“Kalau selama ini namanya belum muncul dalam hasil survei, maka satu tahun ke depan saya prediksi situasinya mungkin akan lain,” kata Said, di Jakarta, Minggu.
Nama Jenderal Andika, lanjut dia, bisa saja moncer dalam hasil survei sebagai kandidat capres potensial.
“Rakyat itu kan simpel aja cara berpikirnya. Mereka akan mencari sosok yang menurut nalar subjektifnya memiliki kecakapan tertentu. Ada yang senang dengan figur berlatar belakang militer karena tidak diragukan semangat NKRI-nya. Ada yang senang dengan penampilan fisik yang gagah dan murah senyum, dan sebagainya,” ujarnya.
Ciri dan kriteria yang diimajinasikan oleh masyarakat itu, kata Said, boleh jadi dianggap terwakili pada figur Jenderal TNI Andika Perkasa yang saat ini menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).
Kalau masyarakat sudah menunjukkan aspirasinya melalui survei, kata dia, partai politik mana yang siap mengusungnya, tinggal menunggu waktu saja.
“Tetapi menurut saya sekarang ini masyarakat tidak boleh melakukan upaya yang terkesan mendorong-dorong Jenderal Andika bermain politik selama beliau masih menjabat Panglima TNI,” kata Said.
Hal itu, tambah dia, karena selain tidak etis, dapat juga menimbulkan kecanggungan bagi diri Andika sendiri.
Pada tingkat tertentu pastilah akan muncul perasaan tidak enak hati. Pada satu sisi jabatannya menuntut konsentrasi penuh untuk memperkuat pertahanan negara, tetapi di sisi yang lain ada masyarakat menginginkan beliau sebagai capres.
“Nah, disinilah saya kira masyarakat perlu bersabar dengan lebih memfokuskan diri pada dukungan terhadap beliau untuk menjalankan tugas sebagai Panglima TNI dengan sebaik-baiknya. Barulah nanti di lihat lagi situasinya ke depan akan seperti apa,” papar Said.
Dia pun percaya Andika akan berpegang teguh pada Sapta Marga dan tidak akan pernah mau memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan Pilpres.
“Tetapi kalau rakyat menginginkan beliau, mau bilang apa? Itu kan hak rakyat yang tidak boleh dibatasi,” kata Said Salahudin.