Apa Kesalahan Terburuk Obama Selama Menjabat Presiden AS?

BABAT POST – Sejak menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat begitu banyak kebijakan yang telah dilakukannya. Namun, baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengakui ada kesalahan terburuk selama masa kepresidenannya. Kesalahan itu adalah kurangnya perencanaan untuk Libya setelah mendiang diktator Muammar Khadafi lengser pada tahun 2011.

“Mungkin kegagalan untuk merencanakan untuk hari-hari setelah apa yang saya pikir sebagai hal benar untuk dilakukan dalam mengintervensi Libya,” ucap Obama dalam wawancara dengan media AS, Fox News, yang disiarkan Minggu (10/4) dan dilansir CNN, Senin (11/4/2016).

Read More
Berita Terkait :  Proyek Piala Dunia 2022 di Qatar Butuh Banyak TKI

Sang pemimpin AS menambahkan bahwa setelah penggulingan pemimpin Libya Muammar Qaddafi pada 2011 lalu, negara tersebut kini menjadi “kacau”.

Pemerintahan Obama mendukung penggunaan kekuatan udara NATO di Libya untuk memastikan bahwa para pemberontak menggulingkan pemimpin Libya setelah gerakan pemberontakan pada 2011. Sejak kematian Qaddafi, pengaruh kelompok-kelompok ekstremis Islam di negara itu justru terus tumbuh.

Ini bukan pertama kalinya Obama membahas soal Libya dalam beberapa minggu terakhir. Dalam artikel majalah The Atlantic yang dirilis bulan lalu, Obama menuturkan kepada penulis Jeffrey Goldberg, bahwa Perdana Menteri Inggris David Cameron teralihkan oleh hal-hal lain usai operasi militer ke Libya.

Berita Terkait :  Ini Bahayanya Jika Donald Trump Terpilih Jadi Presiden Amerika Serikat

PM Cameron bersama mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menanggung kritikan terhadap Obama, sekutu mereka. Meskipun Obama menyebut intervensi ke Libya berjalan baik, namun Obama mengaku dirinya memandang Libya saat ini sebagai kekacauan.

Dalam pernyataan kepada CNN, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Ned Price berusaha mengklarifikasi pernyataan Obama dan memastikan hubungan Inggris dan AS tetap kuat.

“Perdana Menteri Cameron telah menjadi mitra dekat Presiden (Obama) dan kami menghargai kontribusi Inggris dalam keamanan nasional dan tujuan kebijakan luar negeri yang merefleksikan hubungan penting dan khusus kami,” ucap Price.

Berita Terkait :  Tim Arkeolog di Israel, bakal temukan sebuah misteri kitab Injil

Sedangkan soal Libya, Price menyebut Obama terus meyakini semua pihak, termasuk AS, bisa melakukan lebih banyak hal untuk mengatasi situasi Libya usai intervensi.

Pada September tahun lalu, Obama mengkritik intervensi Libya saat berpidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB. “Koalisi kita bisa dan seharusnya melakukan lebih banyak hal untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan,” ucapnya saat itu.

Related posts