MotoGP: Pahlawan dari Balik Mesin Jahit

Dalam kompetisi sekelas MotoGP dengan banyak crash, ada sosok di balik layar yang punya peran penting. Mereka adalah penjahit dan teknisi baju balap.

Racing suit dengan tingkat keamanan tinggi merupakan salah satu elemen vital dalam sebuah balapan. Baju tersebut dibuat dengan teknologi mutakhir.

Alpinestars menganggap layanan perbaikan sangat penting. Untuk balapan di Eropa, mereka bahkan membawa truk tingkat untuk mengangkut peralatan, di antaranya mesin jahit serta beberapa kru.

“Secara teknis, kami punya dua penjahit di lokasi balap dan bekerja untuk penyesuaian kursi, perbaikan wearpack, penggantian logo dan semancamnya. Di luar itu, kami memiliki teknisi yang mengurusi airbag dan semua yang ada di trek,” manajer media dan komunikasi Alpinestars, Christopher Hillard, menjelaskan kepada Motorsport.com Indonesia.

“Kami memiliki banyak orang di trek yang menggunakan sistem teknologi kami, tidak hanya Alpinestars tetapi kami juga bekerja dan menyediakan airbag untuk pabrikan lain juga.

“Selain memelihara banyak sistem dan mengumpulkan data, menyuplai algoritma untuk melakukan perbaikan juga. Kami juga memiliki operator layanan balap yang merupakan penghubung antara atlet dengan teknisi dan penjahit kami di truk.

“Mereka bertugas menyampaikan informasi, tidak hanya untuk perbaikan di trek, tetapi juga untuk pekerjaan apa pun yang perlu dilakukan di antara balapan. Jadi ada tim yang sangat aktif, kami menghadiri setiap balapan MotoGP.”

Berita Terkait :  Dilema Marc Marquez Memilih Kompon Ban di Mandalika

Sayangnya, pada MotoGP Indonesia, pabrik yang berdiri sejak 1963 itu tidak mengirimkan tim lengkap karena kendala logistik. Mereka hanya mengutus 2-3 teknisi untuk melalukan perbaikan sederhana.

Repotnya saat Crash

Kabar tentang seorang pembalap mendapat crash tak hanya membuat tim pusing, tapi teknisi atau penjahit juga ikut sibuk. Mereka harus sigap melakukan perbaikan kerusakan dalam waktu singkat karena kadang rider ingin memakai baju yang membuatnya nyaman, walaupun masing-masing punya jatah empat.

“Para karyawan kami merupakan pahlawan dari program kami. Para atlet menghargai pekerjaan yang mereka lakukan,” kata Hillard.

“Jadi, katakanlah seorang pengendara mengalami kecelakaan saat pemanasan pada Minggu. Ia hanya sedikit tergelincir atau hal-hal semacamnya. Ia hanya ingin memakai setelan itu yang ternyata rusak. Rider benar-benar mau memakainya untuk balapan karena tidak mau sekadar memakai setelan baru yang belum pernah dipakai. Kami punya waktu tiga jam untuk membereskan.

“Seragam dibawa ke truk kami, penjahit akan menilai kerusakannya dan apa yang perlu dilakukan. Misalnya, bagian bawah, lengan kiri dan kaki kiri belakang rusak. Lalu mereka mengevaluasi, ‘Ya, ini bisa diperbaiki’.

“Kami akan mengganti lengannya karena setiap balapan kami mengambil logo kit dan perangkat di bagian itu untuk berjaga-jaga jika hal ini terjadi. Nanti akan dilakukan evaluasi yang bisa kita lakukan.”

Setelah proses evaluasi, racing suit itu dibawa ke lantai atas, tempat kerja teknisi airbag. Mereka mengunduh data kecelakaan lalu memulihkan daya. Airbag dikeluarkan dan diperbaiki. Persiapan di lantai atas dan bawah dieksekusi secara simultan.

Berita Terkait :  Ducati 'kapal roket' berkuasa di MotoGP sebagai Honda, Yamaha tertinggal

Wearpack akan turun, mereka akan mengerjakan semuanya, mengganti lengan, untuk kasus ini, mengganti area yang rusak. Ketika mereka selesai, baju balap kembali ke atas untuk reposisi airbag di dalamnya,” ucap Hillard.

“Pada saat itu kostum dapat diperiksa dan dikirim kembali ke pengendara tepat waktu untuk balapan.”

Berpacu dengan Waktu

Seandainya ada terlalu banyak baju yang harus diperbaiki, maka tim Alpinestars tak segan untuk menolak. Apalagi pembalap punya tiga wearpack lain.

“Kasus semacam ini terjadi, beberapa kali rutin, dan dengan posisi kami di trek, kami bisa berbalik dan berkata, ‘Hei, Anda memiliki empat seragam balap lainnya, gunakan salah satunya’. Namun, jika mereka tetap datang, hal terakhir yang kami ingin mereka khawatirkan adalah soal baju ketika tiba saatnya berkendara. Jadi kami selalu menghargai tantangan untuk memastikan masalah sepenuhnya terselesaikan secepat mungkin,” ia menjelaskan.

“Jadi, intinya tergantung dari seberapa parah kerusakannya. Itu bisa sesuatu yang hanya butuh pekerjaan jahit yang ringan atau menambal bagian yang rusak dan menjahit logo baru sponsor atau semacam itu. Jika itu kasusnya, bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

“Namun, yang benar-benar memberikan tantangan adalah kami tidak boleh berada di trek hingga pukul 11.00 malam, jadi harus membawa pekerjaan perbaikan hari itu. Misalnya, Jumat ada pekerjaan besar yang harus diselesaikan ketika tidak boleh berada di trek selama waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan perbaikan, tapi harus siap pada Sabtu pagi membawanya kembali tepat waktu ke trek.

Berita Terkait :  Hasil Kualifikasi Moto3 Qatar: Guevara Pole Perdana, Mario Aji P25

“Seperti yang sudah saya katakan, ada baju balap lain yang bisa mereka pakai, namun ini telah menjadi bagian dari pelayanan kami di trek. Kami selalu berusaha menjaga semuanya berjalan lancar dan bekerja keras untuk atlet kami.”

Hindari Arm Pump

Menurut Hillard, ada bagian dari baju balap yang sering diganti setiap akhir pekan balapan untuk menghindari arm pump. Itu adalah area di sekitar lengan bawah.

“Saya akan bilang area yang paling membutuhkan perhatian adalah bagian lengan bawah karena trek dan level grip yang berbeda membuat banyak pembalap mengalami arm pump atau problem serupa. Kami secara rutin, mungkin yang paling sering, menipiskan dan memodifikasi sedikit area tersebut,” ujarnya.

“Selain itu, setelah sesi pembalap bisa membawa bajunya ke truk kami untuk dikeringkan dengan mesin pengering. Saya pikir kami akan terbiasa dengan itu di Lombok khususnya, yang sangat panas dan membuat seragam basah. Tentunya, tidak ada yang mau memakai lagi baju balap yang basah.”

Related posts