Dalam Kondisi Sakaratul Maut, Sepasang Suami Istri Ini Saling Bergandengan Erat

BABAT POST – Cinta sejati itu setia dalam suka maupun duka, bahagia maupun susah bahkan sehidupsemati. Itulah kata-kata yang menggambarkan sepasang suami istri, Tumi (70) dan Suwarjono (72) warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul.

Sepasang suami istri membuat haru warga Dusun Potrobayan karena dalam kondisi kritis akibat tertimpa material rumah yang ambruk karena gempa, keduanya saling menguatkan dengan saling berpegangan tangan.

Read More

Kisah nyata ini diceritakan oleh Sayudi Kepala Dukuh Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul. Sayuti yang rumahnya sangat dekat dengan Tumi (70) dan Suwarjono (72).

Sayuti merupakan salah satu saksi dari kisah cinta dua insan yang mengharukan itu. Sayuti menuturkan Tumi dan Suwarjono sudah cukup lama tinggal di Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul. Usai anaknya menikah, Tumi dan Suwarjono hanya tinggal berdua.

“Anaknya sudah menikah dan tinggal di beda desa. Jadi Mbokde Tumi dan Pakde Suwarjono hanya tinggal berdua,” ucap Sayudi Kepala Dukuh Potrobayan, Bantul, Kamis (11/05).

Berita Terkait :  Semalam Taiwan diguncang Gempa hebat berkekuatan 6,4 SR

Selama tinggal di Dusun Potrobayan, Tumi dan Suwarjono dikenal sangat ramah dan baik. Bahkan oleh warga kedua pasangan lanjut usia ini dikenal sangat romantis.

“Pokoknya tidak bisa dipisahkan, kemana-mana itu selalu berdua. Romantis istilahnya kalau remaja-remaja saat ini bilang,” ucapnya.

Saking setianya, mereka setiap hari makan sepiring berdua. Salah satu pasti tidak akan mendahului makan.

“Kalau makan pasti berdua, satu piring itu. Kalau Pakde Suwarjono belum lapar ya Mbokde Tumi tidak makan, harus bareng,” sebutnya.

Kesetiaan keduanya ini pun membuat kagum warga dusun Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul. Namun nahas, pada Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.53 Wib Gempa Bumi berkekuatan 6,3 Skala Richer menguncang Yogyakarta.

Akibat gempa bumi besar itu, seluruh rumah di Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul ambruk rata dengan tanah, kecuali dua rumah yang masih berdiri namun tidak layak huni.

Berita Terkait :  Ahli: Situasi Gelar Perkara Ahok Yang Membosankan

“Semua ambruk, rumah Mbokde Tumi dan Pakde Suwarjono juga ambruk,” ucap Sayudi.

Warga yang selamat pasca kejadian langsung berupaya melakukan evakuasi dan menyelamatkan korban yang tertimpa material bangunan rumah. Saat di rumah Tumi dan Suwarjono, Sayudi bersama warga langsung mencari pasangan suami istri itu didalam reruntuhan bangunan.

Suwarjono saat itu diketemukan di pintu keluar dan Tumi di tempat tidur. Keduanya mengalami luka cukup parah akibat tertimpa material bangunan rumah.

“Sepertinya Pakde Suwarjono baru mau buka pintu tetapi langsung ambruk, kalau Mbokde Tumi sepertinya baru akan berdiri,” urainya.

Melihat keduanya mengalami luka, Sayudi bersama warga langsung mengevakuasi keduanya keluar rumah. Mereka di bawa ke bawah pohon berdampingan dibawah pohon.

“Saya bopong di bawah pohon, lukanya parah. Karena tidak mau dipisahkan mereka saya rebahkan berdampingan,” bebernya.

Warga dan Sayudi pun lantas berlari mengambil gerobak untuk membawa keduanya ke rumah sakit guna mendapat perawatan. Saat sampai dibawah pohon, Sayudi dan beberapa warga serentak tidak bisa berkata-kata.

Berita Terkait :  Jepang Kembali Diguncang Gempa Berkekuatan 8,5 SR

Sayudi melihat dengan kondisi luka parah, Tumi dan Suwarjono bergandengan tangan erat. Meski tak mampu berkata-kata, mereka seakan-akan saling menguatkan dengan menggenggam tangan satu sama lain. Bahkan saat perjalanan ke rumah sakit darurat, di atas gerobak keduanya masih terus berpenggangan erat.

“Saya sampai merinding, dan kagum, inilah yang namanya cinta sejati. Mereka bergandengan tangan erat itu dalam kondisi sakaratul maut,” tuturnya.

Meski sempat mendapat perawatan, namun karena luka yang cukup parah Tumi harus meninggalkan Suwarjono lebih dulu menghadap kepada Yang Maha Kuasa.

Sementara Suwarjono masih dirawat intensif.

“Saya bisiki ke telinga Pakde Suwarjono. Pakde, Mbokde meninggal, diikhlaskan njih,” kata Sayudi.

Seakan tidak ingin ditinggal istri tercinta yang selama ini selalu menemaninya, selang beberapa hari Suwarjono meninggal dunia.

“Saya dengan warga memutuskan memakamkan keduanya berdampingan. Ya karena mereka selama ini selalu bersama, agar bahagia,” ujarnya.

Related posts