Kami Belum Capek, Belum Tahu Kapan Pensiun

Kami Belum Capek, Belum Tahu Kapan Pensiun

Usia Mendekati Setengah Abad, Masih Garang di Liga

Tegas benar Ade Gilang saat berada di lapangan. Bek kiri 23 tahun itu sering berteriak kalau ada rekannya yang membuat kesalahan.

Read More

MAKLUM, dia kapten di klubnya, PSHW UMY, partisipan Liga 3 Jogjakarta. ”Kalau sudah di lapangan, semua sama. Kalau ada yang salah, pasti saya tegur,” katanya kepada Jawa Pos.

Semua, kecuali satu orang: Widadi Karyadi. Apakah karena sang penyerang tidak pernah bikin kesalahan? ”Kan saya harus menghormati pemain yang lebih senior,” kelitnya.

Usia Widadi memang sudah hampir setengah abad: 49 tahun. Bukan hanya senior, dia juga pemain tertua yang masih bermain di liga resmi di semua level (Liga 1, 2, dan 3) di tanah air.

Cristian ”El Loco” Gonzales yang membela RANS Cilegon di Liga 2 saja ”baru” berusia 45 tahun. Herman Dzumafo dan Beto Goncalves yang merumput di strata yang sama bersama Dewa United serta Persis Solo malah lebih muda daripada El Loco: 41 tahun.

Usia Beto dan Dzumafo ini masih setahun lebih muda ketimbang Ismed Sofyan. Bek kanan Persija Jakarta yang sedang menepi lama karena cedera itu merupakan pemain tertua di liga strata teratas.

Berita Terkait :  Persebaya vs Persija, Laga Melawan Kawan Lama

Di level dunia, setidaknya saat ini, Widadi hanya kalah oleh Kazuyoshi Miura. Mantan penyerang tim nasional Jepang itu masih membela Yokohama FC di J1 League dalam usia 54 tahun.

Anak pertama Widadi saja bahkan dua tahun lebih tua daripada usia kapten klubnya. Tak heran seluruh pemain PSHW UMY sungkan kepadanya. Apalagi, Widadi merupakan rekan setim sang pelatih, Koco Pramono. Keduanya sama-sama pernah membela PSIM Yogyakarta di awal 1990-an.

Keakraban keduanya terjalin sampai saat ini. Dari situ pula Widadi mau bergabung dengan PSHW UMY. Cerita yang hampir sama terjadi pada Abdul Khamid, pemain 42 tahun yang membela Mitra Surabaya di Liga 3 Jatim.

Semua bermula dari persiapan mepet PSHW UMY. Seleksi pemain diadakan dalam waktu singkat. Semua slot posisi terisi, kecuali striker.

”Saya butuh penyerang yang bisa membimbing pemain muda,” kata Koco.

Dia langsung teringat Widadi, rekan setimnya di PSIM kurun 1991–1995. Kebetulan, keduanya masih sering bermain bersama di Bahagia FC, klub yang berisi para mantan pemain PSIM.

Widadi menerima tawarannya. Tapi, prosesnya masih rumit. Koco kudu meyakinkan manajemen agar mau merekrut striker segaek Widadi.

Berita Terkait :  Laga Pekan Ini Penentuan Gelar Juara Liga 1 dan Tiket Asia

Di pihak Widadi, sang istri, Retno Kustanti, awalnya juga tak setuju. Di usia sesenior itu main di liga yang kompetitif, Retno khawatir terjadi sesuatu pada suaminya. Dia juga tidak mau ditinggal pergi ke luar kota.

”Tapi, saya jelaskan bahwa Liga 3 Jogja itu dipusatkan di sini (Jogjakarta) saja. Dari situ, istri saya mulai mengerti sampai akhirnya memberi izin,” jelas pria asli Bojonegoro, Jawa Timur, itu.

Setelah resmi bergabung, Widadi tidak pernah berlatih bersama tim. Maklum, sehari-hari dia bekerja sebagai teknisi di salah satu perusahaan rekanan PT PLN.

Dia bertemu dengan rekan setimnya saat pertandingan saja. Sejauh ini sudah dua kali PSHW UMY bermain. Dan, striker kelahiran 12 Januari 1972 itu selalu tampil sebagai starter.

Pada laga pertama kontra Persig Gunungkidul, Widadi tampil 80 menit. Sementara itu, saat melawan JK United, dia malah bermain penuh.

Nggak capek? ”Ibarat mergawe ngono, aku iki durung pegel (Ibarat kerja, saya ini belum capek). Masih kuat main lagi,” ungkapnya.

”Apa benar Mas Wid (Widadi) ini masih kuat main? Tapi, pas pertandingan saya lihat dia secara teknik masih bagus. Cuma kurang di kecepatan, ya faktor umur,” jelasnya kepada Jawa Pos.

Berita Terkait :  Birokrasi Rumit Soal Pemain Naturalisasi, PSSI Minta Bantuan Presiden

Dzumafo juga masih sebagus itu di usianya yang sudah kepala empat. Dari delapan laga Liga 2, dia mencatat tiga gol, dua assist, dan mengantarkan Martapura Dewa United lolos ke babak 8 besar.

Dzumafo menyebut semua itu tak terlepas dari kemauan. ”Kalau kita mau, pasti bisa. Nah, terus juga lakukan kegiatan yang mendukung,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos Kamis (25/11).

Kegiatan mendukung yang dimaksud terutama menjaga makanan dengan asupan khas olahragawan. Misalnya, roti, omelet, dan susu di pagi hari. Sedangkan siang tambah asupan nasi merah. ”Saya usahakan untuk hindari gorengan,” bebernya.

Apa pun kekurangannya yang terkait dengan faktor usia, Widadi belum mau berhenti. Dia merasa kondisinya masih fit karena rutin berolahraga di rumah tiap hari. Selain itu, seminggu setidaknya dua kali dia bermain sepak bola.

Jadi, tahun depan kalau masih ada yang meminatinya, dia siap mempertimbangkan. ”Tentu sambil lihat sikonnya (situasi dan kondisi) nanti seperti apa,” katanya.

Dzumafo juga demikian. Dengan menjadikan Zlatan Ibrahimovic sebagai inspirasi, pemain kelahiran Kamerun itu belum berpikir untuk pensiun.

”Saya tahu pasti datang waktunya nanti (untuk pensiun). Tapi, saya belum tahu kapan dan saya masih enjoy bermain saat ini,” ujarnya.

Related posts