Gas Air Mata atau Himpitan Masih Menjadi Perdebatan Soal Mana yang Menjadi Penyebab Utama Korban Tragedi Kanjuruhan

Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan

Babatpost.com – Tragedi Kanjuruhan masih menjadi sebuah berita yang terus diberitakan seiring masih belum di putuskannya faktor penyebab kematian ratusan korban dari Suporter Arema FC. Gas Air Mata atau Himpitan Masih Menjadi Perdebatan Soal Mana yang Menjadi Penyebab Utama Korban Tragedi Kanjuruhan Malang

Tim dokter RS Saiful Anwar (RSSA) Malang meneliti kondisi medis korban tragedi Kanjuruhan. Itu dilakukan guna memastikan penyebab utama korban meninggal dunia karena hipoksia atau kekurangan suplai oksigen pada otak akibat dari gas air mata atau luka berat.

Read More

Wakil Direktur RSSA Malang, Syaifullah Asmiragani, mengatakan tim dokter sedang mengumpulkan data – data medis korban tragedi Kanjuruhan. Karena itu belum bisa disimpulkan penyebab utama hipoksia pada korban yang meninggal dunia.

“Ini sedang kajian secara menyeluruh. Kalau hipoksia itu bisa karena gas air mata atau bisa juga karena situasi berhimpitan,” kata Asmiragani di Malang, Selasa (11/10/2022).

Bila melihat korban tragedi Kanjuruhan, lanjut dia, terdapat cidera di beberapa bagian tubuhnya. Kondisi itu diyakini akibat berdesakan, terjatuh atau terinjak yang memperburuk kesehatannya. Karena itu belum bisa dipastikan gas air mata jadi penyebab tunggal banyaknya korban jiwa.

Asmiragani mengatakan, meski dalam situasi tanpa ada gas air mata pun seseorang bisa mengalami hipoksia. Itu bila bagian dadanya tertekan karena darah atau dipicu faktor lainnya. Bisa jadi pula sesak nafas karena asap tapi kemudian organ tubuhnya memburuk karena cidera.

Hal itu mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen, sementara paru-paru korban tak mampu mensuplai oksigen. Ia menilai terlalu dini bila menyimpulkan korban tragedi Kanjuruhan meninggal dengan faktor utamanya gas air mata.

“Kalau gas air mata disebut penyebab langsung, bisa saja iya atau bisa juga tidak. Kan juga ada pendarahan di perut, dada, patah tangan dan lainnya. Jadi ini semua saling berkontribusi,” urainya.

Tim dokter RSSA Malang sedang melakukan kajian menyeluruh terhadap kondisi pasien. Unit ICU mengumpulkan data-data dari pasien korban tragedi Kanjuruhan yang kini kesehatannya kritis, khususnya yang harus menggunakan alat bantu pernafasan.

Data medis pasien itu meliputi hasil X-ray, hasil tes laboratorium dan rekam medis lainnya. Dari situ diharapkan ada gambaran data objektif yang bisa didapat untuk kemudian menarik kesimpulan penyebab utama pasien meninggal dunia.

“Data terkumpul di ICU. Tapi untuk saat ini kami belum bisa menarik kesimpulan karena masih fokus memberikan pelayanan pada pasien sampai pulih,” ucap Asmiragani.

Karena belum ada analisis data secara menyeluruh, ia belum bisa menyimpulkan penyebab korban meninggal dunia. “Nanti paling tidak kami bisa membuat hipotesa, apakah meninggal dari trauma (luka berat) atau karena gas air matanya,” katanya.

Sementara itu, Helen Prisella, korban tragedi Kanjuruhan yang dirawat di RSSA Malang meninggal dunia pada Selasa, 11 Oktober 2022 sekitar pukul 14.15. Perempuan berusia 20 tahun itu dinyatakan meninggal karena acut respiratory distress syndrom atau gagal nafas akut.

Helen Prisela menambah daftar panjang korban jiwa akibat tragedi Kanjuruhan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, dengan bertambahnya korban jiwa ini membuat total korban meninggal dunia ada 132 orang.

Related posts