ITDC Jelaskan Implementasi Sistem Bubble MotoGP

Salah satu hal yang menjadi sorotan terkait penyelenggaraan MotoGP Indonesia adalah penerapan protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir di Tanah Air. Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer memberikan penjelasannya.
Oleh: I Gede Ardy Estrada , Editor 9 Feb 2022 23.45

Para pembalap MotoGP telah tiba di Mandalika, Lombok, untuk menjalani tes pramusim, akhir pekan ini. Pihak penyelenggara pun menyiapkan skema agar kegiatan tersebut, dan juga event utama Pertamina Grand Prix of Indonesia bulan depan, tidak menjadi klaster baru Covid-19.

Mayoritas rider yang mengunggah kegiatannya –seperti mengunjungi pantai atau sekitar hotel tempat mereka menginap– melalui media sosial sebelum tes MotoGP Mandalika memunculkan kekhawatiran potensi penyebaran virus corona varian Omicron.

Namun Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M Mansoer meyakinkan bahwa pihak penyelenggara telah menyiapkan skema dan antisipasi sehingga tidak terjadi hal-hal yang dicemaskan. 

Berita Terkait :  Marc Marquez Akan Siksa Honda RC213V 2022

Untuk event pengujian pramusim di Mandalika pada 11-13 Februari ini dan Pertamina Grand Prix of Indonesia bulan depan, telah disiapkan sistem bubble, yang berlaku bagi seluruh pembalap dan anggota tim MotoGP.

Dengan skema ini, pergerakan setiap pembalap dan kru tim dibatasi meskipun mereka tidak harus menjalani karantina. Sistem bubble memastikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 tetap terpenuhi.

“Sistem yang dipilih atau ditetapkan adalah sistem bubble. Nah, sistem bubble ini mereka datang dari Malaysia (usai tes Sepang) langsung dengan dua pesawat shuttle dan landing di Lombok. Di sana, hanya ada tiga lokasi yang diperbolehkan, yaitu hotel, sirkuit dan gym (tempat olahraga),” ujar Abdulbar M Mansoer saat hadir dalam peresmian kerja sama Pertamina dan Dorna Sports di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

Berita Terkait :  Francesco Bagnaia Pede GP22 Mudah Raih Kemenangan

“Kami berusaha memperkuat sistem bubble ini dengan pendampingan untuk setiap perjalanan kru dan pembalap yang berjumlah 526 orang, termasuk arahan bapak Marsekal Hadi Tjahjanto, selaku ketua panitia, bahwa setiap perjalanan pembalap didampingi oleh satu personel dari BNPB dan panitia. Jadi yang dilihat kemarin itu (pembalap jalan-jalan), mereka sudah ada yang mengawasi.”      

Lebih lanjut Abdulbar menjelaskan jika setiap kegiatan para pembalap atau kru dari seluruh tim MotoGP dilakukan dengan pengawasan ketat. Tak cuma selama tes pramusim, ini pun berlaku saat event balapan pada 18-20 Maret mendatang.

Berita Terkait :  Rossi akui walau tak juara musim ini, Ini musim paling berkesan selama membalap MotoGP

“Mereka hanya boleh exercise (olahraga), hotel, dan sirkuit. Dan kalau ada yang berinteraksi, itu di bawah pengawasan kami. Jadi ada dari pihak panitia yang mengawasi dan kami strict (ketat) sekali,” tuturnya.

“Bahkan, Mr. Carlos (Ezpeleta, Managing Director Dorna Sports) tadinya mau ke sini (peresmian kerja sama dengan Pertamina), tetapi kami sarankan, karena masih dalam bubble, dilaksanakan secara hybrid dan beliau setuju.”

“Kami berusaha maksimal untuk menjaga. Alhamdullilah kemarin (saat) di tes PCR semua (pembalap dan kru) negatif. Jadi, kami berawal dari negatif, dan terakhir pada waktu WSBK kami juga berhasil untuk tidak menjadi klaster baru.”

Related posts