Bocah Jenius Asal Indonesia Ini Memang Sudah Ditakdirkan Jadi Seorang Pemikir

BABAT POST – Akhir-akhir ini nama bocah jenius asal Indonesia ini tengah jadi perbincangan hangat. Cendikiawan Suryaatmadja, di usianya yang baru 12 tahun, bocah yang biasa disapa Diki ini sudah diterima di University of Waterloo, Ontario, Kanada. Ia pun menjadi mahasiswa termuda di perguruan tinggi bergengsi tersebut.

Diki akan belajar fisika. Dia juga akan mengambil kelas tambahan untuk studi matematika, kimia dan ekonomi di kampus Kanada tersebut.

Read More

“Alasanku tertarik pada fisika adalah karena fisika merupakan sebuah ilmu yang dapat mengubah dunia,” kata bocah yang mulai tertarik pada ilmu itu pada usia 9 tahun.

Bocah jenius ini bisa belajar bahasa Inggris secara cepat dengan menonton film. Diki tercatat sebagai mahasiswa termuda yang pernah mendaftar di University of Waterloo. Demikian keterangan seorang staf penerimaan universitas top di Kanda itu.

Pihak staf penerimaan mahasiswa di University of Waterloo mengatakan kepada media Kanada bahwa umur bukan faktor dalam keputusan mereka untuk menerima Diki. Menurut mereka, Diki memiliki salah satu catatan akademik terbaik dari siapa pun yang pernah diterima di kampus tersebut.

Berita Terkait :  Ahok: Pengembang Keberatan Bayar 15 Persen di Reklamasi Pantai Jakarta

”Dia memiliki nilai fenomenal,” kata Andre Jardin, pejabat asosiasi penerimaan kampus kepada penyiar CTV, yang dikutip Kamis (8/9/2016).

”Dia sepenuhnya siap secara akademis. Apa yang kita harus lihat adalah adalah kenyataan bahwa dia adalah seorang anak 12 tahun,” katanya lagi.

Diki dalam wawancaranya dengan lembaga penyiaran publik CBC mengatakan bahwa dia sangat bersemangat untuk bertemu mahasiswa baru.

”Dan memiliki teman baru,” katanya.

Dia ingin menerapkan apa yang dia pelajari di bidang energi terbarukan.

Ibu Diki menuturkan bahwa sang anak sejak kecil memang terlihat berbeda seperti sudah ditakdirkan menjadi seorang pemikir.

Bahkan keistimewaan Diki sudah terlihat sejak ia baru berumur 4 hari.

“Karena pas usia 4 hari, Diki ketika dijemur dalam boks dengan jangka waktu 1 jam bisa bergerak dari barat ke timur dalam keadaan terbedong dan tertidur,” kata Hani melalui keterangan tertulis, Rabu (07/09/2016).

Berita Terkait :  Sejarah Musik Dugem: Dari Diskotek Klasik hingga Dunia Modern EDM

Kian hari keistimewaan Diki semakin terlihat jelas. Tak heran bocah kelahiran 1 Juli 2004 tersebut loncat kelas dari SD ke tingkat SMA.

“Usia 1 tahun Diki menyusun lego selalu memakai logika sendiri tanpa melihat petunjuk gambar.”

Hani mengatakan bahwa pada usia Diki yang ke-9 tahun hasil tes IQ-nya mencapai 189 yang mana jauh lebih tinggi dari IQ milik Albert Einstein, sang penemu teori relativitas.

“Ketika usia 9 tahun, IQ Diki di Indonesia 189. Lalu tes lagi di Singapura itu 200.”

Kecerdasan Diki terbentuk dari budaya rajin belajar yang sudah mendarah daging di keluarganya. Kakak Diki pun pernah loncat kelas dan saat ini berkuliah di Fakultas Kedokteran di salah satu perguruan tinggi di Inggris.

“Anak-anak hanya rajin belajar,” ujar Hani merendah.

Hani mengaku dirinya tak khawatir mengenai pergaulan di luar negeri yang bebas sebab ia telah menanamkan pada Diki untuk selalu menjauhi hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat.

“Memang perlu diakui pergauaan mahasiswa di luar negeri kurang begitu baik untuk anak seusia Diki. Namun, dia sangat bagus adaptasinya. Semua menyayangi Diki barangkali seperti adiknya,” terangnya.

Berita Terkait :  Kejati DKI: Jaksa Ditangkap KPK Mungkin Salah Tangkap

“Mungkin ada yang ke bar, tapi semua yang kurang baik untuk Diki sudah kami arahkan sejak awal. Apalagi pihak universitas sudah meeting dengan kami untuk membantu sosialisasi anak kami ke arah positif,” imbuh Hani.

Sebagai seorang ibu ia patut berbangga hati lantaran anaknya bukan hanya menjadi mahasiswa termuda melainkan juga pemilik nilai tertinggi hingga mengejutkan pihak universitas.

“Mereka kaget kalau Diki itu asli Indonesia. Mereka sempat memberi Diki waktu 3 minggu untuk mengambil IELTS. Dia belajar otodidak dan berhasil melebihi target. Dia mendapat nilai 8 IELTS dan diterima di Universitas Waterloo dengan nilai tertinggi,” pungkasnya.

Di Kanada, bocah ini akan tinggal bersama ayahnya di sebuah apartemen di dekat kampus. Semantara itu, di Amerika Serikat (AS) juga ada bocah 12 tahun bernama Jeremy Shuler, yang diterima Cornell University di New York.

Related posts