Sama seperti Fabio Quartararo, rookie Raul Fernandez datang ke MotoGP tanpa berbekal gelar juara dunia Moto2.
Dalam usia 21 tahun serta baru tiga musim berkiprah di balap motor Grand Prix, Fernandez telah mendapatkan kesempatan untuk berlaga di kelas premier, mengikuti jejak Quartararo.
Karier pembalap muda Spanyol itu terbilang mengesankan. Debutnya dimulai di GP Valencia pada 2016, yang mana dia berhasil mengemas finis ke-11. Tiga tahun kemudian, Fernandez semusim penuh di kategori Moto3.
Cukup sulit baginya untuk beradaptasi. Enam kali kegagalan finis harus dialaminya. Tetapi, sang pembalap masih bisa mengamankan posisi kelima. Barulah pada 2020, namanya jadi diperhitungkan.
Empat podium, termasuk dua kemenangan, berhasil dibubuhkannya. Fernandez bertengger di peringkat keempat klasemen akhir, yang kemudian berujung dengan tawaran naik kelas ke Moto2 2021.
Tak ada yang mengira, dalam tahun pertamanya, Fernandez mampu memperjuang gelar juara. Sepanjang musim ini, dia benar-benar merepotkan rival sekaligus rekan setimnya, Remy Gardner.
Walau akhirnya harus mengakui keunggulan lawannya itu, hanya selisih empat poin, Fernandez justru diberi kepercayaan oleh KTM untuk promosi ke MotoGP bersama skuad Tech3 pada 2022.
Delapan kemenangan, serta 12 poin, merupakan catatan impresif bagi seorang debutan di Moto2. Fernandez sukses melampaui rekor Marc Marquez, juga seperti Quartararo yang tidak bermodalkan titel dunia.
“Hidup berjalan secara bertahap. Tahun lalu, ada orang berkata kepada saya bahwa saya gila untuk naik ke Moto2 jika melihat hasil yang saya peroleh,” tutur Fernandez dalam wawancara eksklusif dengan Motorsport.com Spanyol.
“Pada 2020, saya berjarak 15 poin dari pemenang Kejuaraan Dunia Moto3. Tahun ini, saya hanya berjarak empat poin dari peraih gelar Moto2.
“Anda harus melihat Fabio, yang perjalanannya melalui kategori lain, tanpa memenangi apa pun. Orang-orang mengatakan dia gila untuk naik ke MotoGP, dan hari ini dia adalah juara dunia. Semua orang memuji dia.
“Pada akhirnya Anda dipandu oleh apa yang Anda rasakan dan jika semua lingkungan saya, tim saya, KTM dan saya telah memutuskan untuk berada di sini hari ini adalah karena kita semua, bersama-sama, telah percaya bahwa itu adalah pilihan terbaik untuk karier dan masa depan saya.”
Kendati merasa tak harus membenarkan keputusannya, Fernandez sadar bahwa segala sesuatunya bergerak sangat cepat dalam hidupnya. Terutama bagaimana dia perlu mengasimilasi langkah yang telah diambilnya.
“Sejujurnya, saya masih tidak percaya. Saya melihat diri saya mengenakan warna tim MotoGP baru saya. Sesuatu yang selalu Anda impikan, untuk sampai ke sini, tetapi sulit untuk berasimilasi,” tutur Spaniard.
“Ketika beberapa hari yang lalu daftar pembalap tahun depan dirilis dan saya melihat diri saya di sebelah nama-nama seperti Marc Marquez, Maverick (Vinales), Aleix atau Pol Espargaro, sebenarnya Anda tidak dapat mempercayainya.
“Itu adalah sesuatu yang sangat bagus untuk menjalaninya, dan yang terpenting mempersiapkan diri dengan sangat baik. Semua yang saya lakukan tahun ini adalah memikirkan berkompetisi di Moto2.
“Baik secara fisik maupun psikologis, saya belum mempersiapkan diri untuk bersaing tahun depan di MotoGP.”