Menjaga Eksistensi dan Masa Depan Sirkuit Mandalika

Pertamina Mandalika Circuit sudah menggelar dua seri kejuaraan dunia, Superbike dan MotoGP. Lantas, bagaimana masa depan sirkuit sepanjang 4,3 km tersebut?

Hingga akhir Maret lalu, Sirkuit Mandalika terhitung sudah menggelar dua balapan kelas dunia, yakni World Superbike (WSBK) pada November 2021 dan putaran kedua Kejuaraan Dunia Balap Motor 2022 pada 18-20 Maret lalu.

Yang namanya serba pertama, jelas banyak plus minus dari penyelenggaraan dua ajang balap motor dunia tersebut, utamanya MotoGP (kelas tertinggi di Kejuaraan Dunia Balap Motor).

Dari sisi penyelenggaraan, bisa dihadiri langsung sekira 60 ribu penonton menjadi salah satu indikator sekaligus bukti kesuksesan gelaran Kejuaraan Dunia MotoGP.

Layout Sirkuit Mandalika, keindahan alam di sekitar trek, serta keramahan dan kearifan lokal masyarakat Lombok yang tiada duanya, membuat para pembalap menyebut sirkuit ini incomparable alias tidak ada pembandingnya.

Gelaran MotoGP ini sekaligus menghapus dahaga pencinta balap motor di Indonesia karena sebelumnya kali terakhir Kejuaraan Dunia Balap Motor datang ke Tanah Air terjadi 25 tahun lalu di Sirkuit Sentul, Jawa Barat.

Namun, di balik semua itu, tetap saja ada kekurangan dari Sirkuit Mandalika. Keluhan para pembalap MotoGP soal kualitas aspal masih saja ada.

Tetapi, masalah itu rasanya bisa diatasi selama ada komunikasi dengan para pembalap, Dorna Sports, dan FIM. Apalagi, kontrak Dorna dengan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku promotor lokal dan pengelola sirkuit, untuk menggelar MotoGP, akan berlaku 10 tahun.

Pertanyaannya kini, bagaimana Sirkuit Mandalika mampu mempertahankan eksistensi agar mampu menjaga kepercayaan Dorna, menarik promotor balap lain, dan yang tak kalah penting adalah memberi dampak positif bagi perkembangan olahraga balap di Indonesia?

Berita Terkait :  MotoGP: Alex Marquez: Peluang Ducati 'apa yang saya cari', sprint adalah 'kegilaan' | MotoGP

Saat penyelenggaraan MotoGP lalu, banyak pihak – utamanya pencinta balap – yang mengeluhkan tingginya harga tiket serta fasilitas maupun sarana pendukung.

Mahalnya harga tiket, utamanya kelas-kelas premium, pun membuat beberapa kalangan membandingkannya dengan harga-harga tiket ajang yang sama ajang balap di sejumlah negara tetangga Indonesia maupun di negara Asia lainnya.

Harga-harga sejumlah tiket tersebut tentu belum termasuk biaya transportasi menuju ke Mandalika dan akomodasi selama berada di Lombok. Belum lagi sejumlah fasilitas maupun sarana pendukung di luar sirkuit yang belum sepenuhnya selesai pada gelaran MotoGP lalu.

Intinya, bila ditotal biaya tiket kelas top plus akomodasi ke Mandalika masih lebih mahal dibandingkan dengan menonton langsung gelaran ajang yang sama di Malaysia, misalnya.

Kendati begitu, nilai kebanggaan terhadap gelaran di negara sendiri, tentu jauh lebih tinggi bagi pencinta balap motor asal Indonesia. Ditambah, mereka menyaksikannya di sirkuit yang tidak ada bandingannya di belahan dunia mana pun, Mandalika.

Tetapi, ya itu tadi. Kembali ke masalah bagaimana pihak pengelola dan penyelenggara ajang balap di Mandalika, mengapresiasi kepercayaan dan antusiasme publik terhadap gelaran balap.  

Tantangan lain yang harus dihadapi MGPA selaku pengelola Sirkuit Mandalika adalah bagaimana “menjual” trek ini ke ajang balap selain MotoGP dan WSBK.

Berita Terkait :  Oliveira "tidak melakukan apa yang saya inginkan" dengan KTM di MotoGP

Sesaat sebelum menggelar MotoGP, Sirkuit Mandalika mendapatkan homologasi Grade A dari FIM selaku induk organisasi balap tertinggi dunia. Itu berarti, Mandalika bisa menggelar ajang balap motor tertinggi di dunia, kelas MotoGP.

Berkaca dari kesuksesan sejumlah sirkuit mampu bertahan menggelar ajang balap dunia selama ini, mereka tidak hanya mengandalkan pada satu jenis race.

Sirkuit Chang di Buriram, Thailand, misalnya. Mereka sempat vakum menggelar MotoGP setelah dua kali menjadi tuan rumah pada 2018 dan 2019. Baru tahun ini mereka kembali masuk kalender MotoGP.

Namun, karena mengantongi homologasi Grade 1 FIA (balap mobil) dan Grade A FIM, saat tidak dipakai menggelar MotoGP, Sirkuit Chang bisa menggelar ajang-ajang balap seperti Asian Le Mans (2016-2020), F3 Asian Championship (2019-2020), GT World Challenge Asia (2017-2019), Super GT (2014-2019), dan WSBK (2015-2019).

Untuk bisa menggelar ajang balap bergengsi selain motor, Mandalika memang butuh grade dari FIA selaku otoritas tertinggi balap mobil dunia.

Menjelang akhir tahun 2021 lalu, ada rencana seri balap mobil Asian Le Mans akan mampir ke Mandalika pada 2023. Namun, sejak 2018-2019, seri balap mobil-mobil ketahanan kelas LMP2, LMP2 Am, LMP3, GT, dan GT Am itu selalu dilombakan di trek Grade 1 FIA.

Jika ingin mewujudkan rencana menggelar Asian Le Mans tersebut, MGPA harus mulai bekerja keras untuk mendapatkan homologasi Grade 1 FIA, yang juga menjadi syarat sebuah sirkuit untuk menggelar Formula 1!

Kondisi lintasan dan aspal sebuah sirkuit juga sangat dipengaruhi oleh banyak tidaknya ajang balap digelar di sana. Pengelola Sirkuit Mandalika pasti bisa belajar banyak dampak dari tidak dipakainya trek antara gelaran WSBK pada November 2021 dengan saat menggelar tes pramusim MotoGP 2022 pada pertengahan Februari lalu.

Berita Terkait :  Jadwal MotoGP Amerika 2022 Hari Ini

Mungkin ada baiknya sembari berusaha mengejar homologasi Grade 1 FIA, Sirkuit Mandalika bisa dipakai untuk sejumlah kegiatan balap di Tanah Air. Sebut saja Kejurnas Oneprix (balap motor), ISSOM (balap mobil), hingga latihan untuk para pembalap.

Beberapa waktu lalu, kepada Motorsport.com Indonesia, seorang mantan pembalap motor nasional yang kini mengelola akademi balap mengutarakan harapannya agar Sirkuit Mandalika bisa juga dipakai untuk menggelar kejuaraan balap motor.

Ia juga berharap jika diizinkan untuk berlatih, nantinya biaya untuk menyewa trek tidak terlalu mahal.   

Makin sering sirkuit dipakai untuk balap juga memiliki banyak keuntungan. Selain bisa terus diawasi kondisinya, aspal yang kerap dilintasi roda kendaraan juga membantu meningkatkan grip karena banyaknya sisa karet dari ban.

Pencinta balap di Indonesia tentu bangga memiliki sirkuit kelas dunia seperti Mandalika. Kita semua tentu ingin agar baik MotoGP maupun WSBK bisa bertahan sesuai kontrak.

Publik pun juga pasti bakal lebih senang bila Mandalika mampu menggelar lebih banyak lagi balapan kelas dunia, baik roda dua maupun empat.

Yang terpenting dan utama, kita semua ingin dari Sirkuit Mandalika bisa menjadi sarana untuk memunculkan lebih banyak lagi pembalap Indonesia untuk turun di berbagai kejuaraan balap dunia.

Related posts