Andrea Dovizioso mencetak hasil terbaiknya bersama WithU Yamaha RNF MotoGP Team sejauh ini setelah finis P11 di GP Portugal. Namun, ia tak puas karena gap dengan Fabio Quartararo lebih dari 29 detik.
Bos RNF Razlan Razali berharap Andrea Dovizioso bisa menembus top 10 dalam balapan awal MotoGP 2022 di Eropa. Ia belum mampu mewujudkannya di Grand Prix Portugal, akhir pekan lalu.
Dovi menyelesaikan balapan di Sirkuit Internasional Algarve itu satu tingkat dari apa yang ditargetkan tim, yakni urutan ke-11. Ia berada 29,029 detik di belakang sang pemenang, Fabio Quartararo.
Meskipun menjadi pembalap terbaik kedua Yamaha setelah Quartararo di Portugal, runner-up tiga kali MotoGP tersebut tidak senang karena selisih waktunya dengan El Diablo sangat mencolok.
“Tidak hanya ada satu alasan untuk itu. Fabio tentu membuat perbedaan dengan kecepatan murninya. Mudah baginya, dalam tanda kutip, untuk mengendarai motor di level ini. Dia juga berhasil menempatkan diri di posisi start yang bagus,” kata Dovizioso dilansir Speedweek.
“Dia selalu memulai dari dua baris terdepan. Itu menambah banyak detik di akhir balapan, terlepas dari kecepatannya. Dan saat dia dapat kesempatan berkendara dengan garis aneh, yang hanya bisa dilakukan olehnya, dia mampu memanfaatkan aspek positif dari motor (M1).
“Dia berhasil meminimalkan poin negatif, yang mana ini sangat penting, dan pada saat yang sama dia memaksimalkan sisi positifnya, yakni fase pengereman, perilaku kemudi, dan kecepatan menikung. Jadi, selamat untuk Fabio,” rider kebangsaan Italia itu menambahkan.
Andrea Dovizioso memang mampu finis ke-11, tetapi ia harus berjuang guna meraihnya. Bahkan, jaraknya dengan Maverick Vinales (Aprilia Racing), yang berada tepat satu posisi di depannya, lebih dari 10 detik.
Ini yang membuat Dovi enggan menyebut GP Portugal sebagai akhir pekan yang baik untuknya. Ia masih perlu meningkatkan performa agar bisa lebih dekat dengan para rival dan menjaga kans tembus top 10.
“Kami mencetak beberapa poin, ini bagus dalam kaitannya dengan kecepatan kami. Namun, bukan berarti itu baik untuk waktu yang lama. Di satu sisi menarik, sebab pace saya di tahap akhir tidak buruk,” katanya.
“Poin negatifnya, adalah di paruh pertama balapan, ketika Anda benar-benar memiliki daya cengkeram (grip), saya tidak bisa melaju lebih cepat. Itu sebabnya saya tidak kencang di sesi latihan dan awal lomba.
“Saya masih tidak punya feeling dan belum mengerti bagaimana memaksimalkan motor pada tahap awal balapan. Saya menganalisis data dan perbedaannya mudah terlihat, tetapi saya belum bisa merasakannya. Jadi, bagus Jerez (GP Spanyol) datang cepat dan tes usai balapan.”
Dovizioso menambahkan jika pekerjaan yang bisa dilakukannya kini adalah mencoba menemukan sesuatu dengan data bersama Ramon Forcada (crew chief-nya). Tentu mencapai waktu Quartararo bukan intinya.
“Kami harus melakukan pekerjaan yang berbeda sebab Fabio sangat jauh dibandingkan dengan pembalap Yamaha lainnya dan dia mengendarai motor dengan cara yang sama sekali berbeda. Bila Anda mencoba menirunya, Anda dalam masalah,” tutur eks rider Ducati tersebut.
“Jika Anda kehilangan 1 detik, maka ini bukan soal detailnya. Kita bicara tentang hal-hal yang lebih besar. Fabio mengerem sangat telat dan jauh, pada suatu sudut, lalu membiarkan (motor) melaju dan mengatur kecepatan di tengah tikungan. Di situlah dia membuat perbedaan.”