Tak Dapat Tim WSBK, Dominique Aegerter Kambinghitamkan Kebangsaannya

Dominique Aegerter mengambinghitamkan kewarganegaraannya sebagai salah satu penyebab tak dapat tawaran dari tim World Superbike (WSBK).

Musim 2021 seolah jadi puncak kinerja rider Swiss itu sekaligus sangat sibuk. Aegerter jarang libur di akhir pekan dan harus mempelajari motor yang karakternya jauh berbeda. Namun, kerja kerasnya terbayar dengan prestasi apik pada dua kompetisi, World Supersport (WSSP) dan MotoE.

Di kategori menengah Superbike, ia mengoleksi 10 kemenangan dan menginjak podium dalam enam lomba. Aegerter mengklaim start dari posisi pertama empat kali dan fastest lap delapan kali. Menariknya, semua itu ditorehkan pada tahun debut pria 31 tahun tersebut di WSSP.

Berita Terkait :  Titel WSBK 2022 Bukan Tujuan Utama Alvaro Bautista

Dalam MotoE, Aegerter berhasil memaksakan duel hingga balapan penutup Misano 2. Sayangnya, ia kalah dari Jordi Torres dan harus puas membawa pulang status runner-up.

Namun, gelar juara WSSP yang diperolehnya musim lalu tak cukup membuat tim-tim WSBK berpaling kepadanya. Mayoritas malah mencari pembalap muda WSSP atau dari ajang grand prix.

Contohnya, Yamaha merekrut Luca Bernardi (20 tahun) dan Manuel Gonzalez (19) yang musim lalu kurang konsisten.

Persembahan dua podium dari Suzuka 8 Hours juga tak membuat Honda memanggil Aegerter. Pabrikan berlogo sayap tunggal malah memanggil eks rider MotoGP, Iker Lecuona, dan Moto2 Xavi Vierge. Usia keduanya 22 tahun dan 24 tahun.

Berita Terkait :  Aprilia: Perjalanan dari Noale hingga ke Kejuaraan Dunia

Aegerter memiliki teori sendiri terkait sulitnya mendapat tim WSBK. Menurutnya, usia bukan jadi pertimbangan utama mereka jika melihat isi grid musim lalu.

“Saya 31 tahun, cukup tua untuk pembalap. Namun tahun lalu, ada pembalap World Superbike yang umurnya 36 dan 38 tahun,” ujarnya kepada Speedweek.

“Saya lebih muda beberapa tahun dari mereka. Tetap saja, saya tidak dapat kesempatan dan hanya jadi opsi B. Itu membuat saya kesal.

“Tidak ada yang tertarik kepada saya karena saya orang Swiss. Jika saya orang Amerika Serikat, India atau Turki, saya akan punya lebih banyak kesempatan.”

Berita Terkait :  Kehilangan Kursi Moto3, Maximilian Kofler Arungi WSSP

Ia menengok lagi perjalanan musim 2021, terutama pada kelemahan motor yang sering menghambatnya.

“Saya tidak menang banyak, tapi punya musim bagus. Ok, dua atau tiga kali saya kurang beruntung dengan bendera merah dan saat awal musim, saya sedikit tumbang karena kami tak punya cukup tenaga pada mesin. Selain itu, ada juga kurangnya pengalaman dalam tim,” Dominique Aegerter mengevaluasi.

Related posts