Terdapat Kecurangan, Jepang Lakukan Kerja sama Dengan Perancis Terkait Pemilihan Tuan Rumah Olimpiade 2020

BABAT POST – Isu kecurangan merebak mengenai terpilihnya Jepang sebagai tuan tumah Olimpiade 2020. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pun berjanji, pemerintahnya akan bekerja sama dengan para penyidik dari Perancis yang tengah berupaya membuktikan adanya perbuatan curang tersebut.

“Saya sudah menginstruksikan Menteri Pendidikan dan Olahraga untuk memberikan dukungan penuh dalam penyelidikan ini,” ungkap Abe di hadapan para anggota legislatif di Tokyo, Senin (16/5/2016).

“Menteri Hiroshi Hase pun sudah berbicara kepada Komite Olimpiade Jepang dan komite penawaran yang sebelumnya (bid committee) untuk bekerjasama dalam penyelidikan ini,” kata Abe lagi seperti dilaporkan Jiji Press.

Sebelumnya, Kejaksaan Perancis pada Kamis lalu mengaku sedang melakukan penyelidikan terkait adanya pengiriman dana sebesar 2 juta dollas AS atau lebih dari Rp 26 miliar melalui sebuah bank di Singapura

Penyidik Perancis menduga, dana itu dibayarkan terkait dengan “biaya” untuk memenangkap Tokyo menjadi tuan rumah olimpiade 2020 mendatang.

Berita Terkait :  Ini isi Pembicaraan Messi dan pelatih Baru Argentina yang bikin Messi batal Pensiun

Pada Jumat lalu, Kepala Komite Olimpiade Jepang berkeras bahwa pembayaran dana itu sah, dan merupakan biaya jasa konsultan.

Adanya pembayaran dana tersebut pertama kali diungkap oleh harian di Inggris, the Guardian.

Sementara itu, sumber Kantor Berita AFP menyebut bahwa para penyidik di Perancis menduga kuat dana tersebut adalah balas jasa atas terpilihnya Tokyo menjadi tuan rumah.

Dana tersebut diketahui dikirim kepada sebuah perusahaan yang terkoneksi dengan anak dari mantan Kepala Badan Atletik Dunia, Lamine Diack.

Diack pada tahun 2013 adalah anggota International Olympic Committee. Saat itulah Tokyo mengalahkan Istanbul dan Madrid dalam perebutan posisi tuan rumah Olimpiade.

Saat ini, Diack dan anak laki-lakinya sedang menghadapi dakwaan korupsi di Perancis.

Berita Terkait :  Jorge Lorenzo merasa kecewa dengan kinerja timnya !!!

Kendati demikian, Tsunekazu Takeda, dari Komite Olimpiade Jepang yang memimpin Jepang dalam persaingan di tahun 2013 itu mengaku, uang itu diberikan sebagai biaya profesional dan konsultasi.

Dia pun mengatakan, besarnya biaya tersebut masih tergolong wajar untuk jasa konsultasi yang telah diberikan perusahaan tersebut.

“Jadi sebenarnya tidak ada alasan yang mencurigakan,” ungkap dia.

Kontroversi ini bukan yang pertama terkait penyelenggaraan Olimpiade di Tokyo. Ada kontroversi soal pembangunan stadion, dan tuduhan plagiat dalam logo Olimpade.

Disebutkan, dua pembayaran dilakukan pada tahun 2013 kepada Black Tidings, sebuah perusahaan yang berkedudukan di Singapura, dan terkait dengan putra Diack, Papa Massata Diack.

Diack sebelumnya dipekerjakan di the International Association of Athletics Federations (IAAF) sebagai konsultan.

Pembayaran yang mencurigakan itu terungkap dalam bagian dari penyelidikan dugaan suap yang diterima Diack untuk menutupi kasus doping atlet Rusia.

Berita Terkait :  Hanya Cabang Olahraga Eksebisi, Atlet Muay Thai Sulteng Tak Dapat Uang dari Pemda Meski Raih Medali

Perancis sendiri menjadi terlibat dan kemudian menangani perkara ini, karena uang yang diterima tersangka ternyata “dicuci” di Perancis.

Pihak Kejaksaan menyebut, pembayadan dengan tajuk “Tokyo 2020 Olympic Games Bid,” datang dari sebuah rekening di Jepang kepada Black Tidings di Singapura.

Jumat kemarin, lembaga anti-korupsi di Singapura pun telah menyatakan sikapnya untuk membantu langkah investigasi yang dilakukan penegak hukum Perancis dalam perkara ini.

Sementara, Papa Massata Diack membantah uang yang diterima dari Tokyo merupakan balas jasa atas terpilihnya kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade.

“Saya tidak menerima uang sama sekali,” kata dia kepada Kyodo News di Dakar, Ibu Kota negara kelahiran Diack, Senegal.

“Biarkan mereka memeriksa, saya tak punya apa-apa untuk disembunyikan,” tegas dia.

Related posts