Pablo Nieto menjadi elemen penting dalam berkembangnya tim Mooney VR46 Racing hingga sampai ke MotoGP. Menurutnya, target skuad debutan sangat sederhana, yakni sering muncul di TV.
Berbeda dengan sang ayah, Angel Nieto, yang jadi legenda balap motor, karier Pablo terhenti di usia 28 tahun. Pria Spanyol tersebut memutuskan gantung helm setelah satu dekade bertarung di kelas 125cc.
Ia merasa karier pembalap sudah tidak cocok lagi untuknya. Nieto pun belajar untuk bekerja di balik layar.
Bersama sang kakak, Gelete, pria 41 tahun tersebut mendirikan sebuah tim balap dengan sasaran MotoGP. Hanya saja, krisis finansial yang mengguncang pasar properti, membuat rencana itu berantakan.
“Saya masih muda, tapi ingin menjadi manajer. Saya membuat tim MotoGP dengan Gelete, yang tidak berjalan baik karena krisis real estate, yang memukul sponsor utama kami,” ujarnya kepada El Mundo.
“Lalu saya bekerja untuk tim Laglisse. Pada 2013, kami membawa Maverick Vinales sebagai juara dunia MotoGP. Setelah itu, kemungkinan bekerja sama dengan dengan Valentino Rossi muncul. Saya tidak bisa mengatakan tidak kepadanya.”
Sama-sama melakoni ajang grand prix bukan berarti Nieto kenal dengan Rossi. Pertemanan mereka justru lahir dalam sebuah aktivitas promosi motor keluaran Aprilia.
Menariknya, kedua pembalap tersebut justru menemukan kecocokan setelah merusak beberapa skuter.
“Kami beruntung dipertemukan pada 1997, pada presentasi skuter buatan Aprilia di Jarama. Ketika itu, kami merusak empat skuter dan sejak saat itu, kami bergaul akrab,” pria yang sempat ditentang ayahnya jadi pembalap itu mengenang.
“Valentino mendirikan kantor dengan Vittoriano Guareschi sebagai manajer tim Moto3. Namun, mereka sulit memahami satu sama lain. Dia pun mencari saya. Sekarang, kami sudah bersama-sama untuk waktu lama.
“Valentino sebagai pemilik dan kami beruntung dia menyukainya. Dia tertarik dengan situasi pembalap, dalam latihan yang kami lakukan, bagaimana para mekanik, dalam bagian yang mereka miliki…,” ia menjelaskan tentang peran The Doctor dalam tim balapnya.
“Setiap saran yang diberikan selalu bagus. Seperti sebelumnya dengan tim Moto2 dan Moto3. Hanya sampai tahun ini, kami hanya bertatap muka dengannya di sirkuit. Sekarang, kami menghabiskan berjam-jam di telepon.”
Kabar promosi VR46 ke MotoGP cukup bombastis dengan hadirnya Aramco sebagai sponsor. Sudah ada konfirmasi dari pihak Pangeran Abdulaziz bin Abdulla Al Saud.
Beberapa waktu kemudian, perwakilan perusahaan minyak Arab Saudi merilis bantahan bakal berinvestasi di tim MotoGP karena mereka fokus pada Formula 1. Pernyataan itu bak petir di siang bolong bagi Rossi dan anak buahnya.
Sebab, mereka sudah teken kontrak dengan Ducati selaku pemasok motor. Struktur tim pun sudah dibangun sedemikian rupa.
Di tengah keputusasaan, Mooney datang mengulurkan tangan, disusul sponsor lain. Mereka pun memiliki tanggung jawab memberi kepuasan pada semua pihak yang mendukung, hanya saja secara bertahap.
“Membuat tim MotoGP selalu rumit. Anda perlu dana besar dan untungnya, kami punya sponsor penting seperti Mooney, Monster atau Bardahl di belakang kami,” ucapnya.
“Kami tahu bahwa kami tim baru, hanya punya pengalaman sedikit di kategori ini. Tapi, kami ingin berada di sini dan bukan hanya jadi pelengkap di grid. Sama sekali tidak. Kami ingin melakukannya dengan sangat baik.
“Target paling dekat adalah mencoba meraih podium tahun ini. Tapi, yang terpenting, pada akhirnya menjadi protagonis, terlihat di TV. Kalau Anda muncul di TV, itu artinya Anda bekerja dengan baik.”
Sebagai pendatang baru, prestasi VR46 bisa dibilang lumayan. Mereka duduk di peringkat kesembilan klasemen tim dengan koleksi 17 poin, sumbangan Luca Marini (10) dan Marco Bezzecchi (7). Kedua pembalap dimodali amunisi berbeda.
Marini dapat Ducati Desmosedici GP22, sedangkan Bezzecchi GP21. Menurut Nieto, perbedaan itu bukan masalah besar.
“Perbedaan antara kedua motor sangat kecil. Bagi pembalap seperti Bezzecchi, contohnya, itu hampir tak ada artinya. Motor itu sangat, sangat mirip,” ia menandaskan.