Jorge Lorenzo Ungkap Penyebab Dirinya Tinggalkan Honda

Jorge Lorenzo mengutarakan alasannya meninggalkan Honda sekaligus mundur dari Kejuaraan Dunia MotoGP.

Sekira dua tahun lalu, Jorge Lorenzo mengungkapkan empat momen terpenting dalam hidup seorang pembalap. Mantan pembalap asal Spanyol itu menyebut: balapan pertama, kemenangan pertama, gelar juara dunia pertama, dan saat mengucapkan selamat tinggal.

Hal tersebut diutarakan Lorenzo saat menyatakan mundur dari Tim Repsol Honda dan Kejuaraan Dunia MotoGP pada 14 November 2019 lalu.

Lorenzo mengakui bila empat momen penting selama karier pembalap tersebut, pada saat yang sama juga menjadi bagian dari pengalaman hidup.

Saat mengucapkan hal-hal tersebut, ada momen yang ternyata membuat dirinya memutuskan untuk mundur karena sudah tidak lagi memiliki motivasi yang membuatnya menjadi salah satu pembalap perfeksionis di seluruh grid Kejuaraan Dunia Balap Motor saat itu.

Seperti diketahui, Lorenzo sudah memenangi segalanya di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Ia memenangi gelar juara dunia kelas 250cc (kini Moto2) pada 2006 dan 2007.

Naik ke kelas tertinggi, MotoGP, pada 2008, Jorge Lorenzo terlihat tidak canggung bertarung dengan sang legenda, Valentino Rossi, yang menjadi rekannya di tim pabrikan Yamaha. Berikutnya, sejarah yang bicara.

Berita Terkait :  Hasil FP1 Moto2 Qatar: Fernandez Kuasai Sesi, Acosta 10 Besar

Bersama Yamaha, Lorenzo berhasil merebut tiga gelar juara dunia MotoGP: 2010, 2012, 2016. Ia lantas pindah ke Ducati dan hanya bertahan dua tahun dengan cuma tiga kali naik podium utama.

Pada 2019, Lorenzo pindah ke tim pabrikan Repsol Honda untuk menggantikan komatriotnya, Dani Pedrosa, yang pensiun. Alih-alih berjaya, Lorenzo tidak mampu mengeluarkan potensi Honda RC213V dan mundur setahun lebih cepat dari kontraknya.

Pada akhir Juni 2019, Lorenzo terjatuh di sesi latihan bebas pertama MotoGP Belanda di Assen. Akibatnya, ia mengalami retak tulang belakang yang memaksanya tak hanya absen di lomba GP Belanda tetapi juga tiga balapan setelahnya.

Seperti dikutip DAZN, Lorenzo menyebut kecelakaan di Assen tersebut menjadi titik balik kariernya. Ia mengungkapkan, saat itu dirinya ingin langsung gantung helm setelah GP Belanda.

Berita Terkait :  Kehilangan Podium, Marc Marquez Merasa Sudah Tampil Solid

“Saya sudah sangat ingin pensiun setelah Assen. Namun, saya tidak mau terburu-buru sehingga menundanya selama mungkin,” kata Lorenzo.

Rupanya hati kecil Lorenzo mengatakan dirinya harus tetap mencoba untuk bangkit. Tetapi, sejak insiden di Assen tersebut, Lorenzo menyebut tidak lagi mampu bersabar atau menemukan kembali motivasi untuk bisa balik ke posisi terdepan seperti sebelum kecelakaan.

Sejatinya, Lorenzo pernah mampu bangkit dari cedera pada 2014. Saat itu, ia mampu finis di P5 hanya 48 jam setelah melakukan operasi pada klavikula (tulang selangka).

Namun, kecelakaan di Assen yang menyebabkan retak pada tulang belakang keenam dan kedelapan, benar-benar memukul Lorenzo. Bahkan, memperkuat tim sebesar Repsol Honda pun tidak mampu mengembalikan motivasinya.

“Saat berusia 30, 31, atau 32, Anda akan lebih berhati-hati. Setiap kali terjatuh dengan cedera, itu seperti menambah batu pada tas mental Anda. Pengalaman buruk akan membuat Anda lebih berhati-hati,” kata Lorenzo.

Setelah mengalami serangkaian cedera, salah satunya di Assen, Jorge Lorenzo akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Honda dan mundur dari MotoGP pada akhir musim 2019.

Berita Terkait :  Poin semakin jauh dengan Marquez, Rossi yakin masih bisa juara Dunia

Menurutnya, jika tidak terjatuh di Assen, ia pasti akan melanjutkan karier bersama Honda. Lorenzo juga menyebut dirinya sangat ingin kembali ke jajaran elite pembalap. Tetapi, setelah cedera di Assen, rasanya hampir mustahil bisa mengendalikan Honda RC213V lebih baik lagi.

Jorge Lorenzo pun mengaku mendapatkan segalanya di MotoGP tetapi juga merasakan salah satu fase terburuk dalam hidupnya.

“Saya tahu risiko di olahraga balap seperti MotoGP. Namun, apakah sepadan kehilangan 20, 30, atau 40 tahun ke depan hanya untuk mencoba memenangi beberapa balapan atau sejumlah gelar?” katanya.

Semua tahu, Jorge Lorenzo – pemenang 47 Grand Prix, 114 podium, 43 pole position, dan 30 fastest lap dari 203 start MotoGP – akhirnya memutuskan gantung helm saat berusia 32 tahun. Belakangan banyak yang menilai bila keputusan Jorge Lorenzo itu sudah tepat.

 

Related posts