Para wisatawan yang datang ke kawasan Gunung Bromo tak hanya disuguhi keindahan alam di sekitar gunung yang sudah tersohor itu. Sebab, makin banyak wahana yang bisa dinikmati. Salah satunya wisata alam Taman Edelweis.
—
EDELWEIS adalah salah satu suguhan yang bisa dinikmati para pendaki gunung. Sebab, bunga yang satu ini memang hanya bisa tumbuh di kawasan tertentu. Karena itulah, tanaman yang kerap disebut bunga abadi itu masuk kategori flora yang dilindungi.
Potensi inilah yang dimanfaatkan warga di lereng Gunung Bromo di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari. Sebuah kebun edelweis berhasil mereka dirikan di ketinggian 1.871 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Kebun tanaman itu berada di desa pintu masuk Bromo dari arah Pasuruan. Luasnya mencapai 1.192 meter persegi. Pengelolanya adalah Desa Wisata Edelweis Wonokitri. Disokong oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), destinasi ini dibangun sejak 2018.
Ada tiga jenis edelweis yang dibudidayakan. Yakni, Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida. Setahun kemudian, budi daya edelweis di kebun tersebut berhasil.
Bunga-bunga yang ada di kebun itu tak diambil di alam bebas, tetapi ditanam dari biji hingga menjadi bibit. ”Taman ini tak hanya menawarkan keindahan edelweis, tetapi juga mengajari wisatawan cara membudidayakannya. Mulai dari pembibitan, penanaman, hingga memetiknya,’’ ujar Ketua Desa Wisata Edelweis Wonokitri Teguh Wibowo.
Selain keindahan bunga abadi yang tertata rapi, ada sejumlah spot lain yang bisa dinikmati para wisatawan. Salah satunya, mereka disuguhi sejumlah spot menarik untuk berfoto. Seperti jembatan mini kaca dan hamparan bunga abadi.
Selain itu, pengunjung yang ingin bersantai sambil makan-minum tak usah khawatir. Sebuah kafe berlatar belakang taman tersedia di sana. ’’Waktu paling pas berkunjung adalah pagi dan sore. Sebab, keindahan alamnya terlihat jelas. Kalau siang biasanya berkabut,’’ jelasnya.
Tak hanya menyaksikan keindahannya, wisatawan yang ingin membawa pulang edelweis juga tak masalah. Sebab, bunga-bunga hasil budi daya itu memang disediakan untuk suvenir. Harganya bervariasi. Mulai Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu.
’’Harga menyesuaikan suvenir yang diinginkan. Dilihat dari kerumitan membuatnya,’’ terangnya.
80 Persen Wisatawan Memang Sengaja Datang
SAJIAN keindahan yang ditawarkan Taman Edelweis Wonokitri kini sukses menarik minat para traveler. Objek wisata itu tak lagi jadi destinasi tujuan lanjutan setelah ke Bromo. Buktinya, 80 persen wisatawan yang datang ke sana memang sengaja ingin singgah.
”Pengunjung Bromo yang berlanjut ke Taman Edelweis tak banyak. Dari data yang kami miliki, hanya 20 persen yang lanjut. Sisanya merupakan wisatawan yang benar-benar ingin datang ke taman,” kata Teguh Wibowo, ketua Desa Wisata Wonokitri.
SPOT UNGGULAN: Jembatan kaca mini menjadi salah satu spot unggulan yang bisa dinikmati pengunjung Taman Edelweis Wonokitri. (Zubadilla/Jawa Pos Radar Bromo)
Dalam sebulan, jumlah pengunjung yang datang ke taman tersebut berkisar 2 ribu hingga 4 ribu wisatawan. ”Jika weekend, pengunjung bisa mencapai 400–500 orang,” katanya.
Akses menuju Taman Edelweis juga relatif mudah. Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi. Sebab, lokasinya berada di pintu masuk kawasan TNBTS.
Bagi pengunjung dari Bromo, setelah turun dari jip, mereka bisa langsung menggunakan mobil pribadi. Demikian pula pengunjung yang datang dari bawah. ’’Kalau kendaraan umum, disediakan DAMRI. Baik dari Surabaya maupun dari Malang,’’ tuturnya.
Soal keamanan, pengelola Taman Edelweis memberikan jaminan. Selain aksesnya sudah representatif, potensi bencana alam juga relatif tidak ada. Handicap-nya cuma satu. Saat musim hujan. Biasanya, pemandangan alamnya tak terlihat maksimal karena tertutup awan.
TAMAN EDELWEIS WONOKITRI, PASURUAN
– Terletak di lereng Gunung Bromo, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari.
– Taman seluas 1.192 meter persegi di ketinggian 1.871 meter di atas permukaan laut (MDPL).
– Tarif masuk Rp 10 ribu per orang.
JENIS EDELWEIS YANG DIBUDIDAYAKAN
– Anaphalis javanica
– Anaphalis longifolia
– Anaphalis viscida