Indonesia mengandalkan pariwisata olahraga untuk tawaran menjadi tuan rumah Olimpiade 2036 yang ambisius

JAKARTA, 24 Des (Jakarta Post/ANN): Indonesia, negara kecil di dunia olahraga Olimpiade, mempertahankan mentalitas menembak-untuk-bintang karena menjaga harapan tuan rumah Olimpiade tetap hidup, dengan bantuan pariwisata.

Selama satu dekade terakhir, negara yang menarik perhatian global setelah sukses menjadi tuan rumah Asian Games 2018, ajang multisport terbesar kedua setelah Olimpiade, menemukan pijakan yang lebih kuat dalam fokus pada strategi.

Wisata olahraga memiliki pasar yang luas dan Indonesia berpotensi tumbuh hingga mencapai nilai Rp 18,79 triliun (US$1,2 miliar) pada tahun 2024, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Asiad 2018 memainkan peran penting dalam menarik perhatian semua orang, keuntungan bagi Indonesia yang secara resmi mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2036 di ibukota baru Nusantara yang belum dibangun, seperti yang diumumkan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo selama KTT Kelompok 20 November di Bali.

Dan untuk tahun 2023 saja, Indonesia akan memiliki jadwal padat untuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola FIFA World Cup Under-20s (Mei-Juni) ke-23 di enam kota, acara multisport Asosiasi Komite Olimpiade Nasional (ANOC) World Beach Games (Agustus) kedua di Bali, turnamen bola basket Piala Dunia FIBA ​​ke-19 (Agustus-September) di Jakarta dan balapan MotoGP Indonesia yang sedang berlangsung (Oktober) di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), di antara kompetisi lainnya.

Semua penyelenggaraan acara ini merupakan bagian dari upaya negara untuk tawaran 2036, yang melihat tuan rumah Piala Dunia FIFA Qatar sebagai saingan utama.

“Kami memiliki sekitar 14 tahun untuk mewujudkan sesuatu; itu akan menjadi waktu yang cukup,” kata ketua Komite Olimpiade Nasional (NOC) Indonesia Raja “Okto” Sapta Oktohari kepada The Jakarta Post pada hari Kamis, saat pertemuan di Jakarta.

Pengusaha yang berangkat ke Qatar untuk menyaksikan kemegahan Piala Dunia itu mengatakan, olahraga Indonesia perlu lepas sepenuhnya dari gagasan “prestasi olahraga dulu, tuan rumah di urutan kedua”.

Magnetik Bali

Okto mengatakan bahwa banyak pemimpin komunitas olahraga internasional terkesan dengan Asian Games 2018 dan Para Games di Jakarta dan Palembang, dan mereka berencana untuk memperpanjang perjalanan mereka di Bali saat mereka datang untuk ANOC World Beach Games 2023.

“Bali sangat strategis [tourism] tujuan. Anda memiliki Kawah Ijen [in East Java] di kanannya, Lombok di kirinya [in NTB]dan lebih jauh ke kiri Anda akan menemukan Raja Ampat [in West Papua]. Anda bahkan tidak bisa benar-benar menikmati Bali dalam seminggu, ”katanya.

Okto optimistis Indonesia akan mendapatkan lebih banyak pengakuan global setelah menggelar Piala Dunia U20, World Beach Games, FIBA ​​World Cup, dan balapan MotoGP menjelang akhir tahun.

“Kami akan kedatangan atlet dari 205 negara di ANOC World Beach Games tahun depan. Dari segi hosting, kerumitannya akan sangat tinggi. Namun, itu akan menjadi validasi yang signifikan bagi kami di mata dunia,” tambahnya.

Untuk lebih menjalin hubungan dengan International Olympic Committee (IOC), Okto mengungkapkan bahwa Indonesia telah meminta pengawasan ketat panitia, mulai dari perencanaan.

“Saya telah mengatakan kepada presiden IOC Thomas Bach bahwa Indonesia tertarik untuk bekerja sama dengan IOC, bahkan dari perencanaan. Oleh karena itu, kita akan memiliki [a host city] yang menyediakan fasilitas paling cocok dan terbaik untuk Olimpiade menurut standar IOC,” katanya.

Awal tahun ini, Menteri Pariwisata Sandiaga menceritakan bahwa event golf dan triathlon yang diselenggarakan secara berurutan di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, dapat menarik setidaknya 1.000 wisatawan, atlet, staf tim, dan penonton ke Tanah Air.

Dia mengatakan setiap turis yang datang menghabiskan setidaknya $1.500 per kunjungan. “Kalikan dengan 1.000 orang maka Anda akan mendapat dampak ekonomi $1,5 juta,” kata Sandiaga pada Mei seperti dikutip tempo.co.

Berkaca dari hal itu, Sandiaga berencana mereplikasi pendekatan tersebut ke Bali dan lima destinasi wisata lainnya di Tanah Air, dengan target minimal 1 juta wisatawan, Menkeu yakin Indonesia dapat menikmati minimal Rp 18 triliun dari sport tourism pada tahun 2024. – Jakarta Post/ANN

Related posts