Meski sudah menyandang gelar juara dunia MotoGP 2021, Fabio Quartararo, masih penasaran mengalahkan Marc Marquez dengan adil.
Cedera lengan kanan usai crash di Jerez pada MotoGP 2020, membuat Marquez kehilangan mahkota juara. Gelar musim itu jatuh ke tangan Joan Mir, sebagai rider paling konsisten.
Ketika bintang Repsol Honda itu mengumumkan comeback tahun lalu, timbul pertanyaan apakah ia langsung bersaing merebut gelarnya lagi atau kembali dari nol.
Ternyata, Marquez belum menunjukkan kinerja memukau, walau sudah mengunci tiga kemenangan dan satu runner-up. Ia hanya bisa menonton Quartararo dinobatkan sebagai kampiun.
Bagi Quartararo, suksesnya terasa kurang greget karena jarang berduel bersisian dengan The Baby Alien. Masih ada kesempatan musim depan ketika Marquez terbebas dari diplopia dan cedera lengannya, serta kondisinya 100 persen.
“Marc absen selama delapan bulan dengan cedera sangat serius. Bisa dimenerti bahwa itu merugikannya di awal. Terlepas dari itu, dia sudah mengumpulkan tiga kemenangan dan hanya ketika sudah mulai kembali ke levelnya dengan kekuatan besar, dia cedera lagi,” ujar pembalap Yamaha Factory Racing kepada Solomoto, yang dikutip Motosan.
“Marc menjadi contoh yang saya ikuti dalam 10 tahun terakhir. Dia bukan hanya menjadi bintangnya pembalap, dia idola olahraga ini. Saya ingin bertarung dengannya lagi.”
Musim ini, Quartararo dua kali berada berdekatan dengan Marquez di grup depan, yakni pada MotoGP Jerman dan Amerika serikat. Keduanya dimenangi pembalap 28 tahun itu.
Rider Prancis tersebut menyadari hidupnya berubah setelah menyandang status juara.
“Menjadi pembalap pertama Prancis yang menjuarai MotoGP, tentu ada ketertarikan besar dari media nasional dan lebih besar lagi, dari penggemar, yang menggila dengan hasil ini. Tapi saya sangat gembira dengan itu,” katanya.
Ia satu-satunya rider Yamaha yang mampu mengeluarkan performa terbaik YZR-M1 2021. Rekan setimnya, Maverick Vinales, menyerah dan hengkang ke Aprilia setelah melewati friksi demi friksi.
Bagi Quartararo, konflik itu malah meningkatkan motivasinya mempersembahkan hasil maksimal untuk Yamaha.
“Maverick telah bersama Yamaha selama beberapa tahun. Pada akhirnya, semua ini mengarah ke ranah pribadi dan saya tidak mau terlibat di dalamnya. Vinales mengalami kesulitan dengan motor tahun ini. Dia minta beberap hal dan Yamaha tak memilikinya,” ia menuturkan.
“Dalam diri saya, saya tak peduli, tapi bukan apa yang terjadi padanya, lebih karena permintaannya, karena semua yang terjadi di sekitar saya, karena saya fokus pada tujuan dan jelas bagi saya, untuk memenangi kualifikasi. Walau sejujurnya, itu tak berpengaruh apa pun kepada saya.”
Quartararo sendiri memicu kontroversi dengan kostum balap yang tiba-tiba terbuka.
“Itu sangat aneh karena saya tidak bisa melaju 340 km/jam dengan kostum terbuka. Tapi saat itu, saya pikir itu tidak bisa melukai saya. Yang saya mau adalah mengamankan podium, titik…,” ia mengenang.
“Tapi saya akui, itu berbahaya terutama di trek lurus. Ketika saya menempel di tangki, rasanya dada saya sangat panas! Lalu saat saya bangun untuk mengerem, sensasinya aneh karen udara masuk dari berbagai bagian kostum. Saya juga mendapat tekanan besar pada leher, sulit menahannya terutama ketika mengerem.”