BABAT POST – Baru-baru ini di dunia kesehatan sempat dihebohkan dengan rencana seorang wanita berusia 60 tahun di Inggris yang memakai sel telurnya untuk hamil lalu melahirkan cucunya. Lantas apa saja risiko kehamilan di usia yang terbilang senja itu?
Secara umum, wanita berusia tua memiliki risiko komplikasi yang lebih besar saat hamil dibanding wanita muda. Tetapi, beberapa studi menunjukkan wanita beruisa di atas 50 tahun yang hamil lewat program bayi tabung (IVF) bisa menjalaninya dengan baik seperti yang usianya lebih muda.
Agar kehamilan itu berjalan baik, syaratnya adalah menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh sebelum program bayi tabung.
Wanita Inggirs, yang disebut Ny.M, mengatakan ia menghormati keinginan anak perempuannya yang meninggal di tahun 2011 akibat kanker perut saat berusia 28 tahun. Sebelum meninggal, sang putri membekukan sel telurnya.
Pada akhir Juni 2016, Ny M menang di pengadilan untuk mengambil sel telur itu di sebuah klinik di New York dan berencana membuahi sel telur itu dengan donor sperma. Embrio yang nantinya terbentuk akan diimplan ke rahim Ny.M sehingga kelak ia memiliki cucu.
Bila rencana itu terwujud, Ny.M bukanlah wanita pertama yang mengandung cucunya sendiri. Di tahun 2011, seorang wanita usia 61 tahun melahirkan cucu laki-lakinya karena orangtua si cucu beberapa kali keguguran. Kasus serupa juga dilakukan wanita berusia 54 tahun yang melahirkan cucu perempuannya awal tahun ini di Texas, AS.
Risiko
Wanita berusia tua cenderung mengalami berbagai masalah saat hamil. Mereka tiga kali beresiko lebih besar memiliki diabetes gestational dan tekanan darah tinggi. Risiko lain adalah persalinan prematur dan membutuhkan operasi caesar.
Masalah terbesar yang terjadi pada calon ibu berusia tua adalah jantung dan pembuluh darah mereka tidak bisa menangani volume darah berlebih yang mengalir di tubuhnya selama kehamilan. Semakin tua, pembuluh darah tidak seelastis pada wanita muda sehingga risiko hipertensi lebih besar.
Selain itu, walau rahim tidak terlalu mengalami perubahan seiring usia, namun tetap saja kemampuannya untuk menjadi tempat tumbuh janin tidak seprima pada rahim wanita muda.
Pengawasan ketat
Dr Sue Avery, ahli kesuburan di Pusat Fertilitas Perempuan Birmingham, Inggris, mengatakan ibu yang berusia lebih tua harus diawasi dengan hati-hati karena mereka memiliki risiko komplikasi terkait kehamilan yang lebih tinggi seperti tekanan darah tinggi dan diabetes kehamilan.
Namun jika sang pendonor telur adalah seorang perempuan yang lebih muda, keadaan bisa menjadi berbeda.
“Meskipun yang hamil adalah perempuan yang lebih tua, tetapi karena telurnya dari perempuan yang lebih muda dan kehamilan itu didukung dengan terapi hormon, maka ini menjadi seperti kehamilan perempuan yang lebih muda,” ujar Dr Avery.
Pada akhirnya, semuanya tergantung pada seberapa sehatnya sang ibu, bukan hanya soal usianya.