Dalam sejarahnya, sejak masih bernama 500cc hingga MotoGP, kelas premier selalu memunculkan sejumlah pembalap hebat. Berikut 10 yang terbaik di antaranya.
Valentino Rossi (Petronas Yamaha SRT) akhirnya resmi mundur setelah menjalani 26 musim di Kejuaraan Dunia Balap Motor, yang 22 di antaranya ia lakoni di kelas utama.
Torehan fantastis Rossi, sembilan gelar juara dunia di berbagai kelas, pun tak pelak menjadi salah satu indikator dirinya masuk MotoGP Hall of Fame alias legenda MotoGP. Selain tentunya karena pengaruh besar Rossi untuk perkembangan MotoGP selama ini.
Performa Rossi di kelas premier sendiri sudah tidak perlu diragukan. Itu pula yang membuatnya pantas masuk daftar 10 pembalap terbaik versi Motorsport Indonesia. Tidak semua pembalap terbaik ini masuk legenda MotoGP.
1. Valentino Rossi Juara dunia: 7 (2001-2005, 2008, 2009)
Turun di kelas utama sejak 2000, saat masih bernama 500cc, Rossi mampu memenangi 89 balapan dari 372 start kelas utama (persentase kemenangan: 24%). Selain 89 kemenangan, di kelas premier Rossi juga merebut 199 podium dan 55 pole position.
Mampu merebut gelar bersama dua pabrikan berbeda, Honda dan Yamaha, Rossi tidak hanya memiliki teknik balap brilian.
Rossi juga dikenal memiliki citra bagus di depan media karena cara komunikasinya yang bagus. Karena itu Rossi banyak diburu sponsor karena mampu berperan sebagai ‘publc relation’ yang hebat.
Rossi juga memiliki VR46 Riders Academy yang turun di Moto3 pada 2014-2020, Moto2 sejak 2017 dan tahun depan akan debut di MotoGP.
2. Giacomo Agostini Juara dunia: 8 (1966-1972, 1975)
Selama 14 tahun berkarier di Kejuaraan Dunia Balap Motor, Agostini mampu menjadi juara dunia 15 kali (delapan di 500cc dan tujuh di 350cc) dengan 122 kemenangan yang 68 di antaranya di kelas utama.
Agostini dikenal sebagai pembalap yang sangat jarang sekali terjatuh, baik di kelas 350cc maupun 500cc. Selain di Grand Prix, Agostini juga tercatat 10 kali menang di Isle of Man TT.
Agostini juga menjadi salah satu pembalap dengan persentase tinggi untuk mereka yang turun di 15 balapan atau lebih. Dengan 68 kemenangan dari 117 GP di kelas 500cc, persentase kemenangan Agostini mencapai 58,12%.
3. Marc Marquez Juara dunia: 6 (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, 2019)
Marc Marquez menjadi juara dunia enam kali termuda setelah merebut gelar juara dunia MotoGP keempatnya pada 2017. Sebelumnya, pembalap yang masih aktif tersebut sudah juara dunia di kelas 125cc 2010 dan Moto2 2012.
Marc Marquez memiliki gaya balap yang tidak bisa, tak kenal takut, dan cenderung ‘liar’. Namun, gaya balapnya itu mulai banyak ditiru para rivalnya saat ini.
Marc Marquez kini menjadi pembalap aktif MotoGP saat ini dengan persentase kemenangan tertinggi kelas utama dengan 41,55% alias 59 kemenangan dalam 142 balapan.
4. Mick Doohan Juara dunia: 5 (1994-1998)
Turun untuk Honda selama 11 musim, legenda MotoGP asal Australia ini mampu memenangi 54 Grand Prix kelas 500cc dalam 137 start antara 1989-1999.
Memulai kariernya di superbike, Doohan dengan cepat menjadi terkenal karena kecepatannya yang luar biasa, mental kuat, dan gaya balapnya yang menarik perhatian –
menggantungkan tubuh bagian bawah ke samping motor saat menikung.
Sepanjang kariernya di GP, Doohan tidak pernah meninggalkan Honda. Performa impresif – 12 kemenangan dalam 15 balapan musim 1997, duel melawan Alex Criville (1996) dan Max Biaggi (1998) mewarnai perjalanannya merebut lima gelar kelas 500cc secara beruntun.
5. Mike Hailwood Juara dunia: 4 (1962-1965)
Juga dikenal dengan sapaan Mike-the-Bike, Hailwood bekerja di perusahaan dealer motor milik keluarga sebelum turun membalap bersama Honda dan MV Agusta.
Total, Hailwood mampu memenangi sembilan gelar juara dunia dari tiga kelas berbeda di era 1960-an. Hailwood juga mampu 14 kali menang di Isle of Man TT. Hailwood berhasil memenangi 76 Grand Prix (37 di 500cc, 16 di 350cc, 21 di 250cc, dan dua di 125cc) selama 10 tahun berkarier mulai 1958.
Sempat mencoba balap Formula 1, Hailwood mengalami kecelakaan mengerikan di Jerman pada 1974 yang membuatnya pensiun karena patah kaki kanan. Hailwood sendiri wafat pada 1981 karena kecelakaan lalu lintas bersama putrinya.
6. John Surtees Juara dunia: 4 (1956, 1958-1960)
Menjadi idola Valentino Rossi karena Surtees hingga saat ini menjadi satu-satunya orang yang berhasil menjadi juara dunia balap motor kelas premier dan Formula 1 sekaligus.
Dalam usia 26 tahun, Surtees mampu merebut gelar juara dunia 350cc dan 500cc tiga musim beruntun pada 1958-1960. Turun 26 start di GP 500cc antara 1952, 1954-1960, Surtees mamp 22 kali memenangi balapan (84,62%).
Surtees merebut gelar juara dunia F1 pada 1964 bersama Ferrari dan menjadi orang pertama dan satu-satunya hingga kini yang mampu merebut gelar di kejuaraan tertinggi balap roda dua dan empat.
7. Eddie Lawson Juara dunia: 4 (1984, 1986, 1988, 1989)
Tipe pembalap yang rapi dan konsisten mengantar Eddie Lawson merebut empat gelar juara dunia di kelas 500cc pada pertengahan hingga akhir 1980-an. Saat produsen rokok bebas mensponsori tim memang menjadi periode emas bagi pembalap Amerika.
Lawson juga menjadi pembalap pertama di Grand Prix yang berhasil memenangi gelar dengan dua pabrikan berbeda di musim berturut-turut. Pada tahun 1988 ia memberi Yamaha gelar keempat dekade saat itu – atau ketiga bagi Lawson hanya dalam enam musim – dan tahun berikutnya ia mampu memenangi trofi keempatnya di atas Honda NSR500.
8. Kenny Roberts Juara dunia: 3 (1978-1980)
Kenny Roberts memberikan kontribusi besar dalam mendongkrak selama 30 tahun berkarier di kejuaraan dunia. Usai merebut tiga gelar beruntun kelas 500cc pada 1978 sampai 1980. Ia menjadi manajer saat sang putra, Kenny Roberts Jr menjadi juara dunia kelas 500cc pada 2000.
Sepanjang kariernya, Kenny Roberts terlibat dalam duel sengit melawan para pembalap seperti Barry Sheene dan Freddie Spencer, saat mempertahankan gelar pada 1979.
Salah satu duel epik Roberts saat itu adalah ketika meredam Sheene di kandangnya, GP Inggris 1979 di Siverstone.
9. Casey Stoner Juara dunia: 2 (2007, 2011)
Salah satu rival terberat Rossi, setelah berhasil membawa Ducati merebut gelar pertamanya – dan satu-satunya hingga kini – di MotoGP pada 2007. Pindah ke tim pabrikan Honda pada 2011, Stoner pun berhasil merebut gelar keduanya.
Stoner bisa dibilang pionir gaya sliding di MotoGP. Ia mampu menggunakan putaran ban belakang untuk mengendalikan motor, memanfaatkan sisi dalam tikungan untuk sedikit melebar saat keluar tikungan.
Publik dan pencinta MotoGP akan mengingat Stoner sebagai pembalap dengan kemampuan alami dalam mengontrol berbagai jenis sepeda motor dan membuatnya menjadi dominan.
Casey Stoner mencetak 38 kemenangan dalam 115 lomba MotoGP antara 2006 sampai 2012. Ia mundur pada akhir MotoGP 2012 karena masalah kesehatan.
10. Jorge Lorenzo Juara dunia: 3 (2010, 2012, 2015)
Langsung direkrut tim pabrikan Yamaha saat debut MotoGP pada 2008, Lorenzo langsung melesat. Bersama Yamaha antara 2008-2016, Lorenzo tidak hanya merebut tiga gelar juara dunia MotoGP tetapi juga tiga kali runner-up pada 2009, 2011, dan 2013.
Delapan kemenangannya pada 2013 masih tercatat sebagai yang terbanyak diraih pembalap di kelas premier dalam semusim namun tidak berhasil juara. Saat itu, Lorenzo kalah 4 poin dari Marc Marquez.
Lorenzo tidak berkembang saat memperkuat Ducati pada 2017-2018. Pada 2019, ia bergabung ke Repsol Honda tetapi juga tidak memuaskan dan mundur pada akhir musim.
Dengan 47 kemenangannya di MotoGP, Jorge Lorenzo masih berada di P5 daftar pembalap dengan kemenangan terbanyak di kelas premier.