Penguatan Eksistensi Ducati Bisa Ancam Keseimbangan MotoGP

Ducati kian menguatkan eksistensinya dengan menurunkan delapan motor di MotoGP 2022. Ternyata, ide tersebut dipandang negatif karena bisa menimbulkan ketimpangan di kelas premier.

Pabrikan Borgo Panigale tersebut terjun ke kejuaraan dunia pertama kali pada 2003. Ketika itu, mereka memasangkan Loris Capirossi dan Troy Bayliss.

Setelah tiga tahun, Ducati memutuskan melipatgandakan amunisi di trek dari dua menjadi empat. Merek menerima Pramac sebagai tim satelit.

Jumlahnya bertambah lagi pada 2009 setelah bekerja sama dengan Francisco Hernando Group, yang menunjuk Sete Gibernau sebagai rider.

Presensi Desmosedici menjadi enam dengan datangnya Valentino Rossi pada 2011. Ketika itu, mereka menurunkan 2 motor untuk tim pabrikan, 2 untuk Pramac sebagai satelit, serta masing-masing satu motor untuk Aspar dan Cardion AB sebagai pelanggan.

Lima tahun kemudian, Cardion berganti Avintia dan delapan motor mengaspal. Sah-sah saja ada pabrikan menyewakan banyak motor sepaniang punya dana dan kapasitas produksi.

Bagi tim satelit yang kaya biasanya menerima prototipe terbaru. Beda cerita kalau skuad pelanggan dengan anggaran minim, mereka akan mendapat motor yang dipakai satu atau dua musim sebelumnya.

Pada 2019, jumlah Desmosedici GP berkurang dua menjadi enam. Tahun selanjutnya, pembalap pabrikan menjadi empat, yakni Andrea Dovizioso, Danilo Petrucci, Jack Miller serta Francesco Bagnaia. Johann Zarco ditempatkan ke Avintia dengan gaji ditopang Ducati separuh. Tito Rabat diplot untuk Esponsorama Racing.

Berita Terkait :  WorldSBK Indonesia: 'Seperti bemper mobil' - Petrucci

Musim 2021, terjadi perombakan besar-besaran karena mereka mau mengandalkan pembalap muda. Miller, Bagnaia, Zarco dipertahankan. Mereka membuka pintu untuk para debutan, yakni Jorge Martin, Enea Bastianini dan Luca Marini. Untuk dua nama terakhir, dibekali motor versi 2019 dan 2020.

Pada 2022, Miller, Pecco Zarco, Martin dan Marini diberi motor terbaru. Sebaliknya, Bastianini, Fabio Di Giannantonio dan Marco Bezzecchi menunggangi GP21.

Semakin banyak menurunkan motor, sebenarnya memberi keuntungan bagi Ducati. Mereka mendapat lebih banyak data yang berguna bagi pengembangan. Selain itu juga, meraup dua juta euro (sekitar Rp32,4 miliar) untuk motor musim sebelumnya dan satu juta euro untuk peminjaman motor dua musim sebelumnya, plus kontrak para pembalap.

Dengan langkah tersebut, mereka bisa menekan pembengkakan neraca. Sebagai gambaran, gaji Jorge Lorenzo dan Dovi sudah menyentuh 20 juta euro untuk musim 2017 dan 2018. Hal ini yang mendorong Ducati menggunakan jasa para pembalap muda.

Nilai kontrak mereka relatif rendah dibanding yang sudah sangat berpengalaman. Miller, Zarco, Martin dan Bastianini masing-masing meraup tiga juta euro, ditambah bonus tiga juta euro tergantung prestasi.

Menurut kebijakan baru, dana tidak sepenuhnya masuk ke kantong pembalap melainkan diinvestasikan pada pengembangan motor. Hasilnya sudah bisa dinikmati.

Berita Terkait :  Hasil MotoGP Indonesia: Oliveira Kuasai Wet Race Mandalika

Ducati punya motor yang mumpuni dan dianggap paling seimbang di grid. Desmosedici menghasilkan tujuh kemenangan dan 17 podium yang membuat lawan ketar-ketir.

Setelah menguji motor Desmosedici GP22 pertengahan November silam, Miller merasa prospeknya sangat cerah.

“Saya kira pada 2022, Ducati akan jadi motor yang dominan. Dengan GP21, masalah GP20 sudah diselesaikan. Pada akhir musim, kami mampu mendominasi. Langkah maju dibuat dengan pengembangan yang jelas,” tutur rider berjuluk JackAss.

Runner-up MotoGP 2021, Bagnaia, paling menguasai Desmosedici dibuktikan dengan empat kemenangan.

“Motor sebelumnya (GP21) sudah sempurna dan kami meningkatkan itu. Ini artinya bahwa Ducati telah melakukan pekerjaan dengan bagus karena mengoptimalkan motor yang sudah fantastis tak mudah,” katanya.

Ketika paddock Ducati diliputi keyakinan dan optimistis, sebaliknya lawan menilai kebangkitan tim merah itu merupakan sebuah ancaman besar.

Juara dunia MotoGP 2020, Joan Mir, menilai kehadiran delapan Desmosedici GP terlalu berlebihan.

“Sejujurnya, saya kira itu terlalu banyak. Jika seorang pembalap berebut titel dengan Ducati dan mereka punya delapan motor untuk bertarung, maka itu keterlaluan. Selalu ada Ducati di depan dan itu menunjukkan potensi mereka,” katanya.

Bagi andalan Aprilia, Aleix Espargaro, idealnya masing-masing pabrikan menempatkan maksimal empat motor di grid.

Berita Terkait :  Jadwal MotoGP Spanyol 2022 Pekan Ini

“Ducati adalah motor yang sangat kompetitif dalam kompetisi, dan kami semua setuju dengan itu,” ia mengungkapkan.

“Semua pembalap sangat kencang di atas motor itu. Dari sudut pandang romantisme, saya suka semua pabrikan punya empat motor. Itu dulu merupakan ide Dorna, tapi karena satu dan lain hal, itu terjadi dan Ducati menjaga pangsa pasar.”

Juara dunia 2021, Fabio Quartararo, tampaknya akan sulit mempertahankan torehannya. Dibandingkan Yamaha YZR-M1, perkembangan Desmosedici GP jauh lebih pesat.

“Setelah libur musim panas, mereka mengambil langkah besar. Mereka mendapat keyakinan besar. Valencia adalah sirkuit yang secara teori tidak menguntungkan mereka, tapi mereka malah dapat pole position dan hat-trick,” ia mengungkapkan.

“Saya khawatir tentang musim depan, tapi itu tergantung Yamaha. Mereka tahu apa yang dilakukan.”

Rider Repsol Honda, Pol Espargaro, sadar bakal kewalahan mengimbangi deretan pembalap Ducati.

“Ini sangat negatif. Saya tidak bicara tentang kejuaraan, tapi tentang saya, tentang ketertarikan saya. Ducati bekerja sangat baik, dan apabila mereka bisa berevolusi seperti musim ini, maka akan buruk bagi kami,” katanya.

“Sepanjang tahun, para pembalap Ducati sering bertarung untuk menang dan tahun depan, ada dua lagi.”

Related posts