“Penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi harus menjadi kapasitas yang tertanam dalam tubuh birokrasi, termasuk lembaga pelatihan yang saat ini menerima sertifikat akreditasi,” ujar dia, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam kegiatan tahap kedua “Penyerahan Sertifikat Akreditasi Lembaga Pelatihan Tahun 2021”, Jakarta, Senin.
Menurut dia, pengembangan kompetensi akan senantiasa berproses untuk mengikuti perkembangan zaman. Pengembangan itu juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada sebagai kunci keberhasilan birokrasi menghadapi era disrupsi.
Di samping itu, kata dia, kebutuhan kompetensi para aparatur sipil negara di masa mendatang pun akan berubah, baik yang berupa soft skill maupun hard skill.
Untuk memenuhi kebutuhan soft skill, papar dia, ASN dituntut mempunyai kemampuan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan berkoordinasi, serta kecerdasan emosional. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan hard skill, ASN dituntut mampu menguasi bidang ilmu yang spesifik dan teknologi.
Tuntutan pemenuhan kebutuhan kompetensi itu mendorong lembaga pelatihan untuk melakukan terobosan mengembangkan kompetensi para ASN melalui digitalisasi pengembangan kompetensi.
Lebih lanjut, dia menjelaskan pelaksanaan kegiatan penyerahan akreditasi oleh LAN kepada lembaga pelatihan tidak hanya menjadi upaya peningkatan kualitas mutu penyelenggaraan pelatihan, tetapi juga sarana membangun kepercayaan pemangku kepentingan. Mereka, kata dia, memercayai lembaga pelatihan pemerintah dapat mengembangkan kompetensi para pegawainya.
Selain itu, Adi Suryanto juga mengatakan LAN menyadari pelatihan-pelatihan ke depannya akan diselenggarakan secara terpadu yaitu menggabungkan metode tatap muka dengan metode virtual. Oleh karena itu, ia mengimbau lembaga pelatihan untuk merekrut tenaga teknologi informasi.
“Lembaga pelatihan perlu merekrut formasi tenaga TI untuk untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi informasi yang memadai di lembaga pelatihan,” ucap dia.
Lalu, kata dia, lembaga pelatihan juga perlu menciptakan pelatihan-pelatihan teknis sesuai dengan kebutuhan kompetensi di masing-masing daerah. Contohnya, daerah Papua yang didominasi penambangan. Untuk pelatihan di sana, lembaga pelatihan dapat mengembangkan pelatihan berbasis pertambangan.
Tantangan lainnya, lanjut dia, adalah jumlah ASN dari kalangan milenial. Menurut dia, lembaga pelatihan perlu melakukan inovasi pelatihan guna memenuhi kompetensi kalangan milenial itu.