Tidak Ada Alasan yang Mendesak Pemerintah Untuk Impor Jeroan Sapi

BABAT POST – Keputusan pemerintah untuk kembali membuka impor jeroan sapi yang satu tahun sebelumnya dilarang menuai kritikan pedas dari sejumlah pihak. Meskipun hal ini dilakukan pemerintah untuk menekan harga daging sapi di dalam negeri.

Dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Timur, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, kebijakan impor ini memang bagian dari rencana pemerintah untuk menekan harga, intervensi pasar dan juga membentuk struktur pasar yang baru.

Read More

“Iya benar, beri pilihan pada rakyat ini semua. Pilih yang mana saja. Saya tidak akan impor jika tidak dibeli orang. Pengusaha kan tidak bodoh, mana mungkin mau impor jika tidak laku,” kata Amran di Surabaya, Jumat malam (15/7/2016).

Berita Terkait :  Ini Akhir dari Drama Penyanderaan di Pondok Indah , dua pelaku ditangkap

Amran menegaskan, kebijakan ini adalah solusi yang ditawarkan pemerintah kepada rakyat dalam rangka pemenuhan protein dimasyarakat.

“Pemerintah mencari solusi. Supaya protein terpenuhi untuk rakyat, terutama untuk rakyat kecil karena kita protein kurang. Kita protein salah satunya adalah daging sapi, jeroan,” ujar Amran.

“Setelah kita buka (impor jeroan), ada banyak pertanyaan, tahun lalu dilarang, sekarang kok dibuka? Jangankan Permentan, Undang-undang saja kita ubah, masih ingat country base ke zone base? Itu karena rakyat yang menginginkan,” kata Amran.

Dengan itu, kata Amran, saat ini tersedia berbagai pilihan untuk masyarakat. Mulai dari daging sapi segar yang harganya Rp 120.000-140.000 per kilogram, daging sapi beku seharga Rp 80.000-100.000 per kilogram, hingga jeroan sapi.

Menurut Amran, impor jeroan sapi adalah rencana jangka pendek pemerintah untuk menstabilkam harga daging dan pemenuhan protein masyarakat.

Berita Terkait :  ASPIN Minta Pemerintah Kembali Tinjau Ulang Rencana Impor Jeroan Sapi

Amran mengatakan, jumlah jeroan yang diimpor tidak lebih besar dari jumlah impor daging sapi beku. Meski begitu, dia menolak untuk mengatakan jumlah persis jeroan yang diimpor.

“Kecil sekali, maksimal 10 persen. Bisa-bisa 2 persen. Tapi secondary cut aku guyur ke pasar, sampai harga bisa masyarakat nikmati. Kalau jeroan enggak usah bahas, kecil sekali,” katanya.

Hal yang sama juga diungkapkan, Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong sebelumnya yang menyebutkan, alasan pemerintah mengimpor banyak tipe daging sapi sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Lembong menyebutkan, tidak ada alasan yang mendesak pemerintah melakukan importasi jeroan sapi, hal tersebut hanya sebatas pemenuhan kebutuhan saja.

“Kita menambah importasi untuk pasok di segala golongan, dari premium sampai secondary cut, sampai jeroan, jadi tentunya harus imbang antar golongan kan,” kata Lembong di Komplek Istana, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berita Terkait :  Ketua NU Bogor beri restu Gus Udin maju jadi senator di DPD RI

Lembong menyebutkan, efektivitas impor daging sapi sejauh ini memang memberikan dampak yang cukup baik terhadap pergerakan harga daging itu sendiri.

“Jadi yg penting itu kan ada daging yang terjangkau, jadi di beberapa ratus titik kita menawarkan harga daging beku di harga Rp80 ribu sehingga masyarakat bawah terutama ada pasok yang terjangkau harganya,” tambahnya.

Lanjut Lembong, pemerintah masih belum membuka kembali kuota impor daging sapi dari Australia. Pasalnya, hal tersebut harus dikoordinasikan kembali oleh menteri terkait.

“Itu harus dirakorkan di menteri ekonomi, setau saya untuk hewan hidup, seluruh kuota untuk 2016 sudah diterbitkan, jadi kalau mau nambah lagi ya musti ke rakor ekonomi,” tutupnya.

Related posts