4 WNI Korban Sandera Abu Sayyaf Dijadwalkan Tiba di Indonesia Pagi ini

BABAT POST – Setelah berhasil membebaskan 10 WNI awak kapal Brahma 12 dari kelompok Abu Sayyaf pada 1 Mei 2016 lalu, kini pemerintah Indonesia berhasil membebaskan 4 WNI lagi.

Dan empat WNI yang baru saja dibebaskan itu akan mendarat di Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma pada Jumat (13/5/2016) pagi.

Informasi ini didapat dari Kolonel (PNB) Sri Mulyo Handoko selaku Danlanud Halim Perdanakusuma.

Proses serah terima empat WNI antara pemerintah Filipina dengan Indonesia sudah berlangsung pada Kamis (12/5/2016) siang. Proses serah terima itu dilakukan di salah satu KRI yang berada di perairan Filipina.

“Mereka baru akan mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma Jumat (13/5/2016) sekitar jam sembilanan pagi,” tulis Handoko saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat Kamis (12/5/2016) malam.

Berita Terkait :  Anggota Baleg tegaskan RUU TPKS tidak bertentangan dengan hukum agama

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengungkapkan setelah poses serah terima empat WNI dari pemerintah FIlipina ke pemerintah Indonesia dilakukan, maka mereka kemudian akan dibawa ke Tarakan, Kalmantan Utara dengan menggunakan KRI.

Setelah itu, mereka diterbangkan ke Jakarta.

Dia mengatakan, empat awak kapal tunda Henry tersebut saat ini dalam keadaan sehat. Mereka adalah M Ariyanto Misnan (22/nakhoda), Loren Marinus Petrus Rumawi, Dede Irfan Hilmi (25), dan Samsir (35).

Namun Arrmanatha tak bisa menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam pembebasan sandera tersebut.

“identitas pihak yang tergabung dalam penyelamatan seluruh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina memang tak bisa diungkap, termasuk proses pembebasan 4 WNI Rabu (11/5/2016) kemarin”, ujar Arrmanatha.

Berita Terkait :  Kisah seorang Shandra Woworuntu, WNI Budak Seks di Amerika

Hal ini karena banyak pihak yang terlibat di dalamnya tak hanya pemerintah Indonesia dan Filipina.

“Yang kami maksud, pihak-pihak lain di luar pemerintah Indonesia dan Filipina itu ya semuanya. Bukan cuma militer, tetapi juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta beberapa organisasi masyarakat (ormas) baik yang berasal dari Indonesia maupun Filipina,” ujar Arrmantha dalam jumpa pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Kamis (12/5/2016).

Arrmanatha menambahkan, jika nantinya identitas mereka diungkap ke publik, dikhawatirkan justru mengancam keselamatan mereka sendiri. Pasalnya, proses pembebasan berurusan dengan pihak perompak.

Berita Terkait :  Video Gunung Galunggung Meletus Ternyata Adalah Hoax

“Makanya, kami tegaskan sekali lagi untuk siapa-siapanya yang terlibat, kami tidak bisa mengungkapkan, lagipula karena banyaknya pihak yang terlibat dalam diplomasi maupun dari intelijen, kami sendiri juga tidak bisa memastikan siapa saja mereka,” lanjut Arrmanatha.

Diberitakan sebelumnya pada 15 April lalu pembajakan kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi kembali terjadi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina.

Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.

Sebanyak lima orang berhasil menyelamatkan diri, satu orang tertembak, dan sisa empat orang ABK diculik perompak yang diduga terkait kelompok Abu Sayyaf.

Related posts