BABAT POST – Sepertinya hukuman yang harus diterima para pendukung yang ada di Turki berlaku juga bagi mereka yang meninggal saat kudeta berlangsung Sabtu lalu.
Bagaimana tida, baru-baru ini Otoritas Turki dilaporkan telah melarang pemakaman secara Islam untuk pendukung kudeta yang tewas. Para imam juga diperingatkan untuk tidak memimpin doa bagi para pendukung kudeta yang tewas.
Larangan itu diumumkan oleh Direktorat Urusan Agama Turki.
”Imam tidak akan memimpin doa untuk tentara pro-kudeta yang menargetkan bangsa kita,” bunyi pengumuman itu, seperti dikutip Daily Mirror, Rabu (20/7/2016).
Ratusan orang tewas dalam kudeta militer Turki yang berakhir kegagalan pada Jumat malam pekan lalu. Korban tewas berasal dari kalangan rakyat sipil dan juga dari kubu militer yang ingin menggulingan Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan.
Larangan itu muncul di saat Pemerintah Erdogan meluncurkan operasi pembersihan besar-besaran terhadap semua orang yang diduga sebagai pendukung kudeta. Mereka yang jadi target pembersihan di antaranya dari kalangan pendidik, polisi, militer dan dan tokoh politik. Sudah ribuan orang ditangkap dan ditahan usai kudeta gagal.
Dan kali ini, Turki mencabut izin 21.000 guru dan memerintahkan 1.577 dekan mengundurkan diri.
Data itu diungkap seorang pejabat Departemen Pendidikan kepada Reuters. Para pekerja di sektor pendidikan itu jadi target pembersihan oleh rezim Erdogan karena dicurigai terkait dengan ulama Fethullah Gulen yang dituduh dalang upaya kudeta.
Gulen saat ini tinggal di pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat. Pemerintah Turki secara resmi sudah meminta agar Gulen dideportasi ke Ankara.
”Lisensi dari 21.000 guru yang bekerja di lembaga-lembaga swasta telah dibatalkan. Bahwa (dugaan) sebagian besar terkait dengan kegiatan teroris telah dipertimbangkan,” kata pejabat kementerian itu yang menolak diidentifikasi, Rabu (20/7/2016).
Laporan lain dari kantor berita yang dikelola negara Turki, Anadolu, menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan telah memecat 15.200 tenaga pendidik.
Sementara itu, Dewan Pendidikan Tinggi Turki telah memerintahkan agar 1.577 dekan di seluruh perguruan tinggi—baik negeri maupun swasta—di seluruh negeri untuk mengundurkan diri.
Selain itu, 399 karyawan di Kementerian Keluarga dan Sosial juga telah telah dilucuti dari tanggung jawab mereka pada hari Selasa kemarin. Sebanyak 257 orang yang bekerja di kantor perdana menteri juga dipecat.
Sementara itu, Turki telah mengeluarkan peringatan keras kepada Yunani atas keputusan Athena yang membiarkan delapan orang yang diduga komplotan kudeta melarikan diri ke Yunani dengan helikopter.
Para aparat yang melarikan diri itu diizinkan untuk mendarat di Bandara Alexandropoulis. Duta Besar Turki untuk Yunani, Kerim Uras, telah mengeluarkan ancaman keras.
”Bahwa hubungan bilateral akan rusak jika Yunani tidak mengekstradisi delapan personel militer Turki,” katanya.
“Yunani harusnya tidak memberikan izin mendarat untuk helikopter Turki, tidak seharusnya, atau bahkan memungkinkan untuk masuk (wilayah) Yunani,” lanjut diplomat Turki itu dalam konferensi pers.