Membedah Dapur Tim Medis di MotoGP Indonesia

Peran tim medis sangat vital dalam sebuah balapan. Kesigapan mereka turut menentukan keselamatan para pembalap. Ini terjadi dalam kasus insiden Marc Marquez di MotoGP Indonesia, Minggu (20/3/2022).

Di sudut kiri depan Sirkuit Mandalika, terdapat bangunan sekitar 6×10 m2. Di halaman depan, terdapat beberapa ambulans dan tiga helikopter terparkir di helipad.

Kesibukan sudah mulai terasa beberapa hari sebelum balapan dan levelnya meningkat ketika event akbar itu digelar. Mereka melakukan berbagai persiapan dan simulasi sebelum bertugas di 23 titik  lintasan.

Ada total 167 orang yang bertugas di sana, di mana 146 merupakan staf medis. Jumlah dokter umum yang bersiaga di lokasi 23 dan dokter spesialis 15, terdiri dari ahli emergensi, radiologi, anestesi, kedokteran olahraga, ortopedi serta bedah umum. Sisanya adalah perawat 108.

“Staf medis paling jauh dari Aceh. Dorna Sports memberi persyaratan dan kami berusaha penuhi. Kalau ada sumber daya manusianya di sini, kita pakai dari sini. Kalau tidak, maka datang dari tempat lain,” ujar dr. Eko Widya Nugroho, Sp.EM.

“Yang ikut sekarang, rata-rata ikut dari WSBK lalu karena tahu ritme kerjanya.”

Ground post yang terletak di 23 titik, dijaga oleh masing-masing 1 dokter dan 2 hingga 3 perawat. Mereka dibekali perlengkapan standar seperti oksigen, alat-alat kedaruratan dan alat evakuasi seperti tandu. Tas besar diberikan sebagai penghalang agar motor tidak meluncur ke arah mereka.

Sedangkan, dokter spesialis bersiap dalam ambulans, dengan perangkat lengkap seperti mini ICU (Intensive Care Unit), yang tersebar pada 10 tempat.

Menurut spesialis emergensi itu, prosedur tertentu diterapkan sesuai kondisi korban. Mereka sudah mendapat pelatihan sesuai standar Dorna Sports.

“Kalau sampai pembalap tidak sadar, maka itu termasuk derajat 3. Unit reaksi cepat yang bertindak. Pada derajat 2, dia sadar tapi tidak bisa berjalan, ambulans yang bergerak. Pada derajat 1, sadar dan bisa berjalan, ground post yang mengurus,” ia mengungkapkan.

“Penanganan kedaruratan pada dasarnya sama.Tapi, ada beberapa aturan tertentu dari Dorna. Misalnya, saat ada insiden, sama sekali tidak boleh masuk tanpa izin ke lintasan. Nanti kalau nekat masuk, mungkin saja terjadi kecelakaan masal kalau ada motor lewat.

“Itu termasuk tahu kode nol, harus tahu sifatnya seperti apa dan penanganan seperti apa. Kode 1, misal pasien masih bisa berguling atau bergerak dan sadar.”

Eko menjelaskan pelatihan tambahan yang perlu dijalani adalah teknik radio. Komunikasi memegang peran vital terutama saat balapan.

“Cara teknik radio sangat penting. Lalai mendengarkan perintah lewat radio atau berkoordinasi, maka akibatnya bisa fatal. Misal, ada red flag kalau kejadian gawat dan race dihentikan. Ada korban yang tidak sadar. Perlu dapat izin dulu dan mendengar komando bahwa personel boleh masuk, kalau tidak mendengar maka kita akan terlambat,” ia menguraikan.

“Contoh lain, kita tidak mendengar dan belum ada sinyal red flag. Tiba-tiba kita masuk maka itu bikin masalah lagi.

“Sistem radio, baterai tidak boleh habis. Satu pos baterai habis, maka bisa fatal. Tiba-tiba ada kejadian di depannya, dia tidak bisa memberi informasi itu bisa berakibat fatal. Hal-hal seperti itu yang dilatih.”

Menurut pantauan Motorsport.com Indonesia, terparkir 10 ambulans di sekitar kantor tim medis. Menariknya, ada yang berasal Jakarta, yakni RSUP Fatmawati Jakarta, RSPI Prof DR Sulianti Saroso, serta RSUP Dr. Kariadi Semarang.

“Kebutuhan internal 10 ambulans dengan spesifikasi bagus, yang bisa disediakan Pemerintah Nusa Tenggara Barat baru 4. Jadi sisanya didatangkan dari beberapa rumah sakit di Pulau Jawa. Semoga setahun lagi, kami bisa memenuhi kebutuhan itu sendiri,” kata Eko.

Usai mengalami insiden di Tikungan 7, juara dunia MotoGP enam kali tersebut masuk ke derajat satu karena masih sadar dan bisa berjalan. Namun, setelah dibawa ke garasi, tim menginginkan penangan  lebih lanjut untuk mengantisipasi sesuatu yang buruk. Marquez dijemput mobil medis lalu diterbangkan dengan helikopter ke RSUP Mataram.

Badan SAR Nasional (Basarnas) menyiapkan dua helikopter yang didatangkan dari Satuan Udara Pencarian dan Pertolongan Wing 4 Pangkalan TNI AU Atang Senjaya. Mereka tiba 17 Maret silam.

“Kami bertugas untuk evakuasi medis udara apabila terjadi insiden terhadap pembalap, dibawa ke RSUP Mataram. Dari sini ke RSUP Mataram butuh waktu 10 menit dengan jarak 20 mil,” kata Lettu Pnb Dimas, yang merupakan kapten pilot BR.

“1 helikopter terdiri dari 5 kru. Kita di bawah komando pusat medis. Bisa berangkat 2 pilot 2 teknisi, dengan pembalap, pendamping dan dokter.

“Saat pramusim MotoGP, sudah ada simulasi. Kami menghitung jarak ke sana berapa menit. Dari operasi naik, terbang ke sana lalu turun, sudah dicoba sesuai dengan SOP.”

Related posts