Satelit Satria-1 yang memiliki rencana awal bisa melayani 150 ribu titik harus rela memangkas nya menjadi 50 ribu titik saja. Pertimbangan perubahan titik layanan internet itu karena kebutuhan masyarakat akan akses ke dunia maya terus mengalami peningkatan, sehingga tidak cukup apabila di setiap titiknya hanya disediakan 1 Mbps.
Dengan kapasitas 150 Gbps yang dimiliki satelit Satria-1, Bakti Kominfo akan mengerahkan wahana antariksa itu untuk menghadirkan akses internet ke 50 ribu titik dengan kecepatan sekitar 4 Mbps. Kebijakan tersebut dinilai akan optimal dalam menghadirkan layanan internet untuk fasilitas publik.
“Dalam riset awal kami setiap tahunnya itu setiap titik membutuhkan lebih dari 4 Mbps, akan bertambah berlipat-lipat terus, sehingga satelit ini juga harus ditambah,” ujar Juru Bicara Bakti Kominfo, Sri Sanggrama Aradea ditemui di Orlando, Amerika Serikat, Kamis (15/6/2023).
Tidak semua 50 ribu titik tersebut akan langsung terlayani setelah satelit Satria-1 meluncur dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada 18 Juni 2023 waktu setempat atau 19 Juni 2023 waktu Indonesia.
Disampaikan Aradea, untuk tahap awal Bakti Kominfo lebih dulu memanfaatkan 10 Gbps dari total 150 Gbps kapasitas satelit Satria-1 ini untuk menyediakan akses internet 3.000 titik di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Rencananya kalau beroperasi untuk titik awal yang 10 Gbps yang kita miliki untuk satelit ini, kita rencananya di awal tahun 2024 sudah bisa melayani. Jadi, 10 Gbps itu angkanya kurang lebih di 2.000 – 3.000 titik dulu,” ungkap Aradea yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Satelit Bakti Kominfo ini.
Pemanfaatan kapasitas satelit Satria-1 akan bertambah seiring dengan pembangunan fasilitas penerima internet, seperti parabola, di titik-titik terpilih yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan, pemerintah daerah, hingga keamanan di 3T.
Dengan kebutuhan layanan internet yang terus meningkat, Bakti Kominfo tidak akan berhenti di satelit Satria-1. Ke depannya satelit internet generasi berikutnya terus dipersiapkan, salah satunya Hot Backup Satellite (HBS).
Pada dasarnya HBS ini dirancang sebagai satelit cadangan jika terjadi persoalan pada peluncuran satelit Satria-1. Namun, kapasitas yang dimiliki HBS mampu mendongkrak pemenuhan kebutuhan akses internet yang di daerah yang masih blank spot.