Upaya mempertahankan gelar juara dunia MotoGP belum berjalan sesuai ekspektasi bagi Fabio Quartararo. El Diablo berharap bisa mengubah peruntungan di Eropa, dimulai dengan GP Portugal akhir pekan ini.
Perjuangan kembali meraih titel musim ini tampaknya tidak akan mudah bagi Fabio Quartararo. Ia telah berulang kali melampiaskan frustrasinya kepada Yamaha karena kesulitan bersaing dengan para rival.
Pabrikan Iwata tak membuat progres yang dibutuhkan untuk menghadapi MotoGP 2022, setidaknya itu tercermin dari raihan Quartararo sejauh ini. Ia hanya merengkuh satu podium dalam empat balapan awal.
Harus diakui, perbedaan di kelas premier sekarang lebih kecil dari sebelumnya, tetapi ada tanda-tanda bahwa Yamaha tertinggal. Sejak tes musim dingin, El Diablo memperhatikan mereka belum membuat kemajuan apa pun dengan mesin baru.
Kurangnya top speed menyebabkan pembalap Prancis itu semakin sulit memberikan perbedaan. Di sisi lain, rider–rider MotoGP lain menyebut Quartararo sebagai salah satu yang terbaik dalam pengereman, meski itu tak selalu membantu di trek.
Sebagai contoh, musim lalu ia berhasil finis podium di Grand Prix Amerika. Tetapi pada edisi terbaru race di Circuit of The Americas (COTA) itu, pemuda 22 tahun tersebut tak bisa lebih baik dari posisi ketujuh.
“Ini telah menjadi awal musim yang sulit. Di Indonesia kami benar-benar dapat menunjukkan kecepatan. Kami meraih pole position dan podium kedua dalam balapan basah. Dua balapan terakhir di Argentina dan Amerika tidak berjalan baik,” ujarnya melihat kembali ke belakang.
Itu berarti Fabio Quartararo, yang berada di P5 klasemen, tidak dapat tertinggal lebih jauh lagi, dalam balapan atau kualifikasi, jika ingin menjaga kans mempertahankan titel juara dunia MotoGP tahun ini.
Sekarang ia tertinggal 17 poin dari pemimpin sementara MotoGP 2022, Enea Bastianini dari Gresini Racing. Jarak tersebut masih sangat terjangkau, tetapi El Diablo wajib lebih produktif dalam balapan-balapan di Eropa.
Secara umum, Quartararo bisa melaju dengan cepat, tetapi seringkali misinya berantakan ketika harus melakukan banyak manuver untuk menyalip. Oleh karena itu, posisi start juga sangat penting baginya.
“Kami tidak bisa memaksimalkan gaya kami dan tampil baik. Jerez adalah sirkuit di mana kinerja kami bagus, Le Mans juga. Jadi kami tak boleh membuang poin di sana, kami tidak bisa lagi menyia-nyiakan peluang. Kuncinya: mencetak poin sebanyak mungkin,” kata El Diablo.
Pada paruh kedua MotoGP 2021, Quartararo kerap menjadi bukan yang terkencang di trek, tetapi ia telah meletakkan dasar yang bagus sebelum musim panas dan performanya sangat konsisten. Ini yang membawanya keluar sebagai juara dunia.
Jadi, pertanyaan besarnya sekarang adalah, apakah mungkin dengan mesin yang lebih lambat El Diablo tetap bisa jadi juara dunia? “Kita lihat saja. Kini terpenting adalah mengurangi eror dan memaksimalkan setiap akhir pekan balap,” ia mengatakan.
“Kami sadar kami kekurangan speed, tetapi saya bisa melupakan balapan terakhir di lap pertama. Saya tahu mesin tidak akan membantu kami. Namun hingga akhir pekan terakhir (GP Amerika), kami hanya tampil di trek dengan sektor lurus yang panjang.
“Hanya di Indonesia tidak begitu buruk dan di sana kami meraih pole dan podium. Jadi, saya menantikan sirkuit dengan lintasan lurus yang lebih sedikit, karena kami dapat mencoba mengambil poin sebanyak mungkin dan meminimalkan kerusakan.”
Quartararo berharap akan ada perbaikan yang datang, terutama dalam sesi balapan karena kondisinya benar-benar tidak sama dengan kualifikasi. “Perbedaannya sangat besar dan itu tidak mudah,” ujarnya.
“Saat Anda melaju sendiri, Anda bisa mengatur kecepatan, ini masih bisa dilakukan (di kualifikasi). Tetapi dalam grup (saat race), Anda tak punya kans. Dengan gaya balap spesifik kami, tidak mudah membuat perbedaan. Itu masalah kami, selain top speed.”