Enea Bastianini tiba di MotoGP Indonesia sebagai pemimpin klasemen. Pembalap Gresini Racing itu tidak yakin bisa mengulang kemenangan pada lomba pembuka di Qatar. Ia berharap dukungan penggemar bisa membantu.
Rider asal Faenza Italia tersebut mengukir sejarah di Sirkuit Lusail, 6 Maret silam. Dengan menunggangi Ducati Desmosedici GP21, ia mampu melibas lawan-lawannya yang menunggangi motor versi terbaru dan sudah lama malang melintang di MotoGP.
Kemenangan pertama membuat pamor tim yang dipimpin Nadia Padovani meroket. Hal ini membuat ekspektasi terhadap mereka pun meningkat.
Akhir pekan ini, Bastianini dan Fabio Di Giannantonio hadir di Sirkuit Mandalika untuk melakoni balapan kedua. Masing-masing tentu punya target sendiri.
Ada beberapa faktor yang membuat La Bestia tak yakin dapat menang lagi, yakni lintasan Mandalika baru diaspal dan faktor cuaca.
“Saya tak sabar tiba di Indonesia. Kami datang dari sebuah balapan luar biasa di Qatar, di mana saya mendapatkan kemenangan pertama,” ujarnya.
“Tidak akan mudah mengulanginya, tapi berdasarkan tes yang kami lakukan, terlihat sinyal bagus. Penyelenggara telah mengaspal ulang beberapa bagian trek, tapi saya tak tahu apa yang menunggu.”
Bastiniani mengharapkan dukungan dari basis penggemar Gresini Racing yang cukup besar di Indonesia.
“Juga ban sudah berbeda daripada yang dipakai dalam tes, tapi ada pekerjaan yang harus dilanjutkan seperti yang kami lakukan sekarang. Saya menunggu publik dan banyak suporter Gresini Racing. Kami tak sabar lagi…,” ia menambahkan.
Di Giannantonio tidak seberuntung Bastianini. Ia harus puas melintasi garis finis di urutan ke-17. Untuk MotoGP Indonesia, pemuda 23 tahun itu ingin menuntaskan lomba lebih baik lagi.
Pembalap yang akrab disapa Diggia tersebut mengingat Mandalika sebagai tempat yang indah, terlepas dari kendala seperti aspal rusak dan lintasan kotor saat tes pramusim kedua MotoGP 2022.
“Kami kembali ke tempat yang sangat indah di mana kami punya banyak suporter. Selalu menyenangkan dan penting merasakan kehangatan orang-orang dan di Mandalika, saya yakin seperti itu,” katanya.
“Saya tiba di Indonesia dengan pengalaman lebih baik dalam mengelola balapan, tapi jelas bahwa kami masih berada dalam fase studi. Kami ingin belajar dan ingin melakukannya dengan waktu tepat. Tujuan selalu lebih meningkat, di Mandalika, kami bisa melakukannya.”