Nilai tukar rupiah berakhir melemah 0,48% atau 66 poin ke level Rp13.887 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi sejalan dengan mayoritas nilai tukar Asia terhadap dolar AS, menjelang dirilisnya notulensi FOMC meeting.
Menurut Reny Eka Putri selaku Analis pasar uang Bank Mandiri, bahwa penyebab yang paling besar atas penguatan rupiah disababkan dollar AS sendiri tengah lesu. Pasar memperkarakan The Fed tidak bakal mengerek suku bunga tahun sekarang sebab data ekonomi Paman Sam tidak gereget.
Sangat disayangkan, Kurs Rupiah Hari Ini kian memburuk walaupun sempat terjadinya penguatan akan tetapi itu hanya berjalan sebentar saja. Rupiah pun sekarang ini seakan diobok-obok oleh dolar. Waktu awal pembukaan pada jam 08.15, Rupiah memang sempat menguat pada posisi Rp 13.736 /USD, selanjutnya sekitar jam 08.40 WIB rupiah pun kembali goyang dan terus melemah sampai pada level Rp 13.850 / Dolar US. Sampai sore ini, jam 12.53 WIB, rupiah masih bertengger pada kisaran Rp 13.895 perdolar.
Hasil pemantauan indoberita, dari laman Bloomberg Dollar Index pada hari Rabu, (7/10/2015) kemarin, rupiah memang ditutup dengan level yang sangat kua yaitu sekitar 420 poin atau setara 2,95 % menjadi Rp 13.821 / USD. Selanjutnya, pada awal pembukaan perdagangan di hari kamis ini 8 Oktober, menurut pengungkapan dari Bloomberg Dollar Index apabila rupiah langsung kembali melemah di level Rp13.850/USD, atauu turun sekitar 29 poin atau setara 0,21%.
Goldman Sachs juga mengeluarkan prediksinya jika kenaikan suku bunga AS dapat tertahan sampai tahun depan. Dampknya, pelaku pasar yang menginginkan untung itu pun melepas dollar. Diakuinya jika hal itu memiliki keuntungan untuk mata uang di Asia termasuk Indonesia.
Tetapi, Trian Fathria selaku Research and Analyst Divisi Treasury Bank Negara Indonesia memberikan himbauan, seluruh faktor pendukung rupiah sekarang ini cuma bersifat sentimen sesaat, tidak perubahan yang mendasar. Sepanjang masih tidak terdapat kepastian terkait Fed fund rate, rupiah bakal sukar bangkit. Kebijakan BI serta pemerintah masih belum ngasih sentimen kuat dalam mengangkat rupiah.