Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise menemukan dua kasus gizi buruk di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (9/10). Dua kasus gizi buruk itu ditemukannya ketika melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas Karang Taliwang, Kota Mataram, di mana dua pasien gizi buruk yang sedang diberikan perawatan khusus.
Kini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga melakukan kunjungan ke Puskesmas Karang Taliwang setelah berkunjung ke Pasar Cakranegara dan SD di kawasan Rembige dengan didampingi Penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayani, bersama sejumlah jajaran pimpinan dinas/instansi terkait baik tingkat Kota Mataram maupun tingkat Provinsi NTB.
Kendati sedikit kaget dengan kasus gizi buruk itu, namun Menteri memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Mataram terutama Puskemas Karang Taliwang yang memberikan pelayanan dan perawatan secara maksimal kepada dua pasien gizi buruk itu, sehingga dari catatan kesehatannya kondisi dua pasien tersebut secara bertahap mulai membaik.
Ia mengatakan, gizi buruk memang disebabkan banyak faktor, namun yang paling mendasar adalah faktor pola asuh yang salah. Faktor salah asuh ini merupakan faktor yang sangat mendasar sehingga kasus gizi buruk bisa terjadi kepada masyarakat mampu.
Terkait dengan itu, Yohana Yambise mengingatkan kepada para orang tua untuk tetap memperhatian anak-anak dengan memberikan pola asuh yang baik sehingga kasus gizi buruk dapat dicegah. Dalam kesempatan itu, Menteri juga berkeliling melihat sejumlah ruang pelayanan dan perawatan di Puskesmas Karang Taliwang.
Penderita malnutrisi grade tiga sangat sulit dipulihkan lantaran sudah tidak mau makan. Dibutuhkan asupan makanan melalui injeksi ataupun vitamin. Dikatakan Ariani, kondisi Panti Laras Cengkareng paling memprihatinkan dibanding tiga panti lainnya yakni Panti Laras Cipayung, Panti Laras Ceger, dan Panti Laras Bina Sosial Daan Mogot.
Pasokan obat diĀ panti itu juga masih minim terutama untuk obat antibiotik dan dan salep kulit. Selain kasus malnutrisi, para penderita gangguan jiwa ini juga banyak yang terserang penyakit kulit.
Sebelumnya ada 181 orang sakit jiwa dari empat panti meninggal dunia selama enam bulan terakhir. Rata-rata mereka meninggal dunia karena sakit dan akibat minimnya obat untuk para penderita sakit jiwa.