Kondisi internal yang harmonis, yang tercipta karena Stefano ”Teco” Cugurra berhasil menghindarkan tim asuhannya dari perang ego, menjadi fondasi kesuksesan Bali United.
—
DI posisi kelima dengan 29 poin, tertinggal delapan angka dari Bhayangkara FC yang berada di puncak klasemen sementara Liga 1.
Bali United juga membuka seri keempat dengan kekalahan 1-3 dari Persebaya Surabaya.
Persebaya dan Arema FC sedang bagus-bagusnya pula. Persib Bandung, meski belum stabil pada titik itu, dipenuhi pemain berkualitas yang bisa membalikkan keadaan setiap saat. Jadi, sulit sekali membayangkan Serdadu Tridatu –julukan Bali United– bakal mencatat sejarah tadi malam: tim pertama pada era Liga Indonesia yang bisa menjadi juara back-to-back alias beruntun di kompetisi strata teratas.
Kepastian itu diperoleh tim asuhan Stefano ”Teco” Cugurra tersebut menyusul hasil imbang satu-satunya pesaing tersisa mereka dalam perebutan gelar, Persib, saat melawan Persik Kediri. Di sisa satu laga, Persib tidak mungkin lagi mengejar raihan angka Bali United.
”Saya pikir karena ada perubahan komposisi pemain pada awal putaran kedua. Kami membawa pemain asing dan lokal yang berkualitas dan membuat tim lebih kuat,” kata Teco tentang faktor yang membuat tim asuhannya demikian digdaya pada paro kedua musim ini.
Kekalahan dari Persebaya di awal seri keempat tadi merupakan kekalahan terakhir Ilija Spasojevic dkk. Mereka melalui 15 laga berikutnya dengan mencatat 14 kemenangan dan hanya sekali imbang. Selama durasi itu, Serdadu Tridatu mencetak 32 gol dan cuma kebobolan 7 kali.
Ada lima nama baru yang digaet Bali United pada paro kedua musim ini: Irfan Jaya, Ahmad Agung, Eky Taufik, Abduh Lestaluhu, dan Privat Mbarga. Kedatangan mereka menjadikan kedalaman skuad Serdadu Tridatu terjaga sekali.
Jika Stefano Lilipaly sedang day off, misalnya, Irfan Jaya bisa menggantikan perannya di lini penyerangan. Eky Taufik bisa bermain sebagai center back maupun fullback. Abduh Lestaluhu juga memberi opsi berbeda di sisi pertahanan kiri. Menggantikan Melvin Platje, Mbarga pun menunjukkan kualitas dengan mencetak 4 gol dan 5 assist.
Kredit harus diberikan kepada Teco bukan semata karena kepiawaiannya menata pola dan melakukan rotasi. Dia juga mampu menghindarkan perang ego, sesuatu yang kerap terjadi di tim bertabur bintang. Yang bermuara pada terciptanya kondisi internal yang harmonis.
Para pemain pun bisa berfokus pada tujuan utama: mempertahankan gelar. ”Dari dalam diri saya sendiri, pasti ada motivasi untuk membawa Bali United juara. Saya memang datang ke sini (Bali United, Red) untuk meraih gelar,” ucap Eky Taufik yang datang dari Persis Solo.
Performa apik pemain baru itu beriringan dengan penampilan prima para penggawa lama. Teco secara khusus memuji dua dinamo lini tengah: Brwa Nouri dan Eber Bessa. ”Nouri tahu karakter setiap pemain kami. Dia pemain yang serbabisa,” ungkap Teco tentang pemain yang memuncaki daftar top passes tersebut.
Nouri memang sedang memiliki motivasi tinggi. Awal Maret ini, dia baru saja dikaruniai buah hati. Pemain kelahiran Iran, besar di Swedia, dan membela tim nasional Iraq itu memberi nama anaknya Amiin Nali Nouri Awad. Juara pun menjadi kado terindah bagi kelahiran putranya tersebut. ”Tentu saja saya ingin membuat bangga anak saya,” jelas Nouri.
Teco adalah otak sesungguhnya Bali United. Kemampuannya menguasai bahasa Portugis, Indonesia, Uzbek, Italia, dan Inggris menjadi nilai lebih. Dia pun lebih mudah berkomunikasi dengan semua pemain yang latarnya sangat beragam. Buntutnya, para pemain juga lebih mudah memahami apa yang dia inginkan.
”Dengan Nouri dan Spaso (Ilija Spasojevic), saya selalu berbicara bahasa Inggris. Dengan Eber Bessa, saya berbicara Portugis. Komunikasi pelatih dan pemain harus bagus,” tutur pelatih 47 tahun yang juga pernah mengantar Persija juara Liga 1 tersebut.
Menginjakkan kaki di Indonesia sejak 2004, bahasa Indonesianya juga sangat fasih. Itu yang membuatnya bisa sangat detail menyampaikan pesan kepada pemain. ”Saat pertama tiba di Indonesia, saya sudah bertekad untuk belajar bahasa. Bagi saya, dalam sepak bola dibutuhkan komunikasi yang cerdas agar pemain bisa main bagus di lapangan,” jelas pria yang mengawali karier sebagai pelatih fisik Persebaya pada musim 2004 tersebut.
Kini Teco menyamai capaian senior dan kompatriotnya: Jacksen F. Tiago. Keduanya sama-sama meraih tiga gelar Liga Indonesia sebagai pelatih. Bedanya, Teco meraih gelar tiga kali secara beruntun alias hat-trick. ”Saya tidak mau memikirkan rekor itu. Saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Bali United, untuk masyarakat Bali,” tandasnya.