Valentino Rossi Sudah Berdamai dengan Tiga Musuhnya

Valentino Rossi mengakui sudah berdamai dengan beberapa musuh selama karier di kelas 500cc dan MotoGP.

Di masa lalu, juara dunia MotoGP tujuh kali tersebut berduel ketat dengan Casey Stoner, rekan setimnya Jorge Lorenzo dan Max Biaggi. Persaingan tersebut bahkan merambah ke luar trek.

Setelah semua pensiun, situasi berangsur membaik. The Doctor kerap bertukar pesan dengan Stoner dan mengundang Lorenzo untuk mengendarai motocross di The Ranch.

“Saya sudah berekonsiliasi dengan Casey. Dia sering mengirimkan pesan dari Australia dan menanyakan kabar bayi saya,” tuturnya kepada Il Giornale.

“Saya juga berbaikan dengan Lorenzo. Kami berteman sekarang. Dia datang menempuh jarak lebih dari 100 km ke Ranch. Kami menari bersama malam itu. Saya juga sudah berdamai dengan Max.”

Ia juga mengakui kalau bersikap arogan kepada Biaggi, yang jauh lebih senior di kejuaraan balap motor.

“Saya bukan siapa-siapa kala itu, dan dia pembalap nomor satu di Italia. Dia merupakan salah satu yang paling kencang di dunia dan saya mulai mengganggunya. Saya dulu bajingan,” ujar Rossi.

“Sekarang semua sudah berlalu. Kami menjadi lebih dekat. Itu adalah rivalitas olahraga yang bagus.”

Selepas gantung helm di seri Valencia, ia menikmati peran sebagai pemilik tim Mooney VR46 Racing dan ayah dari bayi perempuan bernama Giulietta.

Rossi mulai beradaptasi menjadi penggemar yang hanya bisa memantau dari sofa di ruang tengah. Ternyata, momen tersebut cukup menyenangkan.

“Saya kira, ‘Betapa beruntungnya tidak berada di sana di trek.’ Tahun lalu, saya ingin berhenti di Valencia dengan cara menggembirakan dan saya berhasil,” pria 43 tahun itu mengungkapkan.

“Jadi sekarang saya cukup senang menonton grand prix dari sofa. Saya penggemar berat motor. Saya ingin melihatnya di mana saja. Saya juga senang memberi dukungan untuk pembalap kami.”

Pemilik banyak rekor itu menegaskan tidak kangen dengan MotoGP. Rossi tidak mau mencoba Ducati Desmosedici GP22 milik Luca Marini. Padahal, sebagai pemilik tim, ia bebas melakukan apa saja.

Menurut prinsipnya, saat naik motor MotoGP harus punya tujuan. Faktor itu tak dimilikinya lagi.

“Ketika Anda naik ke motor MotoGP, Anda mesti melakukannya dengan target tertentu karena motor itu brutal dan melaju sangat kencang. Tidak masuk akal mengebut dalam kondisi 75 persen,” ucapnya.

“Saya tidak kangen MotoGP!”

Rossi sudah menemukan mainan baru. Ia lebih serius menekuni karier sebagai pembalap mobil di ajang GT Challenge Eropa, yang mulai bergulir pekan depan.

“Saya ingin jadi pembalap kencang. Saya mau memahami seberapa jauh saya bisa melaju dan satu hari nanti, mencoba Le Mans 24 Hours,” ia menandaskan.

Related posts