Juara dunia Fabio Quartararo finis P2 waktu kombinasi dari tiga hari tes MotoGP di Pertamina Mandalika Circuit, Indonesia. Tetapi, ia tak bisa menutupi kekecewaannya.
Oleh: Germán Garcia Casanova Diterjemahkan oleh: Tri Cahyo Nugroho , Editor 13 Feb 2022 18.26
Pada hari terakhir tes pramusim MotoGP 2022 di Mandalika, Lombok, Minggu (13/2/2022), Fabio Quartararo melibas 79 lap, ketiga terbanyak di antara pembalap yang turun.
Waktu lap yang dibuat pembalap tim pabrikan Monster Energy Yamaha MotoGP itu pada hari terakhir, 1 menit 31,074 detik, menempatkannya di P2 waktu kombinasi. Ia hanya kalah 0,014 detik dari Pol Espargaro (Repsol Honda) sebagai pembalap tercepat.
Kendati begitu, persepsi Quartararo terhadap Yamaha YZR-M1 versi 2022 tidak berubah. Ia tetap mengkritik para teknisi Yamaha di Iwata, Jepang, karena merasa kurangnya kecepatan motor prototipe tersebut.
“Jujur, yang mengecewakan adalah dengan begitu banyak waktu untuk mengembangkan mesin, kami tidak mendapatkan apa-apa,” kata pembalap asal Prancis tersebut setelah menyelesaikan tes hari terakhir.
“Yang saya tidak mengerti, mengapa di setiap sirkuit, rata-rata, kami selalu lebih lambat 10 km/jam. Entah itu di lintasan lurus sepanjang 100 meter maupun 1 km sekalipun, kami selalu tertinggal paling tidak 10 km/jam, bahkan kadang lebih,” tuturnya.
“Itulah yang membuat saya tidak merasa senang. Mereka tahu benar masalah ini. Saya bahkan berulang kali mengatakan kepada mereka.”
Pada Jumat (11/2/2022), Quartararo melibas 86 lap Sirkuit Mandalika yang memiliki panjang 4,301 km. Sehari kemudian, 68 lap dilahapnya. Ditambah 79 lap pada Minggu, Quartararo total sudah melibas 233 lap atau setara 494 km.
Jarak tersebut lebih dari 11 kali jarak balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika jika diasumsikan lomba pada akhir Maret nanti berdurasi 20 lap.
Dengan jarak tersebut, pembalap sekelas juara dunia seperti dirinya jelas sudah mampu menyimpulkan seberapa kompetitif motor yang diperlukan untuk mempertahankan gelar.
Namun, Quartararo mengaku tidak bisa apa-apa lagi. Balapan pertama di Qatar pada 6 Maret, kurang dari enam pekan lagi. Dengan tidak adanya tes lagi, Yamaha jelas tidak mau mengambil risiko mencoba mesin baru langsung untuk balapan pertama di Sirkuit Losail nanti.
“Dari saya pribadi, saya sudah 100 persen siap. Saya akan memberikan segalanya di trek. Tetapi, tentu saja dengan semua yang kami miliki saat ini,” ucap pembalap 22 tahun itu.
“Sebelumnya, saya sangat berharap bisa mendapatkan top speed yang lebih baik pada M1 2022 ini. Faktanya, seperti saya bilang tadi.
“Saya sudah katakan berulang kali dan tak ingin lagi mengatakannya karena kami tahu seperti apa mesin ini dan tenaganya. Saya hanya bisa bersiap dan akan turun dengan kekuatan 100 persen.”
Dalam perjalanannya merebut gelar juara dunia MotoGP 2021 lalu, Fabio Quartararo berhasil memenangi lima balapan. Empat di antaranya ia buat pada sembilan grand prix awal. Tetapi, kini ia tidak tahu lagi apa yang bisa ia berikan buat Yamaha.
“Jujur, saya tidak tahu di mana lagi kami bisa lebih baik. Bagian depan-bawah (front end) tidak stabil, rear end juga kerap sliding, getaran ada di mana-mana. Jadi, sulit untuk mencari lagi di mana lagi problem kami. Semua sudah mencapai limit,” katanya.
Quartararo menambahkan, hal terpenting saat ini adalah Yamaha terus bekerja keras untuk menemukan sesuatu, menemukan kecepatan tambahan untuk membuat dirinya tidak lagi merasa di belakang.
“Dengan kondisi kecepatan saat ini, saya harus mengeluarkan tenaga ekstra setiap kali turun di trek. Setiap orang di tim ini sudah mencapai limitnya tetapi kesulitan tetap masih kami temui,” kata Fabio Quartararo.
Yamaha sebetulnya memiliki rekor paling bagus di Qatar. Dari 18 balapan kelas MotoGP di Losail, Yamaha mampu 10 kali memenanginya. Dua terakhir bahkan dibuat beruntun tahun 2021 lalu lewat Maverick Vinales (GP Qatar) dan Quartararo (GP Doha).
“Untuk lomba di Qatar, kami mungkin tidak bisa seperti sebelumnya. Yang bisa saya lakukan adalah mempelajari setiap trek sebanyak mungkin. Tidak membuat kesalahan, kualifikasi bagus, dan start yang baik,” kata Fabio Quartararo.
“Tidak boleh ada kesalahan. Di Portimao (Portugal) tahun lalu, kami di P8 kualifikasi dan tercecer jauh. Saya kira tahun ini batas maksimum posisi start terjelek adalah P6. Jika posisi grid lebih buruk daripada itu, kami akan menemui masalah serius.”