Tes Rider KTM, Dani Pedrosa, mengatakan ada banyak pembalap muda berbakat di MotoGP, tapi Marc Marquez masih menjadi yang terbaik.
Andalan Repsol Honda Team itu mengalami momen sulit dalam dua tahun terakhir dengan cedera patah tulang lengan kanan atas dan penglihatan ganda (dikenal dengan istilah diplopia) yang kerap kambuh ketika mengalami kecelakaan besar.
Ketika pembalap asal Spanyol itu absen panjang, para pembalap muda menunjukkan taji. Joan Mir (Suzuki Ecstar) keluar sebagai juara dunia MotoGP pada 2020.
Tahun lalu, giliran Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) yang meraih gelar dengan tampil kompetitif dan Marc Marquez terpaksa absen dalam dua balapan terakhir.
Musim ini, Honda melakukan perubahan besar pada RC213V untuk memastikan motor bekerja dengan baik. Marquez sebagai pembalap terbaik pabrikan Jepang itu juga mengakui saat ini motor jauh lebih baik tapi belum siap untuk memperebutkan gelar.
The Baby Alien juga harus mengakui kehebatan para pembalap muda yang siap bersaing ketat dengannya.
Kendati begitu, Pedrosa merasa para pembalap muda tersebut masih harus belajar banyak. Selain itu, tidak bisa dipungkiri bila juara dunia delapan kali (125cc 2010, Moto2 2012, MotoGP 2013, 2014, 2016-2019) tersebut masih menjadi patokan mereka untuk menjadi pembalap terbaik.
“Saya harus mengenal beberapa dari mereka lebih baik, untuk menilai mereka Anda harus mempelajarinya dari waktu ke waktu, juga melihat bagaimana mereka bereaksi dalam situasi tertentu,” kata Pedrosa seperti dilansir Motosan.
“Saya suka gaya mengemudi Joan Mir, saya sangat menghargai Enea Bastianini untuk seberapa kuat dia menyelesaikan balapan, mengelola ban dengan baik. Sementara, Pecco Bagnaia sendiri sangat menakutkan tahun lalu.
“Ada pembalap bagus di antara yang ‘baru’. Tetapi, Marc Marquez masih menjadi patokan. Saya berharap yang terbaik untuk Marc. Kami saing berdiskusi tapi tak masuk terlalu dalam, karena kami bekerja untuk dua pabrikan berbeda.
“Apa yang dapat saya katakan adalah masalah penglihatan suatu hal yang rumit, bukan hanya untuk balapan tapi juga untuk masa depan.”
Dani Pedrosa merupakan salah satu pembalap yang tak banyak berbicara dan tak pernah terlibat masalah besar antara sesama pembalap selama berkarier di MotoGP.
Pria yang memiliki julukan Little Samurai itu menegaskan tak senang dengan suasana ramai dan keributan. Oleh karena itu ia lebih memilih diam ketika terjadi suatu masalah dan membiarkan timnya untuk menyelesaikannya.
“Saya tidak suka keramaian, itu bukan rahasia lagi. Ketika ada begitu banyak orang di sekitar saya, saya merasa kurang nyaman,” ujarnya.
“Ketika Valentino (Rossi) menjadi bintang di MotoGP pada 2004, 2005, jika Anda tidak seperti dia, mungkin Anda tidak dianggap baik atau bahkan orang tidak tertarik untuk bertemu dengan Anda.
“Itu berlaku untuk saya dan Casey Stoner, yang sangat tertutup. Sekarang banyak yang berubah, ada pembalap dengan karakter yang berbeda, tetapi menyambut semua orang.”
Berada satu trek dengan para juara dunia, Dani Pedrosa mengatakan Casey Stoner akan menjadi juara jika dirinya, Rossi, Marquez dan Jorge Lorenzo menggunakan motor yang sama.
“Kami berlima memiliki sesuatu yang istimewa. Di level mengemudi saya akan mengatakan yang menang Stoner, di level agresifitas sudah pasti Marc, yang pandai mengembangkan gaya balap ekstrem, dengan elbow down,” ucapnya.
“Saya beruntung, tapi juga sial, dapat mengenal mereka semua dengan baik. Saya dapat mengatakan bahwa Stoner membuka mata saya dengan bimbingannya.”