Pembalap Honda, Pol Espargaro, rupanya tak menyukai ide dua hari pada akhir akhir kejuaraan dunia MotoGP. Dia bahkan menyebutnya sangat berbahaya.
Keterlambatan pesawat kargo yang membawa logistik tim-tim memaksa penyelenggara mengubah jadwal Grand Prix Argentina. Latihan bebas Jumat dibatalkan, dialihkan ke sesi Sabtu dan menjadi hari yang begitu padat.
Musim ini, MotoGP akan mengarungi kalender terpanjang dengan jumlah perlombaan mencapai 21. Hal itu pun memunculkan wacana apakah dimungkinkan format dua hari untuk opsi pada masa depan nanti.
Akan tetapi, Espargaro ternyata tidak sepakat jika dilakukan perubahan. Menurutnya, FP1-FP2 yang kemudian dilanjutkan kualifikasi di Termas de Rio Hondo, sudah dirasakannya menciptakan situasi yang tak aman.
“Stres. Itu sangat stres. Maksud saya, hari itu stres dengan sendirinya, kita tidak perlu menambahkan lebih banyak hal untuk mengurangi stres,” ucap Polyccio.
“Saya jatuh. Saya ke Q1. Saya tidak punya cukup ban untuk Q2. Maksud saya ini sial, semuanya salah dengan akhir yang baik. Tapi semuanya tidak baik, super stres.
“Mengambil keputusan penting di saat-saat terakhir untuk mengganti motor yang akhirnya berhasil. Namun itu ketat, semuanya ketat dan sampai saat terakhir.
“Jadwal ini, beberapa memikirkannya untuk masa depan yang mungkin akan berhasil. Bagi saya, itu tidak mungkin.
“Tidak mungkin kami bisa balapan seperti itu. Ini sangat stress dan berbahaya karena kami mendorong motor ini hingga batas dengan sedikit pengetahuan tentang trek, motor di trek, dan ban. Ini sulit.”
Kembali mengungkit perihal kualifikasinya di MotoGP Argentina, Espargaro mengatakan bahwa lap terakhirnya untuk keluar dari Q1 telah mendongkrak kepercayaan dirinya. Inilah yang membuatnya bisa membalikkan keadaan.
“Sebelum Q1, saya melakukan run pertama setelah crash di FP2. Saya mencetak 1 menit 39,3 detik,” tuturnya.
“Saya keluar, kami tidak tahu apakah saya bisa lolos, tetapi kami terus berjuang dan bekerja dan dengan ban kedua. Kami mendorong hingga batas dan saya hampir jatuh di tikungan terakhir dengan goncangan besar.
“Tapi waktu lap itu memberi saya perasaan bahwa saya perlu sedikit percaya pada diri saya sendiri. Motor lalu mulai lebih baik dengan perubahan yang kami lakukan untuk Q2.
“Treknya lebih memiliki cengkeraman dan makin banyak grip yang dimiliki trek, makin kencang saya. Saya kira, saya mengambil lebih banyak keuntungan daripada yang lain dalam situasi ini.
“Akhirnya, saya bisa start P4, tapi itu sulit.”