NBA mungkin rumah bola basket, tetapi itu tidak berarti itu adalah platform untuk olahraga itu sendiri. Seperti olahraga lainnya, bola basket bisa menjadi sangat dramatis, terutama di saat-saat genting seperti Final NBA. Pemain terbaik memiliki satu hal dalam pikiran saat memasuki liga, dan itu untuk memenangkan kejuaraan. Saat para atlet ini bersaing memperebutkan gelar termasyhur, ketegangan dan emosi cenderung menghalangi.
Dengan mengingat hal itu, bahkan pemain terbaik liga pun hancur dalam panasnya pertempuran. Ini biasanya menghasilkan kejatuhan tim elit dan munculnya regu yang lebih lapar. Menjadi salah satu pemain top di liga, selalu ada tekanan yang mempengaruhi mental mereka. Sementara itu, tim yang sedang berjuang cenderung memberikan yang terbaik sepanjang waktu tanpa berpikir untuk merusak reputasi mereka.
Hal ini terkadang menghasilkan momen mengejutkan di mana tim underdog membunuh para raksasa. Misalnya, saat unggulan kedelapan Golden State Warriors (42-40) mengalahkan unggulan teratas Dallas Mavericks (67-15) di babak pertama playoff 2007. Momen luar biasa ini berubah menjadi lahirnya era “We Believe” Warriors.
Mari kita lihat lima kekecewaan NBA Finals yang paling mengejutkan dalam sejarah liga.
5 Kekesalan Final NBA
#1, Dirk Nowitzki akhirnya memenangkan yang besar
Pada tahun 2011, Dirk Nowitzki dan Dallas Mavericks mengejutkan dunia saat mengalahkan Miami Heat. Ini adalah tahun pertama LeBron James dengan tim super barunya. Miami adalah favorit untuk memenangkan gelar: namun, Nowitzki dan krunya membuktikan bahwa dunia bola basket salah. Final NBA 2011 tidak diragukan lagi merupakan momen pahit di liga.
#2, Bad Boy Pistons modern melengserkan Super Lakers
Musim 2003-04 seharusnya menjadi comeback LA Lakers. Ungu dan Emas melewatkan Final NBA 2003 setelah memenangkan tiga gambut dari 2000-2002. Dalam benak semua orang, 2004 seharusnya menjadi tahun di mana Lakers menang lagi, terutama dengan tim super yang baru dibentuk yang terdiri dari Kobe Bryant, Karl Malone, Shaquille O’Neal, dan Gary Payton.
Namun, memiliki empat superstar tidak berarti mereka memiliki peluang menang yang lebih baik. Pada akhirnya, bola basket adalah olahraga tim, dan Detroit Pistons dengan jelas membuktikan mengapa kerja tim lebih baik daripada memiliki empat pemain dominan bola tanpa chemistry. Detroit memiliki unit yang lebih kohesif dibandingkan dengan LA, itulah sebabnya mereka memenangkan gelar pada tahun 2004.
#3, “Cleveland! Ini untukmu!”
Pada tahun 2016, LeBron James berhasil memenuhi janjinya ke kampung halamannya dengan membawa pulang gelar NBA pertama Cleveland. Namun, tidak ada yang mengharapkan dia memenangkan kejuaraan tahun itu mengingat Golden State Warriors menjalani musim yang bersejarah.
Golden State Warriors 2015-16 membuat sejarah dengan mengalahkan rekor Chicago Bulls 1995-96 untuk musim reguler terbaik dalam sejarah. Warriors unggul 73-9, menjadikan mereka favorit berat untuk memenangkan gelar berturut-turut.
Final 2016 bukanlah cakewalk karena kedua tim bertarung habis-habisan dalam tujuh pertandingan. Namun, setelah blok pengejaran dari LeBron James dan tembakan 3 angka yang mengunci permainan oleh Kyrie Irving, Cavs mengalahkan Warriors dengan bangkit dari defisit 3-1.
#4, Portland mengalahkan Philly di ’77
Philadelphia 76ers 1976-77 adalah tim bola basket yang terampil dengan enam pemain yang secara konsisten mencetak angka ganda. Mereka memiliki Julius Erving, Doug Collins, George McGinnis, Henry Bibby, World B. Free dan Steve Mix.
Sebaliknya, Portland Trail Blazers mengandalkan kemampuan Bill Walton dan Maurice Lucas. Meski kedua tim memiliki rekor serupa, 76ers memiliki pemain yang lebih berbakat. Namun, gaya permainan mereka lebih fokus pada penilaian individu, sedangkan Blazers lebih menekankan kerja tim dan pertahanan.
Mirip dengan Detroit Pistons 2003-04, Portland Trail Blazers 1976-77 membuktikan kepada dunia bola basket bahwa kerja tim dapat mengalahkan bakat kapan saja.
#5, Bill Russell yang menua memenangkan kejuaraan terakhirnya di tahun ’69
Tahun 60-an adalah era ketika Boston Celtics mendominasi NBA. Mereka memenangkan hampir setiap kejuaraan NBA selama dekade tersebut, hanya kehilangan gelar 1967. Pada saat Boston memenangkan Final 1969, semua orang di skuad, termasuk Bill Russell, sudah semakin tua. Pada saat itu, tidak ada yang benar-benar mengharapkan mereka menang, dan tim juga tidak perlu membuktikan apa pun.
Namun, ketika LA Lakers memutuskan untuk merayakannya dengan memasang balon bahkan sebelum Game 7 selesai, Russell dan Celtics menjadi termotivasi untuk menjatuhkan lawan sombong mereka.
Diedit oleh
Joseph Schiefelbein