BABAT POST – Mantan aktivis mahasiswa pada era reformasi 1998, Muhammad Syafi’ Ali atau yang biasa disapa Savic Ali, menilai Presiden kedua RI Soeharto belum memenuhi kriteria untuk diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Menurut Savic, apa yang telah dilakukan oleh Soeharto tidak bisa disandingkan dengan jasa presiden-presiden lain yang telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional, seperti Soekarno dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Apa yang telah dilakukan oleh Soeharto tidak bisa disandingkan dengan Soekarno dan Gus Dur. Jangan samakan Soeharto dengan Soekarno dan Gus Dur,” ujar Savic saat ditemui di Griya Gus Dur, Matraman, Jakarta Pusat, Kamis (19/5).
Savic menjelaskan, Presiden Soekarno sebelum menjadi presiden adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus proklamator.
Sementara itu, Gus Dur, kata Savic, dinobatkan sebagai pahlawan bukan karena dia pernah menjadi presiden, melainkan karena yang dilakukan dia sebelum menjadi presiden.
Savic menuturkan bahwa Gus Dur dikenal sebagai tokoh Islam moderat yang memperjuangkan hak kaum lemah, kelompok minoritas, dan pernah berjuang melawan kekuasaan yang tiran.
Menurut Savic, seorang pahlawan itu adalah orang-orang yang berani melakukan sesuatu pada saat orang lain tidak berani melakukannya.
Pahlawan merupakan orang yang menyelamatkan nyawa atau hidup orang lain, berjuang untuk orang lain dengan mempertaruhkan hidupnya.
“Soekarno dan Gus Dur memenuhi syarat itu, sedangkan Soeharto tidak memenuhi kriteria. Justru saat berkuasa, dia itu menjadi ancaman atas hidup orang lain,” ujar Savic.
“Kalau dibilang sumbangsih, Belanda juga memberikan banyak peninggalan yang baik,” kata Savic.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa pada saat era reformasi bergulir pada bulan Mei 1998, Soeharto bahkan dipaksa turun oleh rakyatnya sendiri.
Savic menuturkan, pemerintah perlu mengingat pada masa kepemimpinan Soeharto ada banyak persoalan yang belum selesai hingga saat ini.
Menurut dia, kekuasan Soeharto telah memberi pengalaman traumatik kepada masyarakat dengan bertindak represif.
Contohnya, sepanjang pergolakan reformasi 1998, ada banyak mahasiswa yang tewas ditembak oleh aparat keamanan yang saat itu menangani demonstrasi. Belum lagi, kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membelit Soeharto serta kroni-kroninya.
“Saya kira tidak layak Soeharto itu diberi gelar pahlawan, bagaimana sebuah kekuasaan yang ditolak oleh rakyat bahkan diturunkan oleh rakyat dijadikan pahlawan, itu tidak masuk akal,” ucapnya.