Lin Jarvis Lihat Persamaan Fabio Quartararo-Valentino Rossi

Keberhasilan Fabio Quartararo merebut gelar juara dunia MotoGP 2021 memunculkan banyak fenomena. Salah satunya, ia disebut mirip Valentino Rossi.

Minggu (24/10/2021) pekan lalu, Fabio Quartararo memberikan Yamaha gelar kelas premier Kejuaraan Dunia Balap Motor ke-18 seusai finis di posisi keempat MotoP Emilia Romagna.

Dengan dua balapan tersisa (maksimal 50 poin) dan keunggulan 65 poin atas pesaing terdekat, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo), Quartararo menjadi pembalap ketujuh yang berhasil memberikan trofi kampiun kelas utama untuk pabrikan Tiga Garpu Tala tersebut.

Di era MotoGP, Quartararo menjadi juara dunia ketiga asal Yamaha setelah Valentino Rossi (2004, 2005, 2008, 2009) dan Jorge Lorenzo (2010, 2012, 2015).

Sebelumnya, di era mesin 500cc 2-tak, Yamaha berhasil menjadi juara dunia pembalap lewat Giacomo Agostini (1975), Kenny Roberts (1978, 1979, 1980), Eddie Lawson (1984, 1986, 1988), dan Wayne Rainey (1990, 1991, 1992).

Berita Terkait :  Morbidelli ingin berbicara dengan pramugara MotoGP setelah "kesalahan" penalti Malaysia

Lin Jarvis selaku Managing Director Yamaha Motor Racing mengaku memang sudah berharap sangat tinggi kepada pembalap asal Prancis, 22 tahun, tersebut.

“Saat kami membawa Fabio ke tim pabrikan (Monster Energy Yamaha MotoGP) untuk musim balap 2021, kami yakin dengan bakat yang dimilikinya,” ucap Jarvis.

Lebih jauh Jarvis menambahkan, memang ada beberapa perubahan yang harus dilakukan Quartararo sebelum musim 2021 berlangsung. Ia harus terbiasa dan beradaptasi dengan tim baru.

“Tidak sampai di situ. Pada saat bersamaan ia harus menghadapi tekanan media yang lebih besar karena posisinya sebagai pembalap tim pabrikan,” kata Jarvis.

“Namun Fabio menguasai semua tugas ini dengan tenang. Ia langsung mampu menunjukkan performa bagus pada awal musim dengan kemenangan di Doha dan Portiao (seri kedua dan ketiga).”

Quartararo anjlok pada balapan keempat di Sirkuit Jerez, Spanyol, saat hanya finis di P13 meskipun sebelumnya ia membuat pole position dan lap tercepat. Masalah arm pump (nyeri pada lengan) ternyata berada di balik hasil buruk tersebut.

Berita Terkait :  Pata Talenti Azzurri FMI: prima vittoria stagionale di Guido Pini nella European Talent Cup

Kendati begitu, Quartararo mampu bangkit secara bertahap dengan naik podium ketiga pada balapan kandangnya di Le Mans, Prancis.

Hasilnya, sampai balapan ke-16 atau menjelang dua lomba tersisa, Quartararo menjadi satu-satunya pembalap yang selalu mampu merebut poin pada setiap akhir pekan balapan.

“Saat itu menjadi periode sulit bagi Fabio. Insiden seperti itu bisa saja menghantam mentalnya. Tetapi, hal tersebut ternyata berhasil diatasinya dengan dingin,” kata Jarvis.

Pria asal Inggris tersebut menjelaskan, kekuatan mental Fabio Quartararo membuatnya dan seluruh anggota tim Yamaha kagum. Menurutnya, Quartararo tidak pernah atau mau terhalang dengan masalah atau tekanan dalam bertarung untuk merebut gelar.

“Sikap seperti itu sungguh luar biasa. Fabio seolah tidak pernah lelah untuk menang. Pada saat bersamaan, ia mampu menikmati setiap duel di atas motornya,” tutur Jarvis.

Berita Terkait :  Hasil Balap MotoGP Austria RedBull Race, Ducati kuasai podium

“Kombinasi fantastis seperti ini (kekuatan mental dan teknik brilian dalam mengendalikan motor) sudah lama tidak terlihat di tim kami sejak Valentino Rossi.”

Membandingkan Fabio Quartararo dengan Rossi yang notabene sudah menjadi legenda – dan akan pensiun pada akhir musim 2021 nanti, jelas belum layak.

Quartararo baru debut di MotoGP pada 2019 dengan koleksi delapan kemenangan (5 dibuat musim ini), 20 podium (10), dan 15 pole (5) sampai GP Emilia Romagna. Sangat jauh dibanding statistik Rossi di kelas utama (89 kemenangan, 199 podium, 55 pole).

Kendati begitu, beberapa hal milik Quartararo saat ini: kekuatan mental, teknik pengendalian motor (baca: Yamaha YZR M1), dan mampu membuat kru serta mekanik mengeluarkan semua kemampuan, diyakini mirip dengan yang pernah dilakukan Rossi.

 

Related posts