Pengamat: Soedjatmoko dilahirkan untuk menjawab tantangan modernisasi

Jakarta (BabatPost.com) – Pengamat Politik Fachry Ali mengenang Cendekiawan Soedjatmoko sebagai sosok yang memang dilahirkan untuk menjawab tantangan-tantangan modernisasi.

Read More

“Soedjatmoko itu dilahirkan untuk mencari jawaban-jawaban terkait modernisasi yang mau tidak mau harus dihadapi,” ujar Fachry Ali.

Ia mengemukakan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk “Mengenang Peninggalan Karya Intelektual Soedjatmoko” yang disiarkan langsung di kanal Youtube LP3ES Jakarta, dipantau dari Jakarta, Senin.

Pandangan seperti itu ditemukan Fachry Ali melalui pengamatan dan pemahaman terhadap pemikiran Soedjatmoko dalam karya-karya beliau. Fachry Ali menilai kajian-kajian Soedjatmoko terhadap modernisasi lebih mendalam dibandingkan kajian-kajian lain, seperti karya Sutan Sjahrir.

Berita Terkait :  Gubernur Papua Siap Dukung Pemerintah Indonesia Melawan Freeport

“Sebenarnya, tantangan modernisasi juga berusaha dijawab oleh Sutan Sjahrir di dalam bukunya yang berjudul Perjuangan Kita. Modernisasi disampaikannya sebagai sistem gagasan tentang kita harus menerima dunia internasional, jangan berpikiran sempit, dan seterusnya,” kata Fachry Ali.

Namun, lanjut dia, kajian terhadap modernisasi yang disampaikan oleh Soedjatmoko jauh lebih mendalam daripada pembahasan dalam buku Perjuangan Kita itu.

Soedjatmoko, kata Fahry Ali, merumuskan bahwa keberadaan modernisasi memang ada. Namun Soedjatmoko juga mendalami cara melalui modernisasi, yaitu dengan melepaskan seluruh kekuatan dan energi yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian, modernisasi tidak berbalik menghancurkan manusia.

Berita Terkait :  Punya Hubungan Cukup Erat, Kobar Pilih Orangutan Jadi Maskot Pilkada 2017

Pada kegiatan yang ditujukan pula untuk memperingati 100 tahun kelahiran Soedjatmoko itu, pengamat yang juga merupakan Anggota Dewan Pengawas Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi, dan Sosial (LP3ES) ini menyampaikan pula kekagumannya pada karya-karya dan pemikiran Soedjatmoko, terutama terkait pembangunan.

“Saya sangat suka, Soedjatmoko mengatakan, pada akhirnya, di dalam proses pembangunan itu, yang pertama-tama menjadi korban adalah kebebasan manusia,” ujar Fachry Ali.

Melalui pemikiran itu, kata Fachry Ali, dapat dipahami bahwa ancaman terhadap hancurnya kebebasan manusia, kemerdekaan, dan otonomi dari sudut pandang Soedjatmoko, tidak bersifat tunggal, tetapi melibatkan berbagai aspek, bahkan dalam proses pembangunan.

Berita Terkait :  Gibran klaim pelaporan ke KPK tak ganggu elektabilitas

“Pembangunan itu sendiri pun mengancam kebebasan manusia ketika kemudian negara-negara berkembang mengalami keterbelakangan yang gila-gilaan. Jadi, kemiskinan dan kebodohan itu sulit untuk diselesaikan,” ujar dia.

Selanjutnya, untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pendidikan yang tidak merata itu, Soedjatmoko menyampaikan bahwa secara struktural, akan ada kekuasaan bersifat otoriter untuk mencarikan jalan keluar.

“Ini terjadi di Indonesia sehingga pemikiran Soedjatmoko tentang pembangunan itu pun masih relevan hingga sekarang,” kata Fachry Ali.

Related posts