Francesco Bagnaia: MotoGP Butuh Super Licence seperti F1

Francesco Bagnaia meyakini bahwa MotoGP perlu mengadopsi Super Licence seperti Formula 1 untuk menyaring talenta yang promosi ke kelas utama dengan lebih baik.

Grand Prix Algarve kelas Moto3 menjadi sorotan usai insiden yang melibatkan Darryn Binder. Pada lap terakhir, pembalap Petronas Sprinta Racing itu menjadi aktor utama di balik kecelakaan Dennis Foggia.

Sepanjang kiprahnya selama tujuh musim di kategori lightweight, Binder memang dikenal sebagai rider yang memiliki gaya balap agresif. Bahkan sampai mendapat julukan ‘Divebomb Darryn’ oleh komentator.

Tak pelak, insiden di Algarve itu memicu kritikan, yang pada umumnya menilai Binder tidak pantas untuk promosi ke MotoGP 2022. Pemuda asal Afrika Selatan ini memang sudah mengikat kontrak dengan RNF Yamaha.

F1 saat ini memberlakukan sistem Super Licence, di mana seorang pembalap harus mendapatkan sejumlah poin berdasarkan hasil di kategori junior sebelum diizinkan untuk balapan di Formula 1.

Berita Terkait :  Yamaha berharap MotoGP meniru pengekangan sprint F1

“Saya kira seperti di kejuaraan mobil, kami membutuhkan Super Licence,” ujar Bagnaia ketika ditanya perihal insiden Binder-Foggia.

“Hanya jika Anda melakukan sesuatu (yang bagus) di kejuaraan, maka Anda bisa naik ke level berikutnya.

“Dan hari ini apa yang kami lihat adalah normalitas, karena kami telah melihat banyak kecelakaan seperti ini darinya (Binder).

“Jadi, saya tahu bahwa tidak benar untuk bicara tentang pembalap lain, tetapi pembalap ini tahun depan akan bersama kami (di MotoGP) dan saya berharap tidak akan terjadi (insiden). Tapi itu adalah sesuatu yang harus mereka pikirkan, menurut saya.”

Kendati demikian, Valentino Rossi – yang sebelumnya kritis tentang standar berkendara di Moto3 dan bagaimana mereka disaring ke MotoGP – tidak percaya Super Licence akan mengatasi masalah mendasar.

“Apa yang terjadi di balapan, menurut saya tidak lucu bagi Foggia, karena untuk finis di kejuaraan seperti ini sulit,” kata The Doctor.

Berita Terkait :  Gaya Balap Rider Ducati Tutupi Kekurangan Motor Desmosedici

“Saya tidak tahu untuk Super Licence, tapi saya pikir kami memiliki beberapa pembalap – seperti misalnya Binder – yang selalu sangat, sangat, sangat agresif dan terkadang mereka membuat beberapa kesalahan seperti ini dan itu tidak adil pada yang lain.

“Tapi ini (masalah) pembalap demi pembalap, jadi untuk Super Licence, saya sejujurnya tidak tahu.”

Sementara itu, Franco Morbidelli setuju Super Licence bisa menjadi pilihan. Tetapi dia menekankan, bahwa tidak setiap pembalap hebat yang datang pasti memiliki hasil yang kuat di kelas junior.

Hal itu merujuk pada Fabio Quartararo, yang saat bergabung dengan Petronas SRT pada 2019, hanya mengoleksi satu kemenangan di Moto2 2018.

Adapun, Jack Miller merasa tak perlu untuk mengkhawatirkan Binder yang dianggap bajal membawa agresivitas ke MotoGP. Menurutnya, semua pembalap bisa membuat kesalahan dalam balapan Moto3.

Berita Terkait :  Tiga Bintang MotoGP Sambangi Stadion Piala Dunia 2022

“Maksud saya, apa yang bisa saya katakan? Saya melakukan hal yang sama seperti Darryn (lompat kelas dari Moto3 ke MotoGP),” tutur Miller.

“Kesalahan bisa terjadi, insiden bisa terjadi. Kontak adalah satu hal, saya mengerti, tetapi harus ada margin pasti.

“Saya 100 persen setuju, apa yang terjadi hari ini di Moto3 tidak bagus untuk semua area – untuk Foggia, tetapi juga untuk Pedro (Acosta), karena saya pikir itu menghilangkan apa yang dia lakukan musim ini sebagai rookie.

“Saya merasa dia (Foggia) memiliki banyak margin menjelang akhir balapan dan ini merampas kesempatannya untuk memperjuangkan kejuaraannya.

“Hal-hal ini bisa terjadi, tapi apakah saya gugup atau khawatir? Saya rasa tidak, karena MotoGP ini level yang lain. Saya kira kami tidak perlu khawatir tentang itu.”

Related posts