Johann Zarco mengakui sulit mengeksploitasi Ducati Desmosedici GP. Ini yang membuatnya belum bisa menjangkau podium MotoGP 2022 secara konsisten.
Satu-satunya posisi tiga besar yang pernah dicicipi pembalap Pramac Racing itu adalah di MotoGP Mandalika. Zarco naik podium ketiga. Selebihnya hanya duduk di P8 (Qatar), retire (Argentina), dan P9 (Amerika Serikat).
Kendati demikian, rider Prancis itu dapat menghuni peringkat kedelapan klasemen dengan koleksi 31 poin.
Prioritas Zarco ke depannya adalah menemukan kunci supaya bisa mendongkrak kinerja GP22, salah satunya feeling.
“Saya menemukan bahwa Ducati ini fantastis dan punya potensi besar, tapi sayangnya, ini sangat sulit dieksploitasi. Saya masih belum menemukan kunci untuk mengeksploitasi itu,” ujarnya.
“Saya punya kemampuan melaju kencang, tapi tanpa perasaan nyaman. Ini merugikan saya. Di sisi lain, fase adaptasi saya dengan Ducati terus membaik karena kami bisa melihat itu tahun ini, dibandingkan 2021.
“Kami berevolusi besar pada area di mana saya lemah. Saya dulu kehilangan waktu saat mengerem, sekarang tidak.”
Akibat permasalahan tersebut, Zarco melihat harapannya terus menginjak podium seolah sangat muluk dalam kondisi sekarang.
“Dibanding dengan ekspektasi dan apa yang saya minta pada setiap balapan, tujuan setidaknya selalu berada di podium tidak kunjung datang. Ini lebih sulit dibanding yang Anda pikir,” ia mengungkapkan.
“Menemukan kunci yang tepat pada motor untuk merasa lebih nyaman selama 40 menit balapan sangat rumit. Namun, menjadi ulet, mencoba bekerja sangat rajin, mengizinkan Anda untuk memercayai itu dan jadi konsisten.
“Dari sudut pandang teknik, saya perlu menemukan kunci ini untuk lebih dekat dengan gaya balap. Lebih dari 1,5 tahun sejak saya bicara tentang adaptasi, saya kira ada potensi untuk melaju cepat, tapi tidak mudah sekarang.
“Ketika saya bicara tentang dapat mengedarai motor dengan cara yang saya mau, menyalip atau mengambil jalur beda ketika dibutuhkan. Kemudahan umum dapat mengelola balapan dan menang, karena meski sebuah kemenangan membutuhkan manajemen.”
Zarco tidak mau larut dalam kekecewaan di Austin. Ia memilih untuk memandang kegagalan dari sisi positif.
“Anda mengatakan kepada diri sendiri bahwa Anda punya kesempatan balapan lebih sering untuk podium, kecepatan berada di sana masih ada, tapi tidak mudah,” ungkapnya.
“Tapi kalau kemudahan ada di sana…ini bisa jadi kebahagiaan. Anda harus mampu menganalisis hasil pada momen sangat bagus dan menemukan sisi positif, seperti urutan kesembilan di Austin. Bagi saya, itu menjadi positif karena Grand Prix tersebut sulit.
“Jika Anda hanya memikirkan kemenangan, maka Anda kecewa dengan posisi kesembilan. Itu kenapa Anda haru bisa menilai hasil berdasarkan momentum.”
Pembalap 31 tahun tidak menginginkan perubahan dalam balapan di Eropa. Ia bertekad memberikan upaya sama seperti sebelumnya.
“Itu kenapa kami tidak dapat mempercayai apa pun karena intensitas masing-masing sesi kadang melebihi yang bisa ditangani kepala dan badan. Ini sangat sulit dan mencegah saya untuk mengatakan kalau ada hierarki atau tidak. Seperti itu saya melihatnya, meski saya kira yang lain tidak melihat seperti itu,” tuturnya.