BabatPost.com-Persela Lamongan sangat pas menunjuk Fariz Julinar Maurisal sebagai manajer tim. Sebab, dia begitu total mendukung tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu. Mulai dari suporter, fotografer, hingga dukungan untuk menjadi sponsor. Kini dia memegang penuh kendali Persela di Liga 2.
—-Rizka Perdana Putra, Lamongan—-
Fariz tak pernah melupakan memori masa kecilnya. Sepulang sekolah, tak ada kegiatan yang dinantikan Fariz selain pergi ke Stadion Surajaya.
Tujuan utamanya, tentu saja menonton Persela Lamongan. Saat itu Persela masih berada di Divisi II (sekarang setara Liga 3). Artinya, Fariz yang putra asli Lamongan sudah jatuh hati dengan Persela sejak masih anak-anak.
”Saya nonton sejak di bangku sekolah. Setiap Persela main, saya pasti nonton di stadion,” kata Fariz kepada Jawa Pos.
Saat duduk di bangku kuliah pada tahun 2000, kecintaan tersebut tidak memudar. Meski lebih sering berada di Bogor untuk menimba ilmu di IPB (Institut Pertanian Bogor), setiap pulang kampung, dia selalu menyempatkan diri untuk menonton laga Persela.
Kecintaan itu seolah berbalas. Persela pelan-pelan naik kasta dari Divisi II menuju Divisi I pada 2002. Setahun kemudian Persela berhasil promosi ke Divisi Utama (strata tertinggi Liga Indonesia saat itu).
Nah, setelah lulus kuliah, hidup Fariz ternyata juga tak bisa jauh dari Persela. Malah, dia makin aktif bersama LA Mania atau pendukung Persela. Tidak hanya mendukung dari tribun, Fariz juga turun ke pinggir lapangan. Tugasnya: memotret.
”Waktu itu saya jadi fotografernya LA Mania, ambil foto suporter dan pemain, sering sama Farid Fandi (mantan fotografer Jawa Pos, Red),” ujar Fariz.
”Saya memang minat fotografi, sering hunting foto. Kan suka nonton bola, suka banget sama Persela, cari spot di situ. Nah, sama LA Mania difasilitasi untuk bisa masuk sebagai jurnalis di pinggir lapangan,” jelasnya.
Tugas sebagai fotografer semakin mendekatkan Fariz dengan Persela. Ada beberapa pemain Persela yang meminta foto hasil jepretan Fariz. Termasuk salah satunya adalah Gustavo Lopez yang musim depan masih berada di jajaran staf pelatih Persela.
”Dengan pemain-pemain dulu banyak yang minta foto,” ucap Fariz mengenang. ”Makanya dengan Gustavo sudah kenal. Musim lalu pertama kali ketemu di Bali saya tanya ke dia (Gustavo), ’Eh, kamu ingat aku dulu foto kamu?’ Dia jawab ingat hahaha. Jadi, dulu aku fotografernya, sekarang jadi manajernya,” kenang Fariz, lalu tertawa.
Tugas Fariz sebagai fotografer hanya berlangsung sekitar dua musim. Setelah itu dia memilih fokus mengembangkan bisnisnya, yaitu toko roti bernama Lily Bakery.
Toko roti tersebut terus berkembang. Tidak hanya di Lamongan, tapi juga beberapa kota lain seperti Bojonegoro dan Tuban. Sejak 2020 dia lalu membuka bisnis baru, yaitu Belikopi. Sebuah brand yang akhirnya menjadi salah satu sponsor Persela musim 2021–2022 lalu.
”Lepas dari fotografer, banyak kesibukan saya di bisnis. Tapi, sekarang (16 tahun kemudian, Red) mulai senggang, ada waktu. Perusahaan sudah tertata, jadi saya ikut dukung Persela lagi sebagai sponsor,” terang Fariz.
Kerja sama antara Belikopi dan Persela musim lalu akhirnya membuka pintu Fariz untuk masuk ke dalam jajaran manajemen klub. Awalnya Fariz sering memberikan beberapa masukan untuk manajemen. Diskusi pun sering dilakukan.
Nah, menjelang akhir musim 2021–2022, diskusi itu berkembang ke arah yang lebih serius, yakni menempatkan Fariz sebagai manajer Persela. ”Jadi, sebelum degradasi pun, sudah ada obrolan serius dengan manajemen lama,” ungkap Fariz.
Sayang, Persela akhirnya harus terdegradasi. Tapi, itu tak menyurutkan semangat Fariz untuk membantu Persela. Dia secara resmi diperkenalkan sebagai manajer baru sejak Jumat (8/4) pekan lalu.
Ayah tiga anak tersebut menyadari tugas berat yang diemban. Apalagi, Persela harus memulai lagi dari Liga 2. Tapi, dia percaya pengalamannya memimpin perusahaan selama belasan tahun bisa diaplikasikan ke Persela.
Fariz pun kini punya kewenangan cukup besar di Persela. Manajer 39 tahun itu mendapat kepercayaan dalam proses perekrutan pelatih, operasional tim, sampai bisnis.
”Saya dikasih wewenang penuh untuk mengelola klub, baik dari tim, dari bisnis, sampai apparel. Saya menata dari nol lagi, manage klub ini dari hal paling kecil,” paparnya.
Target Fariz tidak muluk-muluk. Dia ingin membawa kembali Persela ke level tertinggi dalam waktu cepat, tapi dengan fondasi manajemen yang juga solid.
”Saya nggak bilang tahun depan harus balik, tapi dalam waktu cepat. Karena saya baru masuk secara penuh. Saya butuh waktu menata semua supaya sehat dan punya visi sama,” ungkapnya.
Sebagai warga asli Lamongan, Fariz sadar betul bahwa suporter ingin tim kebanggaannya kembali berlaga di kasta tertinggi.
”Kalau saya atau warga Lamongan ke luar kota, pasti yang ditanya Persela. Sudah ada identitas Persela di dalam warga Lamongan. Jadi, saya ingin mengembalikan kebanggaan itu bahwa Persela bisa naik ke Liga 1 lagi,” tegasnya.
Fariz juga berjanji untuk bergerak cepat menyusun tim Persela. Rencananya, dalam beberapa hari ke depan, Fariz akan bertemu secara langsung dengan calon pelatih. Kabarnya, ada dua nama yang kini tengah menjadi pertimbangan. ”Saya ingin ketemu juga untuk menyamakan visi,” kata dia.
Namun, Fariz tidak ingin mengungkapkan lebih jauh siapa saja calon pelatih yang tengah diincar. Yang jelas, pelatih tersebut pernah melatih tim Liga 1 musim lalu. ”Belum bisa (diungkapkan), jadi incaran banyak klub juga,” dalihnya.