Di balik Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah…

Jakarta (BabatPost.com) – Berkarir sebagai wartawan mulai dari tahun 1980-an di Harian Merdeka, berlanjut ke Republika, hingga menjadi Pemimpin Umum LKBN Antara (2005-2007) telah membawa langkah Asro Kamal Rokan mengunjungi 44 negara di 5 benua.

Read More

Dari 44 negara itu, ia menuangkan kembali pengalaman berkesan dan bernilai sejarah yang kuat dari 32 negara ke dalam buku perjalanannya yang pertama, yaitu Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah… dan telah resmi diterbitkan pada Kamis (16/12).

Sebelum pembaca membuka lembar dari lembar Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah…, ada sekilas gambaran yang dituliskan oleh Asro Kamal Rokan di bagian belakang buku catatan perjalanan pertamanya itu.

Buku ini, antara lain bercerita tentang bubarnya Pakta Warsawa, runtuhnya Uni Soviet, jatuhnya Konstantinopel, Jalaluddin Rumi, Revolusi Iran, keteladanan Salahuddin Al Ayubbi, tersesat di Gedung Putih, dan banyak lainnya.

Judul Granada, Menangislah… tentang kisah perih jatuhnya Granada, benteng terakhir kesultanan Islam di Andalusia. Setelah tersingkir, Sultan Abu Abdullah Muhammad memandang Granada dengan sedih. Ibunya, Aisyah berkata, “Yora, yora como mujer, lo que no supiste defender como hombre” (Menangislah seperti wanita, terhadap yang tidak bisa kau pertahankan selayaknya lelaki).

Perih jatuhnya Granada, benteng terakhir Islam di Andalusia, dan menangislah seperti wanita selayaknya daya magis yang akan menghipnotis pikiran pembaca untuk menjangkau hal-hal seputar sejarah, peradaban Islam, bahkan sisi-sisi sentimental seorang pemimpin.

BabatPost.com pun berkesempatan secara khusus berbincang dengan Asro Kamal Rokan melalui pesan tertulis untuk membahas lebih lanjut seputar proses kreatif dan pemikirannya dalam Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah….

Berita Terkait :  Ketua DPD RI ingatkan pentingnya reformasi birokrasi pada era disrupsi

Ternyata, Asro Kamal Rokan tidak hanya tengah membuai pembaca tentang kisah seputar keruntuhan Granada, ataupun sosok Sultan Abu Abdullah Muhammad. Asro, sapaan akrab Asro Kamal Rokan, juga mengisahkan tentang tentang sosok BJ Habibie yang ditemuinya saat mengikuti Paris Air Show di La Bourget.

Di dalam Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah…, Asro mengisahkan nasib tragis Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) di tangan International Monetary Fund (IMF), bahkan tulisannya tentang BJ Habibie saat menutup usia.

Pada intinya, Asro menitikberatkan pengisahan tentang pengalamannya 32 negara itu pada hal-hal yang berdimensi peristiwa, sejarah, dan penjelasan-penjelasan seputar perkembangan setelahnya.

Lalu, bagaimana kisah di balik lahirnya Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah…?

Proses kreatif

Menurut Asro, berkarir sebagai wartawan yang berkesempatan pula mengunjungi berbagai negara telah membuatnya terbiasa menulis sisi lain dari negara tersebut.

Sebelum ditugaskan meliput ke luar negeri, Asro terbiasa mencatat atau memfotokopi dokumen-dokumen tentang negara yang akan ia kunjungi. Lalu, catatan dan dokumen itu pun dia bawa ke luar negeri.

“Pada masa itu dan juga sebelumnya, setiap kantor redaksi surat kabar memiliki pusat dokumentasi. Di sana, ada banyak buku, kliping koran, dan juga mesin fotokopi,” jelas Asro.

Melalui langkah awal tersebut, proses menulis catatan perjalanan yang Asro lalui berjalan lancar, meskipun pada masa itu, belum ada mesin pencarian di internet, seperti Google yang memudahkan seseorang mendapatkan akses dokumentasi.

Selanjutnya, Asro mulai mengumpulkan bahan-bahan dokomumentasi, tempat-tempat bersejarah, mengamati kultur, dan ekonomi yang ia temui di negara-negara yang dikunjunginya.

“Ketika di sana, saya mendapat gambaran relatif utuh. Itu sangat menyenangkan,” terangnya.

Semua bahan tersebut, ia olah ke dalam tulisan untuk memberikan informasi yang sebanyak-banyak kepada para pembaca. Kemudian, tulisan itu menjadi buah tangan, suatu yang unik, dan tidak biasa, bahkan dianggapnya pula sebagai warisan untuk anak dan cucu.

Berita Terkait :  Handoko Lie Korupsi 185 Miliar Rupiah Melarikan Diri Ke Luar Negeri

Melalui tulisan tentang 32 negara di 5 benua yang ia kunjungi itu, terbitlah Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah…

Proses menulis Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah… juga tidak lepas dari sosok yang menginspirasi Asro Kamal Rokan, yaitu Pemilik Harian Merdeka BM Diah (alm).

Sebagai wartawan pejuang serta pelaku dan penulis sejarah, menurut Asro, BM Diah adalah seseorang yang menginspirasinya.

Keterlibatan BM Diah sebagai wartawan dalam menulis banyak buku, terutama buku sejarah, membuat Asro Kamal Rokan memahami bahwa nilai seorang wartawan akan menjadi lebih di saat mereka mampu menulis dan membuat analisis.

“Tidak sekadar melaporkan kejadian dalam berita dengan inisial nama,” tambahnya.

Selain perjalanan karir dan sosok yang menginspirasinya, penulisan Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah… juga berangkat dari kegemaran Asro terhadap sejarah itu sendiri.

Menurutnya, hari ini adalah bagian dari masa lalu, yaitu sebuah cermin besar yang memantulkan wajah. Begitu pula dengan Granada, Ahambra, dan Andalusia.

Ketiganya, kata Asro, merupakan bagian dari sejarah besar Kesultanan Islam di Eropa yang membawa masa keemasan bagi peradaban manusia, terlebih umat Muslim. Bahkan hingga kini, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat yang berkembang pesat dalam sejarah besar Kesultanan Islam di Eropa itu menjadi sumber rujukan peradaban dunia modern hingga kini atau civilization.

“Sayangnya, kesultanan berusia sekitar 800 tahun itu rubuh karena kecintaan berlebihan pada nikmat kekuasaan. Efek keruntuhan tersebut sangat panjang, di antaranya kemunduran peran keilmuan, politik, sosial, ekonomi umat Islam hingga kini, termasuk munculnya kecurigaan berkepanjangan dan konflik,” jelas Asro.

Berita Terkait :  Asro Kamal Rokan kenang kepribadian sosok Letjen Purn Sudi Silalahi

Dari pemaparan itu, dapat dipahami bahwa Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah… merupakan wujud pemikiran dan perspektif seorang Asro Kamal Rokan selama berkarir sebagai wartawan dan mengunjungi berbagai negara di dunia ini.

Ia tidak sekadar berkunjung, tetapi juga memahami nilai kesejarahan yang ada, lalu mengolahnya dengan data-data sejarah yang ia himpun, menuliskan kembali ke dalam sudut pandang baru kepada pembaca, bahkan menjadikannya sebagai refleksi untuk peradaban yang lebih baik ke depannya.

Asro Kamal Rokan tentang “perjalanan” dan “mengisahkan kembali”

Mengakhiri perbincangan seputar bukunya, BabatPost.com juga berkesempatan meminta pandangan Asro Kamal Rokan sebagai wartawan senior tentang makna perjalanan dan upaya untuk mengisahkannya kembali.

Dalam memaknai perjalanan, menurut Asro, wartawan berkesempatan luas untuk menulis dan memiliki media untuk menyalurkan berbagai hal yang mereka temui, tidak saja berita, tetapi juga pandangannya.

“Maka, menuliskan perjalanan dan memberi berbagai konteks, saya percaya sebagai bagian ibadah. Tidakkah menyampaikan satu ayat saja merupakan ibadah?,” kata dia.

Asro pun memandang pentingnya seorang wartawan untuk menuliskan kembali perjalanannya dalam menghimpun berbagai informasi tidak terlepas dari apa yang dicontohkan oleh para sahabat Rasul.

“Ketika Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah, para sahabat mencatat banyak hal, ada hadist, sunnah, juga sejarah. Bayangkan jika pada masa itu, para sahabat tidak menuliskannya. Kita akan tersesat,” jelas Asro.

Kini, Catatan Perjalanan Lima Benua: Granada Menangislah… karya Asro Kamal Rokan dapat dinikmati oleh para pembaca di seluruh Indonesia. Ada banyak hal dari 32 negara di 5 benua yang menanti untuk ditemukan oleh kedua mata para pembacanya.

Related posts