus memastikan bahwa dia hanya memikirkan balapan,” ucapnya.
“Saya yang mengurus kostum, sepatu bot, helm. Saya sangat cepat menata helm Scorpion, Sidi dan lain-lain, memastikan semua siap setiap saat.”
Ia menceritakan bahwa Alvaro senang mengemudi. Jadi kemana pun mereka bepergian, rider itu yang menyetir dan Mario sebagai navigator.
Pembalap Kawasaki Racing, Alex Lowes, juga mengajak sahabatnya, Dave ‘Rocky’ Ryan jadi asisten. Saat melihat julukannya, bisa diketahui bahwa ia berhubungan dengan tinju.
Ya, Ryan pensiunan petinju profesional dan petarung. Koneksi keduanya terbangun dari sasana dan pelatih yang sama. Kirk Gibbons menggembleng mereka untuk program kekuatan dan pengkondisian.
“Kami berlatih bersama pada pagi hari. Awalnya, saya mungkin tak tahu apa-apa tentang balap motor, tapi kami akhirnya menghabiskan banyak waktu bersama, main golf, makan dengan teman-teman,” ucapnya.
“Saya lebih tua beberapa tahun dari Al. Saya katakan, ‘Ketika saya berhenti dari tinju, saya akan datang dan bepergian dengan Anda, membantu Anda dengan apa pun yang dilakukan, jadi asisten Anda.’ Saya kira 2016 adalah duel terakhir saya. Sejak 2017, itu yang saya kerjakan.”
Michael van der Mark berawal dari musuh dengan Simon Bentley, kini malah berkolaborasi. “Saya kenal Michael bertahun-tahun dan ketika mengatakan bertahun-tahun, maksudnya kembali ke hari-hari masih berlaga di STK600,” ia mengisahkan.
“Tim saya selalu berduel lawan dia hingga dia naik ke Supersport dan kemudian, memulai karier Superbike. Meski begitu, saya selalu berteman baik dengannya.”
Menjadi asisten ternyata lebih repot dibanding saat masih aktif balapan. “Jelas yang bisa Anda lihat adalah mempersiapkan semua perangkat mereka. Anda di sana untuk mereka di grid dan mereka punya rutinitas kecil masing-masing,” katanya.
“Perangkat balap modern…Ada banyak teknologi di dalamnya, air bag yang perlu diisi ulang dan dicek dan diubah. Jelas juga menjaga semuanya tetap rapi, memastikan para pembalap terhidrasi, mereka dapat minuman pemulihan dan mendapat hidrasi cukup setiap hari.
“Kadang termasuk hal-hal kecil yang konyol seperti, ‘Aoakah Anda bisa mengambilkan tiket parkir untuk saya?’ Hal-hal seperti itu. Makin banyak waktu yang Anda ambil dari dia, maka makin banyak waktu yang bisa dihabiskannya dengan kepala kru. Mereka tidak perlu tekanan.”
Dari kisah di atas jelas terlihat betapa para pembalap memerlukan asisten sebagai tempat bergantung dan menjauhkan mereka dari drama yang mengganggu balapan.