1.572 Konten Negatif Menyebar di Facebook Dalam Waktu Setahun

BABAT POST – Sosial media Facebook nampaknya masih menjadi tempat yang paling sering menjadi sorotan mengenai konten Hoax dan negatif.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengidentifikasi 1.572 konten negatif yang tersebar di Facebook sepanjang 2016 hingga 2017.

Read More

Konten itu bisa berupa muatan pornografi, kekerasan, penjualan produk bahaya, hingga berita palsu alias hoax yang menebar kebencian.

Konten negatif tersebut dihimpun dari laporan berbagai lembaga terpercaya, seperti Kepolisian, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta lembaga terkait pemerintahan lainnya. Sejauh ini, dari laporan yang diajukan ke Facebook, baru 60 persen yang mendapat respons.

Berita Terkait :  4 Alasan Kenapa Facebook Memiliki Banyak Pengguna

“Menteri minta service level of agreement Facebook ditingkatkan. Salah satunya agar respons atas laporan konten negatif bisa lebih cepat dan serius,” kata Dirjen Aptika, Samuel Pangerapan, Selasa (14/2/2017), di ruang pers Gedung Kominfo, Jakarta.

Samuel dalam hal ini menyampaikan hasil pertemuan tertutup antara Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, dengan beberapa perwakilan Facebook di ruang tamu menteri, Gedung Kominfo lantai 7, pada Selasa sore ini.

Penyebaran konten negatif di Tanah Air ternyata bukan cuma berasal dari Facebook, tetapi juga layanan internet lain, seperti Twitter.

Berita Terkait :  Cara Melihat Alamat Email Facebook Sendiri

Sepanjang 2016 hingga 2017, ada 3.252 konten negatif di Twitter yang dilaporkan Kominfo. Meski lebih banyak, penanganan Twitter dikatakan lebih cepat.

“Twitter ada kantor di sini jadi komunikasi kami lebih cepat,” kata Samuel. Lebih lanjut, Samuel mengatakan Kominfo sudah mengatur pertemuan dengan Twitter pada 20 Februari mendatang untuk membahas lebih jauh soal hoax.

Sementara itu, pada Google dan YouTube, ada 1.204 konten negatif yang dilaporkan Kominfo selama setahun dari 2016 lalu hingga 2017.

Berita Terkait :  Facebook Gandeng Organisasi Lokal untuk Perangi Konten Radikal

“Komunikasi dengan Google juga terus kami jalankan untuk memberantas hoax,” ujar Samuel.

Rekayasa sosial utama yang dipergunakan sebagai senjata untuk membuat penerimanya merasa bersalah, lalu secara tidak sadar untuk menebus kesalahannya ia ikut mem-broadcast pesan hoax tersebut.

Adapun data yang digunakan untuk membuat penerima broadcast ini merasa bersalah adalah AR disebut sebagai :
•    Penyandang difabel Dyslexia
•    Anak yatim piatu
•    Setiap hari menulis surat kepada ibunya
•    Suratnya tak kunjung dibalas

Related posts